Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kisah Dimas Anak Yatim Penjual Dawet yang Sukses Kuliah di UNY, Uang Hasil Ngarit Dibelikan Kambing

Berikut ini sosok Dimas Landung Dwi Prakoso anak yatim sekaligus tukang ngarit yang kini bahagia bisa meraih impiannya.

DOK UNY
Landung Dwi Prakoso sejak usia 5,5 tahun ditinggal meninggal ayahnya. Ia diminta sekolah hanya sampai SMP saja namun berkat usahanya, ia bisa lanjut SMA, kuliah dan meraih IPK 3,84 di UNY sambil berjualan dawet sejak remaja. 

Dukungan dari sekolah juga tidak kurang, Landung pun berkonsultasi dengan guru BK bernama Eny.

Saat itu gurunya meyakinkannnya untuk studi lanjut.

Bahkan Kepala Sekolah SMAN 1 Bambanglipuro saat itu Gami Sukarjo M.Pd memberikan informasi soal beasiswa karena sekolah sangat mendukung siswanya untuk lanjut kuliah dengan mendapatkan beasiswa salah satunya KIP Kuliah.

Akhirnya Landung memilih program studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik UNY melalui jalur SNBP dan diterima. 

Tidak mengecewakan, selama kuliah warga Samen, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul tersebut berhasil meraih indeks prestasi kumulatif 3,84 dan berkesempatan menjadi narasumber di beberapa acara mentoring anak muda sekaligus aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa.

Landung Dwi Prakoso sejak usia 5,5 tahun ditinggal meninggal ayahnya. Ia diminta sekolah hanya sampai SMP saja namun berkat usahanya, ia bisa lanjut SMA, kuliah dan meraih IPK 3,84 di UNY sambil berjualan dawet sejak remaja.
Landung Dwi Prakoso sejak usia 5,5 tahun ditinggal meninggal ayahnya. Ia diminta sekolah hanya sampai SMP saja namun berkat usahanya, ia bisa lanjut SMA, kuliah dan meraih IPK 3,84 di UNY sambil berjualan dawet sejak remaja. (DOK UNY)

Baca juga: Momen Haru saat Anak Kembar Yatim Piatu di Kediri Dapat Bantuan Sepeda, Sudah Lama Diimpikan

Anak yatim yang ulet berjualan dawet

Diketahui, Landung berjalan dawet sejak tinggal di Pondok Pesantren dengan modal yang didapat dari Pondok.

“Saya berdagang es dawet hitam di dekat pondok saya dan alhamdulillah laku keras. Hingga sekarang saya bisa berjualan dawet hingga 5 tempat bersama teman-teman," katanya. 

Uang hasil berdagang lalu ditabung serta disisihkan untuk pondok pesantren.

Selain berdagang es dawet, Landung juga memelihara kambing di rumah yang diperolehnya dari hasil ngarit atau mencarikan rumput untuk kambing tetangga sekaligus menggembalakannya.

Uang hasil ngarit tersebut dikumpulkannya dan dibelikan kambing yang sekarang mencapai 7 ekor.

Landung mengaakan kambing itu sebagai bentuk tabungannya bila membutuhkan uang secara tiba-tiba.

“Kambing ini saja jadikan tabungan bila membutuhkan uang secara tiba-tiba” papar Landung.

Hingga saat ini pun ia masih setia ngarit untuk memberi makan ketujuh ekor kambingnya. 

Ia berpesan pada calon mahasiswa agar pantang menyerah menghadapi kesulitan ekonomi. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved