Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

10 Tahun Jualan Baju, Fitri Pasrah Pembeli Sepi Jelang Lebaran, Dulu Jadi Rebutan hingga Susah Jalan

Penjualan pakaian di pasar Surabaya, Jawa Timur menurun drastis jelang Lebaran 2025.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/AZWA SAFRINA
KONDISI PASAR - Suasana Pasar Soponyono, Kecamatan Rungkut Surabaya, Jawa Timur yang semakin sepi pembeli jelang lebaran 2025. Fitri, yang jualan 10 tahun kini pasrah pendapatan menurun. 

TRIBUNJATIM.COM - Penjualan pakaian di pasar Surabaya, Jawa Timur menurun drastis jelang Lebaran 2025.

Hal ini seperti dirasakan Fitri (45), pedagang pakaian di Pasar Soponyono, Kecamatan Rungkut, Surabaya.

Fiti mengatakan, sekitar lima tahun lalu, dagangannya selalu menjadi rebutan para pembeli yang mencari pakaian baru Lebaran.

"Dulu, setiap berapa pun yang saya bawa selalu habis kalau dekat Lebaran seperti ini. Terkadang ada pembeli yang mau ngambil baju atasan ini, terus ada pembeli lain yang bilang, 'Loh tadi aku dulu yang bayar, Mbak', jadi rebutan," kenang Fitri, Jumat (28/3/2025), melansir dari Kompas.com.

Jalanan di antara satu kios dengan kios lainnya sesak dipenuhi pengunjung yang tak henti-hentinya bertransaksi.

"Satu jalan ini penuh sama pembeli, sampai susah buat jalan. Saya biasanya jualan dari pagi jam 07.00 WIB sampai sorean jam 15.00 WIB, itu masih ada saja yang beli," katanya.

Namun, sejak maraknya penjualan toko online setelah pandemi Covid-19, Fitri merasakan adanya penurunan pembelian baju Lebaran setiap tahunnya.

"Pokoknya semenjak ada (toko) online itu wes turun banget, makin sepi setiap tahun," ungkapnya.

Sudah lebih dari 10 tahun dia berdagang pakaian dengan menjual berbagai produk pakaian yang cukup beragam.

Mulai dari gamis, abaya, overall, jilbab, sarung dengan kisaran harga mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 225.000.

Baca juga: Sepekan Jelang Lebaran, Pasar Pamenang Kediri Sepi Pengunjung, Padahal Dulu Jadi Jujukan Masyarakat

Menurutnya, jika dibandingkan tahun kemarin, penjualannya mengalami penurunan hingga 50 persen.

Tahun lalu, sekitar H-1 minggu Lebaran menjadi puncak ramainya pembeli dengan omzet mencapai antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta.

Namun kini, memasuki H-3 Lebaran, suasana pasar masih cenderung lengang, Fitri hanya bisa mendapatkan sekitar Rp 2 juta.

"Kalau dibandingkan tahun kemarin jelas masih ramai tahun kemarin, tetapi ya ramainya masih kalah jauh dibandingkan tahun-tahun sebelum pandemi," ujarnya.

Berita Lain

Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman merespons keluhan pedagang Pasar Tanah Abang, Jakarta, yang mengeluhkan sepinya pembeli menjelang Lebaran tahun ini.

Menurut Maman, sekarang sudah terjadi pergeseran pola budaya berbelanja di masyarakat, di mana banyak orang lebih memilih belanja secara online ketimbang datang langsung ke pasar.

Bila melihat dua hingga empat tahun yang lalu, kata Maman, masyarakat memang masih banyak yang berbelanja secara langsung, termasuk ke Pasar Tanah Abang. Namun, sekarang sudah terjadi pergeseran pola belanja.

"Sekarang ini terjadi shifting era, di mana sekarang rata-rata [masyarakat, red] sudah tidak belanja langsung datang ke Tanah Abang, tidak belanja dateng ke Fatmawati, tapi mereka belanjanya lewat media online kan, e-commerce," kata Maman ketika ditemui di gedung Smesco Indonesia, Jakarta Selatan, Rabu (19/3/2025) malam.

Menurut dia, pergeseran ini menjadi salah satu penyebab sepinya pasar dan harus diperhatikan.

Dia juga menekankan agar jangan hanya menyalahkan kondisi ekonomi yang lesu sebagai alasan utama.

"Ini juga harus kita lihat sebagai salah satu penyebab, jangan hanya sekadar dilihat situasi karena ekonomi lagi lesu," ujar Maman.

Baca juga: Penjahit Pasar Pamenang Pare Kediri Tetap Bertahan Meski Sepi Permintaan: Ekonomi Sulit

Sebelumnya, menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengeluhkan soal kondisi pembeli saat ini yang tak seramai seperti tahun lalu.

Mereka menilai, ada penurunan jumlah pembeli yang cukup signifikan di Pasar Tanah Abang.

"Tahun sebelumnya pembeli bagaikan tawaf karena jalan cuma selangkah. Padat, full banget," ungkap Edo (35), salah satu pedagang di Pasar Tanah Abang ketika ditemui di tempatnya berdagang, Sabtu (15/3/2025), dikutip dari Kompas.com.

Edo menyebutkan, suasana di Pasar Tanah Abang saat ini terasa lebih longgar, bahkan di beberapa koridor masih tampak sepi.

"Sekarang mah, ibaratnya bisa buat main sepak bola karena ada yang luang," tambahnya dengan nada canda.

Edo mengenang masa lalu saat pembeli saling berebut baju di tokonya menjelang Lebaran.

"Buat saya, buat saya," katanya, menirukan suara para ibu-ibu yang antusias dalam perburuan busana.

Namun, di tahun ini, momen seru tersebut tidak lagi ia rasakan. Edo berujar ada penurunan jumlah pembeli yang cukup drastis.

"Pembeli menurun 50 persen dari tahun sebelumnya yang sehari bisa mencapai sekitar 150 orang," ungkapnya.

Padahal, waktu menjelang Lebaran seharusnya membawa suasana berbelanja yang lebih hidup.

Senada dengan Edo, pedagang Pasar Tanah Abang lainnya, Novi, juga merasakan betapa sepinya kondisi Tanah Abang saat ini.

"Kalau sekarang dapat dikatakan sepi. Sedangkan, kalau tahun lalu, sejak pagi, pembeli sudah desak-desakan," ujar Novi kepada Kompas.com.

Novi ingat betul bahwa tahun lalu pembeli sudah berbondong-bondong datang ke Pasar Tanah Abang sejak pagi dengan kondisi penuh sesak hingga sore hari.

"Kalau tahun kemarin, dari jam 07.00-17.00 WIB itu pembeli desak-desakan dalam seharian," jelasnya.

Akan tetapi, suasana yang terjadi saat ini sebaliknya, di mana pembeli hanya ramai selama dua jam.

"Sisanya sepi lagi," tutur Novi dengan nada yang mencerminkan kekecewaan.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved