Berita Mojokerto
Masuk Puncak Musim Hujan, Waspadai Tren Peningkatan Kasus DBD di Mojokerto
Waspadai lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Mojokerto seiring memasuki puncak musim hujan, pada Januari- Februari 2025.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Sudarma Adi
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, M Romadoni
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO- Waspadai lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Mojokerto seiring memasuki puncak musim hujan, pada Januari- Februari 2025.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, sebanyak 226 kasus DBD selama tahun 2024 dengan trend kejadian didominasi saat awal tahun.
Lonjakan kasus DBD paling banyak yaitu, 66 kasus di bulan Februari dan 48 kasus DBD pada Maret.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Mojokerto, dr Agus Dwi Cahyono, mengungkapkan, pencegahan akan terus dilakukan sebagai antisipasi lonjakan kasus DBD awal tahun ini.
"Kemungkinan (Kasus DBD) sama dengan tahun 2024 lalu, yang diprediksi puncaknya pada Januari hingga Maret," jelasnya, Selasa (7/1/2025).
Baca juga: Gerombolan Pemuda Diduga Geng Motor Acungkan Sajam, Rampas Sepeda Motor di Mojokerto, Korban Lari
Ia mengatakan, kasus DBD tahun lalu, bulan Januari sebanyak 24 kasus, April 26 kasus serta Mei 16 kasus dan 13 kasus pada Juni.
"Untuk rata-rata di bawah 10 kasus, seperti Desember ada tujuh kasus dan empat kasus pada November," ucap Agus Dwi Cahyono.
Menurut dia, mayoritas kasus DBD menjangkiti balita dan anak hingga usia 15 tahun. Orang dewasa hanya beberapa yang terkena DBD tersebut.
Adapun sebaran kasus DBD terbanyak di Kecamatan Puri, dengan jumlah 49 kasus.
"Kasus DBD di Kecamatan Jetis 34 kasus, Trowulan 28 kasus serta di Kecamatan Sooko ada 21 kasus," ungkap Dokter Agus.
Dikatakan Agus, lonjakan kasus DBD disebabkan karena faktor cuaca yang memicu genangan air sehingga menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
Cenderung bersarang di air yang jernih seperti genangan dalam barang bekas dan lainnya.
Baca juga: Atap Bangunan SDN Gunungan di Mojokerto Ambruk, Puluhan Siswa Terpaksa Mengungsi di Kelas Lain
"Mengacu data tahun 2024 (Kasus DBD) tren kenaikan, maka perlu kita waspadai bersama terutama tiga bulan nanti," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, dr Ulum Rohmat, menyatakan pihaknya melakukan evaluasi terkait penyebaran kasus DBD yang sudah terdeteksi, salah satunnya di Desa Jampirogo, Kecamatan Sooko.
"SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon) berjalan dengan baik. Deteksi dan penanganan dini kejadian resiko kesehatan salah satunya adalah kesiapan dini, untuk diagnosa dan perawatan dini akibat penyakit (DBD)," jelasnya.
Dikatakan Ulum, penanganan Masalah Kesehatan ada namanya SPGDT/ Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu PSC 119, dan SKDR / Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon yang semuanya terkoneksi sistem Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Dinkes Provinsi Jatim dan Kemenkes.
"Sehingga terkait penanganan kesehatan perorangan dan masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin Dinas Kesehatan bersama jaringan (Puskesmas, Labkesda, RSUD). Dan jejaringnya (Klinik, RS Swasta, Organisasi Profesi, PMI, Relawan/Kader Kesehatan, stakeholder terkait lainnya)," ujar Dokter Ulum.
Pemkab Mojokerto melalui Dinas Kesehatan, akan terus meningkatkan respon dalam pelayanan kesehatan masyarakat terutama pasca terdampak banjir.
"Akan ditingkatkan responnya jika kondisi tertentu, salah satunya kedaruratan akibat KLL, perubahan cuaca menyebabkan munculnya berbagai penyakit, atau yang sedang dihadapi yaitu bencana hidrometeorologi," tandasnya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto
Demam Berdarah Dengue (DBD)
DBD
Kabupaten Mojokerto
TribunJatim.com
Tribun Jatim
5 Tahun Lalu Warga Sudah Patungan, Jalan Rusak di Mojokerto Tak Digubris, Pemda: Belum Bisa Akomodir |
![]() |
---|
Sambut Libur Panjang, Ratusan Bus di Terminal Kertajaya Mojokerto Diperiksa |
![]() |
---|
Jadwal Pembelajaran Bulan Ramadan di Mojokerto, Awal Puasa Siswa Belajar di Rumah |
![]() |
---|
Kisah Bripka Muliono, Polisi di Mojokerto yang Nyambi Jadi Petani Setelah Bertugas |
![]() |
---|
Ini Penyebab Program Makan Bergizi Gratis di Kota Mojokerto Ditunda hingga 3 Februari 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.