Keluhan Pedagang Nasi Kuning Omzet Terus Menurun, Kini Untung Rp100 Ribu Sehari, Tetap Nafkahi Istri
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, pendapatan Ardhi menurun sejak tahun 2024.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Seorang pedagang nasi kuning di Jakarta mengungkapkan suka dukanya dalam berjualan.
Menjadi pedagang nasi kuning, pendapatan tak menentu setiap hari bergantung sejumlah faktor seperti cuaca.
Kendati pendapatan berjualan nasi kuning pas-pasan, ia tetap mengirimkan uang ke orang tua.
Baca juga: Kasir Minimarket Malu Kadung Tuding Ibu-ibu Tak Bayar Gula 2 Kg, Rekaman CCTV Bantah Tuduhan
Hal itu seperti diungkap Ardhi (29).
Pedagang nasi kuning di dekat RSUD Kramatjati, Jakarta Timur, ini mengatakan, tantangan terbesarnya dalam berjalan adalah jika hujan deras turun pagi hari.
Pasalnya, Ardhi menjajakan dagangannya pada pagi hari.
Ia mengharapkan rezeki dari orang-orang yang hendak berangkat ke kantor atau sekolah.
"Kalau musim hujan seperti saat ini, orang malas keluar untuk membeli makan," ungkap Ardhi saat ditemui Kompas.com, Selasa (21/1/2025).
Ardhi mengeluhkan soal omzetnya yang menurun.
Ia mengatakan, omzet yang diperolehnya saat ini tak bisa dipastikan lantaran nasi kuning yang dijualnya tidak selalu habis setiap hari.
"Tetapi itu tergantung cuaca juga karena sekarang musim hujan setiap pagi jadi kadang sepi," lanjutnya.
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, pendapatan Ardhi menurun sejak tahun 2024.
"Tapi yang paling bagus di 2023, lumayan ramai," ucap Ardhi.
"Kalau dulu (pendapatan) bisa sampai Rp600.000-500.000, kalau sekarang paling mentok Rp400.000-300.000," imbuh dia.

Pendapatan bersih Ardhi pun tak menentu, berkisar Rp100.000-300.000 dalam sehari.
Melambungnya harga bahan baku seperti cabai belakangan ini, membuat Ardhi terus memutar otak untuk menyiasati usahanya.
"Kalau masalah pengeluaran tergantung dagangannya sih, kalau lagi ramai ya alhamdulillah, kalau sepi, modal diirit-irit," tutur Ardhi.
Jika dagangannya tidak habis, Ardhi memilih menyumbangkan ke anak-anak jalanan di sekitar Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Ardhi sendiri sudah berdagang nasi kuning sejak enam tahun lalu atau pada 2019.
Ia mengatakan, dirinya memiliki dua anak dan seorang istri yang tinggal di Garut.
Meski dagangannya sedang menurun, ia selalu berusaha mengirimkan uang untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya.
Sampai saat ini, dia menjajakan dagangannya sekitar RSUD Kramatjati.
Jika dagangannya tak habis, Ardhi memilih menyumbangkan kepada anak-anak jalan di sekitar Flyover Pasar Rebo, Jakarta Timur.
"Kalau enggak habis, kita bagikan kepada orang-orang yang ada di bawah Flyover Pasar Rebo," tutur Ardhi.
Baca juga: Kisah Pak Azis Hidupi Keluarga Meski Sehari Untung Rp50 Ribu Jualan Kopi, Demi Anak Punya Ijazah
Senada dengan Ardhi, pedagang nasi kuning di Kramatjati, Jakarta Timur, Amiruddin (21), juga bertaruh dengan cuaca dalam berdagang.
Jika dagangannya ludes, Amiruddin bisa mendapat omzet Rp750.000 dalam satu hari.
"Rp750.000 kalau ramai, paling kecil Rp400.000 sehari. Tetapi itu tergantung cuaca juga karena sekarang musim hujan setiap pagi, jadi kadang sepi," kata Amiruddin.
Dikurangi dengan biaya bahan baku dan operasional, dalam sehari pendapatan bersih Amiruddin mencapai Rp200.000-300.000.
Meski pendapatannya menurun, Amiruddin bersyukur masih bisa mengirimkan uang ke orang tua di Garut.
"Alhamdulillah cukuplah, untuk kebutuhan sehari-hari dan kirim orang tua setiap bulannya," tambah Amiruddin.
Amiruddin menambahkan, ia terpaksa membuang dagangannya jika tidak habis, karena tak bisa dikonsumsi untuk hari berikutnya.
"Enggak habis buang saja, enggak bisa buat besoknya kalau nasi, pasti basi sih," kata dia.
Sementara, Dedi (45), pedagang warung nasi yang sejak tahun 2003 menjajakan sayur matang di Kampung Tengah, Kramatjati, mengeluhkan pendapatannya yang setiap tahun terus menurun.
"Kalau dulu Rp350.000-Rp400.00 sehari omzet. Kalau sekarang sepi, mau dapat Rp200.000 saja susah," tutur Dedi.
Jumlah Rp200.000 ini pun belum dikurangi dengan pengeluaran untuk bahan baku dan biaya operasional.
Dedi pun khawatir dengan melonjaknya berbagai harga bahan baku seperti cabai.
Kenaikan harga barang akan semakin menekan pendapatan bersih Dedi.
"Bahan baku juga naik, sekarang cabai yang mahal," tambah Dedi.
Baca juga: Usai Diviralkan, Jalan Rusak ke Sekolah Dikeluhkan Siswa SMK Kini Baru Diperbaiki Pemerintah
Kisah lainnya dialami seorang kuli bangunan yang tak kuasa menahan air matanya saat harus menceritakan kesulitan hidup.
Kuli yang sudah lansia tersebut tak berhenti menangis saat mengungkap permasalahan hidup yang dihadapinya.
Air mata kuli bernama Hermawan (70) jatuh tak terbendung.
Tak banyak-banyak, Hermawan hanya meminta hak upah sebagai pekerja kuli bangunan dibayarkan.
Untuk memperjuangkan haknya, dia rela berjalan kaki dari Kota Bogor menuju Cibinong, Kabupaten Bogor.
Cibinong adalah tempat di mana dia bekerja menghabiskan tenaga dan bercucuran keringat.
Padahal upahnya sebagai kuli bangunan menjadi sumber pemasukan utama untuk menghidupi keluarganya.
Akibat haknya belum dibayar, Hermawan kini merasa kesulitan.
Bahkan kini Hermawan harus tinggal di bangunan bekas gudang tahu di Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.
Ia dan keluarga juga terusir dari kontrakannya karena belum membayar beberapa bulan.
Pakaian dan perabotannya pun ditahan di kontrakan lama Hermawan.
Tak hanya itu, Hermawan dan keluarganya setiap hari dihantui rasa lapar.
Beruntung, di Kota Bogor terdapat warung nasi murah yang disediakan relawan Ping.
Warung nasi murah tersebut yang dimanfaatkan Hermawan.

Sesampainya di lokasi warung nasi murah, Hermawan tak menyantapnya sendiri.
Dia minta nasi murah tersebut dibungkus untuk anak dan istrinya di rumah.
"Boleh dibungkus? Ini buat anak dan istri saya di rumah," kata Hermawan, dikutip dari akun medsos Instagram @partners_in_goodness, Senin (20/1/2025).
"Saya kerja kuli. Tapi belum dibayar. Mandornya kabur," lanjutnya, melansir TribunnewsBogor.com.
Sementara itu, melihat kondisi Hermawan, tim relawan berinisiatif untuk mengantarnya pulang.
"Di akhir hari setelah Warnas, kami mengantar Pak Hermawan pulang, karena beliau sudah terlihat lemas dan kelelahan," beber tim relawan.
Tim relawan pun dibuat terharu dengan keluarga Hermawan.
Sebab dinarasikan jika keluarga Hermawan tetap saling menguatkan satu sama lain meski situasi sulit tengah dihadapi.
"Kami menyaksikan ketika beliau mengabarkan pada keluarga nya bahwa beliau pulang dengan tangan hampa,
kami menyaksikan bagaimana mereka sekeluarga berpelukan sambil menangis dan berusaha saling menguatkan," pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Presiden Prabowo Kasihan Immanuel Ebenezer Diborgol Pakai Baju Oranye: Mungkin Dia Khilaf |
![]() |
---|
Menu MBG Nasi Tutug Oncom untuk Siswa Viral, Camat Jelaskan Sudah Diperiksa Ahli Gizi |
![]() |
---|
Lonjakan Kasus Campak di Jember, Dinkes Catat 36 Anak Positif |
![]() |
---|
Kronologi Mbah Endang Didenda Rp115 Juta Atas Hak Siar Pertandingan Bola, 2 Pria Datang Foto Kafenya |
![]() |
---|
10 Ucapan Maulid Nabi Bahasa Arab & Artinya, 12 Rabiul Awal 1447 H Jatuh Pada Jumat 5 September 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.