Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Emosi Tak Terima Disuruh Bekerja, Suami Bunuh Istri Pakai Barbel, Akibat Kebiasaan Patriarki

Kasus pembunuhan yang dilakukan seorang suami terhadap istrinya sendiri ini menggegerkan warga.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Dok Kapolsek Tanralili
SUAMI BUNUH ISTRI - Suami tega menghabisi nyawa istrinya, Sri Qihidayanti (42), menggunakan barbel, Sabtu (12/4/2025), akibat tertekan dan kesal sering disuruh bekerja. Tampang Zainal Abidin (37) warga Dusun Carangki Utara, Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. 

TRIBUNJATIM.COM - Zainal Abidin (37) nekat menghabisi nyawa sang istri, Sri Qihidayanti (42), menggunakan barbel.

Pelaku nekat melakukan aksi keji tersebut karena merasa tertekan dan frustrasi.

Ia emosi saat disuruh istrinya bekerja.

Baca juga: Kakek Kaget Sang Cucu Masih SMP Melahirkan di RS, Ternyata Sejak SD Korban Dirudapaksa Ayahnya

Tak pelak kasus pembunuhan yang dilakukan seorang suami terhadap istrinya sendiri ini menggegerkan warga.

Tepatnya di Dusun Carangki Utara, Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, pada Sabtu (12/4/2025).

Dalam pemeriksaan oleh pihak kepolisian, Zainal mengaku nekat melakukan aksinya karena merasa tertekan dan frustrasi.

Ia mengungkapkan bahwa dirinya tidak memiliki pekerjaan tetap dan sering mengalami gangguan kesehatan.

Sementara sang istri kerap memintanya untuk segera bekerja dan mencari nafkah.

Desakan tersebut, menurut pengakuannya, memicu emosi.

Hingga akhirnya berujung pada tindakan fatal yang mengakhiri nyawa istrinya di kediaman mereka.

"Saya kadang kerja, kadang tidak. Saya sakit-sakit," ujarnya, melansir Tribun Timur.

Peristiwa tragis ini terjadi saat keduanya sedang berada di rumah bersama anak mereka yang masih tertidur.

Dalam kondisi emosi, pelaku memukul kepala istrinya dengan barbel hingga korban tak sadarkan diri.

Korban sempat dilarikan ke Puskesmas Tanralili, namun akhirnya meninggal dunia.

Seorang wanita di Dusun Carangki Utara, Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas diduga akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Sabtu (12/4/2025). Korban diduga dibunuh oleh suaminya sendiri dengan cara dipukul menggunakan barbel.
Seorang wanita di Dusun Carangki Utara, Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas diduga akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Sabtu (12/4/2025). Korban diduga dibunuh oleh suaminya sendiri dengan cara dipukul menggunakan barbel. (Kapolsek Tanralili)

Salah satu keluarga korban, Asyifa mengatakan, ia menerima kabar duka sekitar pukul 07.00 WITA.

Informasi tersebut ia dapatkan dari neneknya, yang mengabarkan bahwa tantenya telah meninggal dunia.

"Tanteku langsung dibawa ke rumah sakit," ungkapnya.

Menurut Asyifa, pelaku pembunuhan adalah suami korban.

Ia mengaku tidak pernah mendengar adanya perselisihan antara keduanya.

"Selalu sama-sama," katanya.

Asyifa menambahkan korban diduga dipukul di bagian kepala menggunakan barbel.

"Di rumah masih bernapas, di rumah sakit baru meninggal," jelasnya.

Baca juga: Sisa Hasil Usaha Koperasi Simpan Pinjam Ini Capai Rp137 M, Menteri Budi Arie sampai Kaget: Kagum

Diketahui, korban pertama kali ditemukan oleh anaknya sendiri, I (10), dalam kondisi bersimbah darah, sekitar pukul 05.30 WITA.

Kapolsek Tanralili, Ipda Zulfadli Rahman menjelaskan, I saat itu baru pulang dari menginap di rumah neneknya.

Ketika masuk ke dalam rumah, ia langsung melihat ibunya tergeletak dengan luka parah.

"Anaknya langsung keluar rumah dan berteriak meminta tolong ke tetangga," katanya.

Sekitar pukul 05.45 WITA, para tetangga mulai berdatangan ke rumah korban setelah mendengar teriakan anak korban.

Korban kemudian dilarikan ke Puskesmas Tanralili sekitar pukul 07.10 WITA, namun nyawanya tak tertolong.

Lima menit kemudian, pihak medis menyatakan korban telah meninggal dunia.

