Krisis Makam di Surabaya
Krisis Makam di Surabaya, Warga yang Mau Dimakamkan Kini Harus Ditumpuk
Saat ini tempat pemakaman umum sudah penuh sehingga hampir tak ada lagi sisa lahan untuk sekadar menguburkan jenazah.
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Sudarma Adi
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nuraini Faiq
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Surabaya mulai krisis kuburan atau krisis makam.
Saat ini tempat pemakaman umum sudah penuh sehingga hampir tak ada lagi sisa lahan untuk sekadar menguburkan jenazah.
Akibatnya, pemakaman dengan cara ditumpuk sudah biasa dilakukan.
Rifai, modin kematian Kelurahan Kemayoran, Kecamatan Krembangan, Surabaya, menuturkan bahwa warga di wilayahnya sudah biasa menumpuk jenazah saat dimakamkan di TPU Mbah Ratu.
Ini adalah TPU utk wilayah Krembangan.
Petugas yang biasa mengurus jenazah hingga dimakamkan itu menyebut bahwa pemakaman dengan cara ditumpuk itu sudah kerap dilakukan karena tak ada lahan sisa di TPU Mbah Ratu.
Baca juga: Ketua DPRD Surabaya Apresiasi Kepala Daerah Aglomerasi Berkolaborasi Bangun Kota Bersama-sama
"Pemakaman ditumpuk ini hanya berlaku untuk jenazah satu keluarga. Tentu setelah persetujuan keluarga," kata Rifai, Rabu (19/3/2025).
Penumpukan jenazah baru di atas jenazah lama itu tidak berlaku bagi selain keturunan keluarga. Rifai menyebut bahwa alasan memilih untuk menumpuk pemakaman itu karena alasan darurat.
Sebab saat ini sudah tidak ada sisa lahan untuk mengubur jenazah baru.
Ketua Komisi C DPRD Surabaya Eri Irawan sebelumnya menyebut bahwa di Surabaya tinggal menyisakan 32.000 tempat pemakaman baru. Sementara setiap tahun tercatat sekitar 30.000 akta kematian diterbitkan.
Karena penuh, Rifai menjelaskan hanya ada dua makam pilihan bagi warga Krembangan untuk bisa dimakamkan normal. Yakni di TPU Keputih dan Babat Jerawat. Namun dengan alasan jauh dari tempat tinggal sehingga memilih ditumpuk.
"Alasan utama karena makam warga ingin dekat dengan rumah. Pada saat ingin ziarah atau tilik kubur tidak jauh-jauh. Cukup di TPU Mbah Ratu," kata Rifai.
Pemakaman dengan cara ditumpuk itu menurut Baktiono adalah karena keadaan darurat. Ada tujuan kemaslahatan (manfaat yang lebih besar). "Tak perlu dipertentangkan pemakaman dengan cara ditumpuk," kata politisi senior PDIP ini.
Tidak hanya di Mbah Ratu, TPU Ngagel dan makam-makam lama kondisinya juga sama. Terutama yang sudah lebih dari seratus tahun usia TPU. Bahkan rata-rata makam keluarga sudah tumpuk lima.
Baca juga: Eri Cahyadi Minta Dinas Perhubungan Surabaya Atasi Parkir Liar, Masuk Kontrak Kerja Kepala Dishub
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.