Memperihatinkan, Kopi Arabika Kobra di Gunung Wilis Tulungagung Hanya Tersisa 100 Pohon
Kopi Arabika Kobra menjadi salah satu jenis kopi yang banyak diminati dari Gunung Wilis Tulungagung.
Penulis: David Yohanes | Editor: Sudarma Adi
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Kopi Arabika Kobra menjadi salah satu jenis kopi yang banyak diminati dari Gunung Wilis Tulungagung.
Kopi ini diperkirakan peninggalan perkebunan kuno di era kolonial Belanda.
Nama Kobra diambil dari asal kopi ini, yaitu Kolombia dan Brazil.
Keberadaan kopi ini ditemukan sekitar tahun 2015 lalu di wilayah Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo.
Kopi ini milik petani sepuh ini ada sekitar 10 pohon, dengan ketinggian lebih dari 10 meter.
Kristian Yuono (45), salah satu pegiat Kopi Wilis kemudian berhasil memperbanyak bibit Arabika Kobra ini.
Baca juga: TPA Segawe Tulungagung akan Diperluas, Antisipasi Penolakan Pembangunan TPA Banyuurip
Sekitar tahun 2018, Kris dan kawan-kawan menanam sekitar 3.600 pohon kopi ini.
“Kopi ini ternyata lebih rentan penyakit. Dari 3.600 pohon yang kami tanam, mayoritas mati,” ucap pemilik brand Otak Kopi Wilis ini, Rabu (22/1/2025).
Saat ini masih tersisa 100 pohon kopi Arabika Kobra di lahan milik Murpriyadi di Dusun Jabung, Desa Geger, Kecamatan Sendang.
Produksinya paling banyak 50 kg per tahun.
Mayoritas petani kopi saat ini lebih memilih kopi arabika jenis Komasti.
“Komasti memang lebih menyenangkan. Buahnya lebih banyak dibanding Kobra,” ungkap Kris.
Sisa 100 pohon Arabika Kobra ini sempat akan dibabat dan diganti dengan jenis Komasti.
Namun Kris mencegah karena menilai Arabika Kobra Wilis ke depan pasti punya prospek.
Kopi ini pernah mendapat pujian karena rasanya mirip Java Arabica yang sudah terkenal.
Baca juga: Rencana Pembangunan TPST Tulungagung di Dekat Pasar Hewan Terkendala Anggaran
Kris mengungkapkan, lokasi penanaman Arabika Kobra ini ada di sekitar kawasan Candi Penampihan.
Kawasan ini mempunyai angin yang cukup kencang dan sering mengganggu produksi kopi.
“Kalau angin kencang produksi kopi juga ikut turun. Arabika Kobra juga lebih rentan penyakit dibanding Komasti,” jelas Kris.
Biji Arabika Kobra Wilis mentah (green bean) dihargai Rp 120.000 per kilogram.
Sedangkan kopi yang sudah matang dihargai Rp 300.000 per kilogram.
Kris masih punya keinginan untuk kembali memperbanyak Arabika Kobra.
“Proses pembiakannya bisa menggunakan benih. Prosesnya memang rumit,” tandas Kris.
Wilayah pegunungan Wilis di Kecamatan Sendang selama ini menjadi produsen kopi terkemuka di Tulungagung, dengan produksi didominasi jenis Robusta dan Arabika.
Namun sejauh ini belum ada brand kopi Tulungagung yang dikenal luas di pasaran
Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-70, Satlantas Polres Tuban Fasilitasi Driver Ojol Perpanjang SIM |
![]() |
---|
Wakil Ketua DPRD Jatim Deni Wicaksono: Peningkatan PAD Tak Boleh Bebani Rakyat |
![]() |
---|
Universitas Jember Selidiki Kasus Asusila di Ruang UKM, Dua Mahasiswa Diperiksa |
![]() |
---|
Petani di Trenggalek Semringah Alokasi Pupuk Subsidi Tahun 2025 Bertambah |
![]() |
---|
Viral di Medsos, Mahasiswa Universitas Jember Diduga Berbuat Asusila di UKM, Petugas Temukan Kondom |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.