"Jenazah korban dibawa pulang ke rumah duka sekitar pukul 09.50 WITA, untuk disemayamkan di rumah orang tuanya di Dusun Carangki Utara," bebernya.

Korban pembunuhan suami sendiri di Dusun Carangki Utara, Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas diduga akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Sabtu (12/4/2025). Korban diduga dibunuh oleh suaminya sendiri dengan cara dipukul menggunakan barbel.
Korban pembunuhan suami sendiri di Dusun Carangki Utara, Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas diduga akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Sabtu (12/4/2025). Korban diduga dibunuh oleh suaminya sendiri dengan cara dipukul menggunakan barbel. (Dok Kapolsek Tanralili)

Saat ini pelaku sudah diamankan di Polsek Tanralili untuk menjalani penyelidikan.

Pelaku pun terancam hukuman 15 tahun penjara.

"Pelaku disangkakan Pasal 338 subsider Pasal 351 ayat 3 tentang penganiayaan yang mengakibatkan meninggal dunia," terang Kasat Reskrim Polres Maros, Iptu Ridwan.

Ia mengatakan, pelaku menjalankan aksinya lantaran kesal sering diminta mencari kerja oleh korban.

"Korban belum memiliki pekerjaan tetap, kadang sebagai buruh bangunan."

"Korban selalu memberi motivasi, namun dengan cara yang agak kasar, sehingga pelaku tidak terima," sebutnya.

Korban pun mendapatkan sejumlah pada bagian kepala akibat dipukul menggunakan barbel oleh korban.

"Ada luka memar pada bagian mata, pipi dan luka pada bagian leher. Barbel yang digunakan pelaku pun telah diamankan sebagai barang bukti," tutupnya.

Baca juga: Wanita Anggota DPRD Ngamuk di Pesawat Gegara Koper, Dorong sampai Cekik Pramugari: Awaslah Kau

Sosiolog Universitas Muhammadiyah Makassar, Hadi Saputra mengatakan, kasus ini bukan semata urusan emosi sesaat atau kepribadian pelaku yang temperamental.

"Ini adalah potret kelam dari bagaimana kekerasan dalam rumah tangga dibentuk dan dilegitimasi oleh struktur sosial yang lebih luas," ujarnya ke Tribun Timur, Minggu (13/4/2025).

"Di sinilah kita bisa menggunakan pendekatan Sosiolog Perancis Pierre Bourdieu, khususnya gagasan habitus patriarkis," lanjutnya.

Menurut alumnus Sosiologi Universitas Hasanuddin ini, habitus ini sederhananya adalah cara kita berpikir dan bertindak yang terbentuk sejak lama, tertanam dari lingkungan, dari kebiasaan, bahkan dari tubuh kita sendiri.

"Nah, dalam masyarakat kita, masih sangat kuat habitus yang menempatkan laki-laki sebagai kepala keluarga yang harus dihormati, dan perempuan sebagai pengabdi yang harus patuh," katanya.

"Ketika istri dalam kasus ini menyuruh suaminya cari kerja, bagi kita mungkin itu biasa saja, tapi bagi si pelaku, yang hidup dalam habitus patriarkis, itu bisa terasa sebagai bentuk penghinaan terhadap harga dirinya sebagai laki-laki."

"Karena dalam sistem nilai yang ia serap sejak kecil, laki-laki itu pemimpin, pemberi nafkah, dan tak boleh diatur, apalagi oleh istri."

"Maka saat otoritas itu diganggu, reaksinya bukan sekadar marah, tapi upaya untuk memulihkan dominasi. Sayangnya, cara yang diambil adalah kekerasan," katanya.

Dosen Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar, Hadi Saputra
Dosen Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar, Hadi Saputra (Dok Pribadi)

Ia pun mengatakan ini bukan kejadian pertama. 

"Anak korban bahkan sudah terbiasa keluar rumah tiap kali ibunya dipukul."

"Artinya, kekerasan ini sudah dianggap biasa dalam rumah itu. Inilah wujud dari normalisasi kekerasan dalam habitus patriarkis, sesuatu yang seharusnya kita lawan dengan cara mendidik ulang cara berpikir dan merasakan," katanya.

"Bourdieu bilang, kekuasaan itu bukan hanya soal siapa memegang jabatan, tapi siapa yang dianggap berhak mengatur siapa."

"Dan dalam masyarakat patriarkis, banyak laki-laki merasa berhak atas tubuh dan suara perempuan."

"Maka membongkar habitus ini bukan cuma tugas negara, tapi tugas kita semua sebagai pendidik, jurnalis, maupun orang tua," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved