Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Di-PHK PT Sritex usai 25 Tahun Bekerja Jadi Security, Sri Kini Jualan Takjil, Belum Dapat Pesangon

Sri Cahyaningsih memilih berjualan takjil untuk mendapatkan penghasilan setelah di-PHK PT Sritex.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
YouTube/KOMPASTV
SRI JUALAN TAKJIL - Tangkapan layar unggahan kanal YouTube KOMPASTV, Senin (3/3/2025). Mantan sekuriti PT Sritex, Sri Cahyaningsih, kini jualan takjil setelah di-PHK. 

TRIBUNJATIM.COM - Mantan karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, kini harus mencari penghasilan lain setelah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

Salah satunya seperti dilakukan Sri Cahyaningsih yang memilih berjualan takjil untuk mendapatkan penghasilan.

Sri sebelumnya bekerja sebagai sekuriti PT Sritex selama 25 tahun.

Baca juga: Sudah Pakai Uangnya, Dedi Mulyadi Kecele Alat Berat Bongkar Hibisc Tak Sebesar untuk Gusur PKL

"Saya di rumah kalau sore jualan es untuk takjil, ada es buah dan es cincau," ungkap Sri dalam program talkshow Overview Tribunnews, Rabu (5/3/2025).

Selain mengisi waktu kosong, Sri menyebut, ia membutuhkan pemasukan untuk memenuhi kebutuhan jelang Lebaran.

"Kemarin ada PHK kan tidak ada kegiatan, untuk bulan depan kan butuh pemasukan, apalagi mau Lebaran kebutuhannya banyak," katanya.

Sri terakhir bekerja di Sritex pada 28 Februari 2025.

Hanya gaji bulan itu yang ia dapat setelah di-PHK.

Sementara pesangon dan THR yang dijanjikan pihak perusahaan, belum diketahui kapan bisa diterimanya.

"Untuk pesangon dan THR belum menerima, ada informasi menunggu tim kurator untuk pelelangan PT Sritex, dijanjikan kalau sudah laku aset-aset di Sritex," ungkapnya.

Namun bukan sekadar pesangon dan THR yang diharapkan Sri.

Lebih dari itu, Sri berharap bisa kembali bekerja di PT Sritex.

"Semoga saja ada investor baru yang membeli Sritex beserta asetnya," tuturnya.

"Dan semoga bisa kembali bekerja di eks Sritex nantinya," harap Sri.

Mantan karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sri Cahayaningsih, dalam program talkshow Overview Tribunnews, Rabu (5/3/2025). Setelah 25 tahun bekerja dan terkena PHK, Sri memilih berjualan takjil untuk mendapatkan penghasilan.
Mantan karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sri Cahyaningsih, dalam program talkshow Overview Tribunnews, Rabu (5/3/2025). Setelah 25 tahun bekerja dan terkena PHK, Sri memilih berjualan takjil untuk mendapatkan penghasilan. (Tribunnews.com)

Sri mengaku menjadi sebuah kebanggaan bisa bekerja di PT Sritex selama lebih dari dua dekade.

"Saya merasa senang dan bangga bekerja di pabrik tekstil terbesar di Asia Tenggara ini," ucapnya, melansir Tribun Solo.

Sri mengaku  seperti masih tidak percaya PT Sritex dinyatakan pailit hingga melakukan PHK massal.

"Perasaannya seperti mimpi, apa mungkin pabrik segede ini, ekspor dan produksi lancar, tapi kok tiba-tiba ada pengumuman PHK massal, syok, terenyuh, besok tidak bisa kerja lagi, tidak terima gaji lagi," kata Sri.

Baca juga: Kesal Atas Pelayanan Penjual Bakso, TikToker Dituding Jatuhkan Usaha, Anak Pemilik: Maunya Apa

Tak hanya bagi mantan karyawan, sejumlah pelaku usaha di sekitar PT Sritex ikut terimbas penutupan pabrik.

Mereka mengaku bingung dengan nasib usahanya usai penutupan PT Sritex di Sukoharjo, Sabtu (1/3/2025).

Kekhawatiran dirasakan bagi para pelaku usaha di kawasan sekitar pabrik.

Salah satunya adalah pelaku usaha tempat parkir di kawasan Sritex, Surati (52).

"Ini terasa sekali. Padahal sumber mencari makan saya di sini," katanya pada Sabtu (1/3/2025).

Wanita asal Kriwen, Sukoharjo, ini mengaku baru saja memulai bisnis tempat parkirnya di depan gerbang Sritex pada akhir Agustus 2024 lalu.

Ia sudah terlanjur menyewa lahan dengan nilai kontrak Rp105 juta selama tiga tahun.

"Ini sewa, tiga tahun sekali. Setahunnya Rp55 juta. Ini langsung tiga tahun, totalnya Rp105 juta. Baru dapat 6 bulan," kata perempuan tiga anak ini.

Baca juga: Asrofi sempat Kecewa Dapat Ganti Rugi Jalan Tol Cuma Rp232.144, Dulu Terima Rp600 Juta: Buat Sedekah

Surati menjelaskan, dirinya berani menginvestasikan uang sebesar itu karena yakin Sritex tidak akan tutup.

"Saya berani tiga tahun (nyewa), masak pabrik sebesar itu kok tutup. Kan enggak mungkin. Tapi terjadi juga," ujar dia.

Menurut Surati, hasil yang didapatnya dari usaha lahan parkir tersebut cukup besar.

Sehari, usaha lahan parkirnya mampu menghasilkan uang sebesar Rp400.000.

"Sehari Rp400.000 atau Rp4.350.000 dapatnya uang selama 24 jam, tiga sif," bebernya.

"Pas ramai Rp400.000-an, kalau sepi Rp300.000-an. Pas sepi, dirumahkan kemarin, Rp100.000," imbuh dia.

Ilustrasi situasi kawasan PT Sritex setelah resmi menyatakan tutup, Sabtu (1/3/2025).
Ilustrasi situasi kawasan PT Sritex setelah resmi menyatakan tutup, Sabtu (1/3/2025). (KOMPAS.com/Romensy Augustino)

Dengan ditutupnya Sritex, Surati mengaku bingung dengan langkah yang harus ia tempuh, mengingat uang yang diinvestasikan cukup besar.

"Gimana ya, saya bingung buka tidak ya? Belum ada gambaran," kata dia.

Hal senada diungkapkan warga Sukoharjo, Supami (65), yang sehari-hari membuka warung makan.

Ia memprediksi, warung yang sudah dibukanya sejak 35 tahun akan sepi pembeli, mengingat para pelanggan setianya adalah karyawan PT Sritex.

"Susah, ya pembelinya tidak ada. Karyawan sudah menjadi langganan dan sudah akrab, jadi gimana ya," tutur dia.

Supami mengaku baru saja memperpanjang kontrak sewa warungnya yang dibanderol dengan harga Rp15 juta per dua tahun.

"Kontrak Rp15 juta per dua tahun, baru dapat lima bulan."

"Kalau pendapatan sehari tidak pasti. Cukuplah buat anak dan cucu," ungkap dia.

Supami menambahkan, dirinya akan pensiun menjadi seorang pedagang setelah ditutupnya Sritex.

"Rencana kalau tidak jualan lagi ya di rumah. Karena sudah tua juga," tutup Supami.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved