Berita Viral
Alasan Maskirah Jadi Penyapu Koin di Jembatan Meski Sudah Dilarang: Namanya Orang Enggak Mampu
Sudah jadi kebiasaan setiap tahunnya saat momen mudik Lebaran, Maskirah akan duduk di pinggir jalan menyapu koin.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Maskirah adalah salah satu penyapu koin di Jembatan Sewoharjo perbatasan Kabupaten Subang-Indramayu.
Sudah menjadi kebiasaan setiap tahunnya saat tiba momen mudik Lebaran, ia akan duduk di pinggir jalan menyapu koin.
Maskirah sendiri merupakan warga lokal Desa/Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Di lokasi tersebut, Maskirah dan rekannya yang lain menyapu di wilayah yang masih masuk administrasi Kabupaten Indramayu.
Sedangkan mulai dari jembatan hingga seterusnya mayoritas penyapu koin berasal dari Subang.
"Kalau saya bukan pekerjaan sehari-hari, saya biasanya ngurusin anak," kata Maskirah kepada Tribun Jabar.
"Kalau anak lagi sekolah ya ke sini, kalau enggak ya enggak berangkat," ujar dia.
Sedangkan suaminya, disampaikan Maskirah, bekerja sebagai buruh tani di sawah.
Ia pun mengaku menjadi penyapu koin hanya untuk menambah pendapatan.
Uang yang didapatnya agar anak-anaknya bisa makan dan jajan.
"Namanya orang enggak mampu, bisanya kerja gini," kata Maskirah.
Namun jumlah kendaraan yang melempar koin kini tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
Meski belakangan ini sudah ada peningkatan volume kendaraan yang melintas karena mendekati hari Lebaran.
Alhasil, penyapu koin Jembatan Sewo di perbatasan Subang-Indramayu di Jalur Pantura lebih banyak terduduk lemas di pinggir jalan.

Maskirah mengatakan, uang yang didapatnya dalam sehari itu hanya puluhan ribu saja meski sudah menyapu koin hingga sore hari.
Ia juga menunjukkan sejumlah uang yang berhasil ia kumpulkan seharian ini, yang ada di dalam tas miliknya.
Isinya ada yang pecahan Rp2.000, Rp1.000, koin Rp500, koin Rp200, dan koin Rp100.
"Hari ini saja mungkin baru ada sekitar Rp20-30 ribu," ungkap Maskirah kepada Tribun Cirebon, Senin (24/3/2025).
Maskirah menyampaikan, kemudian pada hari kemarin, ia mengaku hanya mendapat Rp25 ribu saja.
Padahal ia sudah seharian ngendon di pinggir Jalur Pantura dan baru pulang saat magrib.
Sedangkan pada lusa kemarin, ia mendapat uang Rp50 ribu.
"Ramai mah ramai kendaraan yang lewat, cuma jarang yang lempar uang," kata Maskirah.
Kondisi tersebut berbanding terbalik jika dibanding momen arus mudik Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan diceritakan Maskirah, dulu para penyapu koin Jembatan Sewo bisa membawa pulang uang hingga ratusan ribu sehari.
Tepatnya sebelum adanya Tol Cipali dan kendaraan masih menggunakan Jalur Pantura sebagai akses utama mudik.
Ia pun berharap, mendekati Lebaran nanti bisa membawa uang lebih banyak dari aktivitas tersebut.
"Tapi ya disyukuri saja, alhamdulillah buat buka puasa anak di rumah," ujar dia.
Fenomena penyapu koin ini diketahui mulai menjamur sejak Senin (24/3/2025).
Menjamurnya para penyapu koin ini seiring dengan peningkatan jumlah volume kendaraan pemudik yang melintas.
Diprediksi, jumlah mereka akan semakin banyak saat puncak arus mudik Lebaran yang diperkirakan jatuh pada H-3 atau Kamis, 27 Maret 2025.
"Nanti makin banyak, orang dari jauh-jauh ikutan juga nyapu koin di sini."
"Ada dari Patrol, malah ada juga dari Desa Bugis," ujar salah satu penyapu koin, Maskirah kepada Tribun Cirebon.

Dikutip dari Kompas.com, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar, pernah menjelaskan soal fenomena penyapu koin.
Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan tradisi memberi sedekah uang yang dilakukan di Kali Sewo Barat, batas wilayah antara Subang dan Indramayu, Jawa Barat.
"Kali Sewo ada satu lagi di timur, batas antara Cirebon dan Indramayu."
"Asal mula riwayatnya cukup banyak dan berbeda-beda," tutur Agus saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/3/2023).
Meski berbeda-beda, menurut dia, tradisi ini pada prinsipnya adalah memberi sedekah kepada penduduk di perbatasan Indramayu.
Merunut sejarah, Agus menyampaikan, wilayah Indramayu dibatasi oleh Kali Sewo di sebelah barat dan timur.
Para pendiri Indramayu zaman dahulu pun meletakkan tuah bagi orang yang akan berbuat jahat dan berkhianat pada penduduk Indramayu.
"Jika melalui Kali Sewo, kesaktiannya punah," terang Agus.
Adapun kini, dia mengungkapkan, orang-orang Indramayu yang baik dan pulang merantau akan memberikan sebagian rezeki pada penduduk penjaga perbatasan.
"Tradisi itu agaknya telah lama mungkin dikaitkan dengan awal berdirinya Indramayu, tapi orang-orang yang ramai berderet itu baru belakangan saja," tuturnya.
Ia menjelaskan, orang-orang akan berjejer di Jembatan Sewo di hari-hari yang dianggap baik untuk bersedekah.
"Seperti pada Kamis malam Jumat, hari Jumat, bulan Ramadan, dan lain-lain," ujarnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Beli Ratusan Sim Card, Gerombolan Bandar Judol Bisa Untung Sampai Rp 50 Juta dalam Seminggu |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Bakal Lantik Wakil Panglima TNI, Simak 3 Jenderal Calon Potensial |
![]() |
---|
Pantas Proyek Kolam Renang Gagal, Kades Kusno Rugikan Negara Rp 600 Juta Pakai Cara Ilegal |
![]() |
---|
Konten Kreator Dikecam karena Sedekah Nasi Isi Tulang Ayam Bekas ke Gelandangan |
![]() |
---|
115 Siswa Mundur dari Sekolah Rakyat, Tak Siap Hidup di Asrama hingga Terpaksa Rawat Orangtua |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.