Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Hikmah Ramadan 2025

Berpuasa secara Mindfullness

Alhamdulillah, bulan ramadhan kembali datang. Bulan mulia penuh keberkahan. Bulan kesembilan dalam tahun hijriyah ini memiliki banyak sebutan

Editor: Sudarma Adi
zoom-inlihat foto Berpuasa secara Mindfullness
ISTIMEWA
Prof. Hj. Muslihati sebagai Sekretaris Komisi Perberdayaan Perempuan Remaja dan Keluarga MUI Jawa Timur dan Guru Besar Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Oleh: Prof. Hj. Muslihati

Sekretaris Komisi Perberdayaan Perempuan Remaja dan Keluarga MUI Jawa Timur dan Guru Besar Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Marhaban ya Ramadhan 

Alhamdulillah, bulan ramadhan kembali datang. Bulan mulia penuh keberkahan.

Bulan kesembilan dalam tahun hijriyah ini memiliki banyak sebutan, diantaranya syahrul ibadah atau bulan ibadah, syahrul maghfiroh atau bulan penuh ampunan, syahrurrohmah atau bulan penuh kasih sayang Allah, syahrulquran bulan diturunkan nya Al Quran, syahruttarbiyah atau bulan edukasi, dan tentu yang paling utama adalah syahrusshiyam atau bulan puasa. 

Keutamaan Ramadhan tidak berhenti hanya itu, salah satu malam di bulan Ramadhan merupakan malam Istimewa adalah lailatul qodar yang sering disebut dengan malam seribu bulan karena berlipatgandanya pahala ibadah yang dianugerahkan Allah dimalam luar biasa tersebut.

Pendek kata bulan Ramadhan sangat Istimewa karena didalamnya terdapat kesempatan emas untuk beramal sholeh, beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai amal ibadah wajib seperti puasa dan sholat, dan berbagai amal ibadah sunnah untuk mencapai kualitas insan bertaqwa. 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa, Antara Istigfar dan Taubat

Puasa dan latihan pengendalian diri

Diantara sekian banyak sebutan untuk ramadhan, sebutan syahruttarbiyah atau bulan edukasi perlu diulas lebih detail.

Sebutan ini tentu bertali temali dengan sebutan lain yaitu syahrushiyam, syahrul quran dan syahrul ibadah.

Ibadah puasa yang dilaksanakan secara bersungguh-sungguh, merupakan proses edukasi yang tidak hanya berdampak pada aspek spiritual dan religius seorang muslim, namun juga sangat berpengaruh pada dinamika psikologis dan perilakunya.

Dampak ini diperoleh dari upaya proses pelaksanaan puasa itu sendiri. 

Puasa yang dalam bahasa arab disebut as-Shiyaam atau as-Shaum memiliki makna menahan, secara syariat berupa ibadah yang dilakukan dengan tara cara menahan makan dan minum dan aktivitas lain yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar atau memasuki waktu subuh hingga terbenam matahari atau memasuki waktu maghrib.

Tentu, puasa tidak dimaksudkan menahan lapar dan haus semata namun juga mengendalikan hawa nafsu dan berbagai perbuatan tercela lainnya. 

Menahan diri merupakan latihan psikologis yang tidak sederhana bagi manusia, apalagi jika dilaksanakan dalam durasi yang cukup lama.

Puasa di bulan Ramadhan bagi sebagian orang merupakan ibadah yang berat bagi mereka yang terbiasa bebas, karena harus menahan diri dari dorongan insting, libido, ego dan nafsu adalah tantangan yang tidak mudah dilakukan.

Puasa Ramadhan menjadi semakin menantang karena manusia mudah tergoda dan cenderung akan merespon setiap stimulus yang datang dari lingkungan sekitar. Pendek kata, manusia secara umum tidak tahan godaan.

Tanpa kekuatan iman dan niat, maka kemungkinan seseorang hanya akan berpuasa diawal bulan lalu menyerah tidak menyelesaikannya sebulan penuh dengan berbagai alasan. 

Pengendalian diri sebagai salah satu proses penting selama beribadah puasa, tidak muncul tiba-tiba. Kemampuan ini tumbuh dan berkembang dari edukasi, pembiasaan dan latihan sejak belia. Keluarga dan masyarakat menjadi ruang edukasi yang penting.

Penjelasan, motivasi dan contoh dari orang tua serta seluruh keluarga menjadi diterminan penentu munculnya pemahaman dan kesadaran akan penting pengendalian diri ketika berpuasa.

Latihan pengendalian diri ini akan membuahkan berbagai kualitas pribadi seperti resiliensi atau ketangguhan, agilitas dan adaptabilitas atau kemampuan beradaptasi, dan tentunya juga sikap altruis dan empati. Semua kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam menghadapi dinamika kehidupan yang naik turun ibadat roaller coaster. 

Tiga level kualitas puasa

Mencapai predikat muslim sejati dengan kualitas ibadah tertinggi tentu memerlukan proses.

Begitu juga dengan penunaian ibadah puasa. Ibarat siswa yang sedang sekolah, seseorang bisa menapaki setiap tangga kelas secara bertahap setelah melewati sekian evaluasi.

Dalam beribadah puasa, Imam Al Ghazali dalam Kitab nya Ihya Ulumuddin membagi level puasa menjadi tiga tingkatan yaitu level pertama shaumul umum atau kualitas puasa masyarakat awam, level kedua shaumul ‎khusus atau kualitas puasa orang-orang spesial, dan level ketiga atau level tertinggi shaumul khususil khusus atau kualitas puasa orang-orang istimewa.

Setiap level memiliki kriteria tersendiri. 

Puasa level pertama dilaksanakan sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat namun terkadang masih diciderai dengan perilaku yang berpotensi membatalkan pahala ibadah ini.

Puasa semacam ini sering dilakukan kebanyakan orang, dimana mereka masih sering menggunjing dan menghina orang lain atau bermaksiat mata, telinga, kaki, tangan dan jari jemari melalui perangkat gadget.

Ibarat kata ibadah dilaksanakan maksiat terus dilakukan. 

Puasa level kedua tentu lebih baik dari level pertama, mereka yang mencapai level ini mampu menahan haus, lapar dan hal-hal yang membatalkan, sekaligus menahan diri dari perbuatan tercela baik menahan mata, lisan, tangan, kaki dan semua aggota tubuh dari perbuatan dosa dan maksiat.

Mereka berusaha menghindari bahkan mengelola diri agar jauh dari perbuatan tersebut. Puasa level kedua puasa yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran bahwa ibadah puasa nya tidak boleh dinodai oleh perbuatan tercela, sekalipun tanpa suara, semisal berbagai aktivitas kurang baik melalui gadget berbagai platform sosial media atau artificial intelligence yang ada. 

Puasa level ketiga adalah level tertinggi menurut Imam Al-Ghazali. Di level khushusil khushus ini puasa tidak saja menahan diri dari maksiat, namun juga menjaga hati agar selalu tertaut pada Allah SWT.

Ketika terbersit hal lain selain Allah SWT seperti harta duniawi maka puasanya dianggap batal. Mengingat betapa beratnya laku puasa di level ini, maka tidak mengherankan jika level ini hanya mampu ditunaikan oleh para nabi dan kekasih Allah SWT. 

Bagi kita yang masih terikat dengan aktivitas dan kebutuhan duniawi, tentu kualitas level ketiga sangat berat untuk dicapai.

Namun demikian, kita perlu terus berusaha mencapai kualitas puasa dari waktu ke waktu agar tidak ternoda dari perbuatan buruk yang dapat merusak hakikat dan menghilangkan pahala puasa.

Upaya untuk meningkatkan kualitas puasa sangat penting agar kita meraih predikat istimewa yang dijanjikan Allah SWT, mencapai kualifikasi orang-orang yang bertaqwa.

Berpuasa secara Mindfullness 

Melaksanakan puasa dengan baik dengan menahan diri dari berbagai godaan yang dapat menodai pahala puasa, memerlukan latihan berproses.

Kesadaran sebagai hamba yang wajib mengabdi dan bersyukur pada sang Khalik menjadi modal penting dalam menjalani ibadah puasa ramadhan secara khusyuk dan mindfulness. 

Apasih yang dimaksud dengan puasa secara mindfulness.

Mari kita mulai dengan memahami apa itu mindfulness terlebih dahulu. Diksi kondisi psikologis ini dimaknai sebagai kemampuan menyadari sepenuhnya situasi dan momen saat ini.

Mindfullness berarti hadir secara utuh jiwa dan raga dengan penuh perhatian, tenang dan tidak reaktif secara emosional dalam satu situasi saat ini. 

Kesadaran yang dimaksud meliputi (1) kesadaran mengenai posisi diri kita sebagai hamba yang diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT (QS Addzariyat ayat 56) (2) kesadaran bahwa kita ditelah diciptakan Allah SWT dengan bentuk sebaik-baiknya (QS Attin ayat 4) (3) kesadaran bahwa kita dimulyakan oleh Allah SWT (QS Al Isro ayat 70) (4) bahwa kita sangat perlu bersandar dan bermunajat pada Allah SWT dalam segala gerak kehidupan kita dan Allah memberikan kesempatan bagi kita untuk berdoa (QS Al Baqarah 186), dan doa orang berpuasa adalah doa yang potensial diijabah oleh Allah (5) kesadaran bahwa kita adalah makhluk yang memiliki dorongan nafsu yang dapat menjerumuskan pada kelalaian dan keterpurukan (QS Al Kahfi ayat 28) dan (6) kesadaran akan kesempatan emas untuk beribadah di bulan ramadhan yang sangat Istimewa.

Semua kesadaran itu dapat menjadi motivasi, refleksi dan evaluasi sekaligus bahan untuk membangun mindfulness dalam diri kita disaat melaksanakan ibadah puasa. 

Puasa secara mindful berarti menjalani puasa dengan penuh kesadaran mengenai tata cara menjalaninya agar sesuai syariat dan mencapat esensi hakikat.

Puasa sedemikian ini juga berarti puasa yang disadari sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT sekaligus wujud syukur kita pada sang Khalik.

Selama berpuasa, orang yang menjalaninya secara mindful, akan mengawalinya dengan niat secara tulus hanya untuk Allah SWT, memerhatikan dengan baik apa yang terjadi dalam pikiran dan tubuhnya dengan melihatnya sebagai wujud kebesaran Allah.

Melibatkan Allah dengan menyadari apa yang terjadi di sekitarnya dan mengaktif alarm pikiran dan hati ketika ada ancaman pelanggaran sekalipun dalam bentuk niat yang masih berupa gerak hati. Alarm menjadi aktif ketika semua kesadaran sebagai hamba berfungsi aktif dengan baik.

Berpuasa secara mindful berarti berupaya untuk terus menjadikan Allah sebagai tujuan dan orientasi utama dalam puasa, menjadi Allah sebagai Maha pengawas yang Maha Jeli.

Melatih Mindfullness saat berpuasa

Mindfulness perlu dilatih melalui berbagai cara agar seseorang mampu memusatkan kesadaran dan perhatian. Latihan semacam ini dapat dilakukan kapan dan dimana saja.

Melatih mindfullness dalam berpuasa dapat dilakukan dengan tujuh kiat yaitu (1) menata niat dan memfokuskan orientasi puasa hanya untuk Allah SWT.

Dengan demikian, ibadah puasa akan terasa mudah dan indah dibandingkan jika niat puasan untuk meraih pujian sesama manusia (2) meminta perlindungan Allah SWT selama berpuasa, senantiasa berdoa memohon kepada Allah SWT agar dikaruniai puasa yang terasa nyaman, ringan, mudah dan bermakna (3) berupaya mengelola pikiran dan emosi selama berpuasa, disaat berpuasa berupaya menyadari dorongan emosi negatif yang mungkin dapat  mengganggu.

Berusaha menyadari setiap perkataan, tindakan bahkan bisikan hati ketika berinteraksi dengan kolega dan orang-orang sekitar, jangan sampai ada perbuatan kurang baik yang melukai orang lain.

Jika ada dorongan emosi negatif hendaklah segera berwudlu atau menyepi sejenak menarik nafas untuk menenangkan pikiran dan hati (4) Mensyukuri segala nikmat Allah SWT ketika dimampukan untuk makan sahur, berbuka puasa, shalat tarawih, tadarus Alquran di setiap hari selama Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda bahwa salah satu kenikmatan puasa adalah ketika waktu berbuka tiba.

Untuk itu kita patut menyadari nikmat berbuka puasa, namun bukan untuk memuaskan nafsu makan sehingga makan berlebihan melainkan untuk meresapi nikmat Allah sang Maha Pemberi rizki. demikian juga dengan makan sahur, disamping untuk menjaga stamina selama puasa, makan sahur sesuai sabda Rasulullah SAW juga mendatangkan keberkahan (5) tetap beraktivitas positif secara rutin agar selama berpuasa tetap aktif dan produktif. menjaga kebersihan dan kesehatan diri, menjaga kebersihan mulut setelah makan sahur dan berbuka, menjaga kesegaran fisik dengan mandi pagi dan sore, tetap berolahraga serta mengasup makanan sehat dan halal (6) memupuk empati dengan memperbanyak bersodaqoh dan berinfak, berbagi kebahagiaan selama ramadhan (7) melakukan refleksi diri setiap saat atas segala tingkah laku selama menjalani ibadah puasa, segera beristighfar jika disadari telah melakukan kesalahan. 

Mari terus berupaya untuk menjalankan puasa secara mindfullness, mari kita sadari, rasakan dan syukuri betapa nikmatnya iman dan syariat Islam. Dengan berpuasa secara mindfullness, semoga Allah SWT meningkatkan kualitas iman kita hingga meraih predikat taqwa.

 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved