Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa, dari Khauf ke Khasyyah

Ikhauf dan khasyah dapat diartikan dengan takut di dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi di dalam Bahasa Arab, keduanya dapat dibedakan pengertiannya.

Editor: Sudarma Adi
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
WAWANCARA - Menteri Agama RI, KH Nasaruddin Umar melakukan sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (28/1/2025). 

Seperti dinyatakan di dalam Alquran: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. al-Nisa’/4:9).

Obyek yang ditakuti dalam ayat ini ialah Allah SWT, karena itu digunakan kata walyakhsya.

Perbedaan kedua kosa kata itu juga mengisyaratkan perbedaan sikap. Jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti dalam kata kauf, maka kita harus menjauhi obyek itu.

Misalnya jika ingin selamat dari harimau atau tsunami jauhi obyek itu, karena jika dekat maka terancam bahaya mematikan.

Sebaliknya jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti dalam kata khasyyah,
maka kita harus mendekati obyek yang ditakuti itu. Jika kita menjauhi Tuhan pasti kita akan binasa.

Tegasnya jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti (makhluk) jauhi obyek itu. Jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti (Khaliq), dekati obyek itu.

Banyak di antara kita belum cerdas mencari penyelamatan diri dari obyek yang ditakuti.

Jika ingin selamat dari siksa neraka maka seharusnya kita menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti perzinahan, pembunuhan, korupsi, dan pendaliman.

Dengan demikian kita akan selamat dari siksa neraka. Sebaliknya jika kita mendambakan syurga maka kita harus mendekati sedekat-dekatnya Allah Swt sebagai obyek yang ditakuti.

Idealnya, kita di dalam mengabdikan diri kepada Allah Swt betul-betul tanpa pamrih. Tidak berharap syurga atau berlindung kepada-Nya agar tidak masuk neraka, tetapi semata-mata kita lakukan pengabdian karena Allah SWT,
sebagaimana di dalam ikrar kita: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah SWT”.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved