Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Tiap Hari Mulung Hanya Dapat Rp 10 Ribu, Sa'duni Santai Pakai Baju ASN Hasil Nemu di Tempat Sampah

Inilah sosok Sa'duni (50), wanita yang memulung sambil pakai seragam ASN, yakni baju Korpri atau Korps Pegawai Republik Indonesia.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/ Nur Khalis
KISAH PEMULUNG - Pemulung bernama Sa'duni dengan latar belakang tumpukan sampat di TPA Sumenep. Perempuan asal Desa Torbang, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, itu mengenakan seragam dinas Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri). 

Ternyata sang suami juga sama-sama bekerja sebagai pemulung.

Karena sama bekerja di jalanan itulah Ibu Tina terpaksa membawa anak balitanya khususnya ke mana pun dia pergi sembari mencari nafkah.

Diketahui Ibu Tina memiliki 4 orang anak.

Namun hanya balitanya yang sering dia bawa karena tidak ada yang menjaganya di rumah.

Sedangkan 3 anaknya yang lain bersekolah.

Baca juga: Priyo Anggota TNI Nyambi Jadi Pemulung usai Bisnis Gagal, Dapat Rp 10 Juta Sebulan: Pekerjaan Mulia

Meski anak pertamanya berusia 17 tahun, Ibu Tina tidak ingin merepotkan anaknya itu karena sibuk sekolah.

“Di rumah gak ada yang jaga, karena kakaknya sekolah, dan dia menyusu ASI,” ujar Ibu Tina, dikutip dari tayangan Youtube Trans TV Official, Rabu (26/2/2025).

Selain itu, di rumahnya tak ada yang kerabat karena Ibu Tina perantauan dari Lampung dan tinggal di Serang, Banten.

Kemudian Ibu Tina menceritakan alasannya bekerja memulung karena tidak ada pilihan pekerjaan lain.

Kalau pun berdagang, Ibu Tinja mengaku tidak memiliki modal.

Oleh karena itu bekerja memulung menjadi cara satu-satunya untuk bertahan hidup dan mendapat penghasilan.


“Jalan satu-satunya yang tanpa modal kita ngambil barang bekas,” ujar Ibu Tina.

Dari penghasilannya memulung, Ibu Tina dan suami hanya bisa mendapatkan hasilnya setelah 3 hari.

Setelah 3 hari mengumpulkan barang bekas, mereka timbang dan jual ke pengepul.

Dalam 3 hari tersebut terkadang Ibu Tina dan suami mendapatkan penghasilan Rp 150 ribu.

Jumlah penghasilannya itu pun tergantung berapa banyak dan berat kiloan barang bekas yang mereka kumpulkan ke pengepul.

Biasanya Ibu Tina berangkat bekerja mulai dari pagi hari sekira pukul 5 pagi hingga pukul 6 petang.

Ibu Tina tak memungkiri perasaan sedih terpaksa harus membawa balitanya ikut memulung.

Ia pun tak ingin balitanya itu kepanasan hingga terpapar polusi.

Namun, apa daya kondisi keluarganya tak memungkinkan memberikan penghidupan yang layak bagi balitanya itu.

“Sebenarnya sedih ya pak, cuma keadaan kita tidak mendukung, ya apa boleh buat,” ujarnya.

Meski begitu, Ibu Tina tak lupa bersyukur dan menerapkannya sebagai prinsip hidup.

Ia merasa hidupnya sebagai tukang rongsok dan pemulung patut dia syukuri karena masih banyak orang yang lebih susah darinya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved