Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kisah Jurnalis Kediri Kembangkan Usaha Camilan Rebusan, Langganan Pelajar di Kampung Inggris

Kisah jurnalis Kediri mengembangkan usaha camilan rebusan tradisional, dapat sambutan hangat pelajar di Kampung Inggris Pare.

Penulis: Melia Luthfi Husnika | Editor: Dwi Prastika
Istimewa/TribunJatim.com
Menu camilan tradisional 'Polo Pendem Mbok Girah' yang dijajakan Hariono (39) di Jalan Anggrek, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Rabu (5/2/2025). Usaha ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat, terutama para pelajar dan pendatang yang menetap di Pare untuk belajar di Kampung Inggris. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Melia Luthfi

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Di tengah gempuran makanan instan dan camilan modern, Hariono (39), seorang jurnalis asal Desa Krecek, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, justru memilih jalan berbeda.

Ia mendirikan usaha camilan tradisional "Polo Pendem Mbok Girah" yang menyajikan aneka rebusan khas Nusantara.

Usaha ini bukan sekadar bisnis, tetapi juga bentuk pelestarian kuliner warisan leluhur.  

Setiap hari, Hariono berjualan di Jalan Anggrek, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

Meski baru berjalan satu bulan, usaha ini sudah mendapat sambutan hangat dari masyarakat, terutama para pelajar dan pendatang yang menetap di Pare untuk belajar di Kampung Inggris.  

"Saya melihat banyak generasi muda yang mulai melupakan makanan tradisional. Padahal, polo pendem seperti ubi, singkong, dan pisang rebus itu sehat dan tanpa bahan pengawet," kata Hariono, Rabu (5/2/2025).

Berangkat dari kepedulian tersebut, ia mulai merintis bisnis camilan rebusan ini sambil tetap menjalankan profesinya sebagai jurnalis.

Hariono merasa makanan khas daerah harus tetap eksis di tengah perkembangan zaman.  

Dengan konsep sederhana namun menarik, Polo Pendem Mbok Girah menyajikan menu seperti kacang rebus, gothe, singkong rebus, pisang rebus, jagung rebus, hingga kolak hangat.

Selain menawarkan rasa nostalgia, camilan ini juga menjadi alternatif sehat bagi masyarakat.  

Hariono tidak menjalankan bisnis ini sendirian.

Ia memberdayakan dua anak yatim piatu yang masih duduk di bangku SMA sebagai karyawan.

Baginya, usaha ini bukan hanya mencari keuntungan, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi mereka yang membutuhkan.

"Anak-anak ini punya semangat besar untuk mandiri. Saya ingin mereka punya pengalaman kerja dan belajar tentang usaha kecil," terangnya.  

Baca juga: Pendapatan Perajin Rebana dan Bedug di Blitar Meningkat, Kebanjiran Pesanan di Bulan Ramadan

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved