Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pengakuan Febby Sempat Jadi Admin Judol di Kamboja, Banyak WNI Memimpin, Pulang Gegara Tak Tahan

Pemuda asal Bekasi, Jawa Barat ini mengatakan petinggi judol di Kamboja kebanyakan WNI.

Editor: Olga Mardianita
Pexels.com/Anneleven
JUDI ONLINE - Ilustrasi judi online. Pengakuan mantan admin judi online asal Bekasi, Jawa Barat, Febby Febriadi, menjadi sorotan. Dia mengatakan bahwa petinggi judol di Kamboja kebanyakan adalah Warga Negara Indonesia atau WNI. 

TRIBUNJATIM.COM - Mantan admin judi online atau judol di Kamboja membuat pengakuan.

Dia pulang ke Indonesia lantaran tak tahan dengan dunia kerja haram itu.

Namun, yang paling menarik, banyak Warga Negara Indoensia atau WNI bekerja di sana.

Bahkan posisi petinggi banyak diduduki oleh orang Indonesia.

Hal itu diungkap oleh pemuda asal Bekasi, Jawa Barat, bernama Febby Febriadi.

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

Baca juga: Beruntung Nasib Agung Kecelakaan di Kamboja, Kabur dari Kerja Paksa Berhari-hari, Paspor Disita

Febby merupakan mantan admin Judol di Kamboja, dia bekerja di sana selama kurang lebih tujuh bulan sampai akhirnya memilih berhenti dan pulang ke tanah air pada 17 November 2024 lalu. 

Pemuda berusia 27 tahun itu mengatakan, bisnis judol tempat dia bekerja mempekerjakan sekitar 2000 orang. 

"Bisa sampe 2000-an lah, hampir semua bisa dikatakan 99 persen orang Indonesia," kata Febby, Jumat (18/4/2025). 

Mereka terdiri dari admin atau marketing seperti Febby, karyawan yang bertugas mengatur para pekerja sampai petinggi perusahaan. 

"Rata-rata hampir semua karyawan yang ada disana itu orang Indonesia. Petinggipun bahkan orang Indonesia semua," ucapnya. 

Kultur kerja di perusahaan judol sangat tidak baik, admin seperti Febby biasa ditekan untuk mencapai target. 

Baca juga: Sulastri Nelangsa Gelar Tahlilan untuk Anaknya yang Meninggal di Kamboja, Syok Didatangi Pria Asing

Sebagai admin judol, Febby memiliki target 100 transaksi deposit ditambah menarik pengguna baru sebanyak 10 orang dalam sehari. 

Jika target tak tercapai, pihak karyawan perusahaan yang memantau pekerjaan admin bakal memberikan sanksi. 

"Banyak sanksi yang didapat sebenernya, seperti misalkan buat gua pribadi itu yang gua dapet itu tekanan mental, tekanan mental dengan cara gua dikata-katain, kata-kata hewan semua segala macam itu masuk ke gua," ucapnya. 

Febby memutuskan keluar dan pulang ke Indonesia karena tak tahan, dia merasa bekerja sebagai admin Judol hanya akan merugikan dirinya dan orang lain. 

Sejak awal, dia sebenarnya ditawari pekerjaan sebagai videografer oleh teman yang memberikan lowongan pekerjaan di Kamboja. 

Tepi setelah sampai di Kamboja, Febby malah dijadikan admin Judol dengan durasi kontrak selama satu tahun. 

Karena baru tujuh bulan bekerja, Febby harus membayar denda sebesar Rp23.000.000 untuk bisa keluar dari pekerjaan haram tersebut. 

Di sisi lain, seorang pemuda dari wilayah serupa tewas usai bekerja di Kamboja.

Dia bernama Ikhwan Sahab, berusia 27 tahun.

Menurut keterangan sang adik, Subyantoro (23), Ikhwan bercerita dikeroyok oleh belasan orang.

Salah satu pelaku merupakan warga negara Indonesia (WNI).

Baca juga: Dijebak Kerja Bandar Judi Online di Kamboja, WNI ini Ditemukan Meninggal di Kamar Mess

Korban disebut-sebut gagal mencapai target kerja sehingga menerima hukuman.

Lebih lanjut, Subyantoro mengatakan kakaknya bekerja di sebuah perusahaan scam atau tempat yang berupaya menipu masyarakat melalui link atau telepon.

"Scam itu perusahaan penipuan, market dia (Korban) itu orang indonesia, terus jadi disiksa karena tidak target,  tidak dapat omset dia karena tidak target jadi kayak ditarik gitu terus dimasukin ke ruangan dia bilang," kata Subyantoro, Jumat (18/4/2025).

Subyantoro menjelaskan penyiksaan itu berlangsung hingga dua hari.

Penyiksaan hari pertama dikategorikan ringan, dan keduanya lebih berat jika dibandingkan diawal.

"Dia (Korban) disiksanya itu bisa dua harian, dia bilang kayak gitu, cuman yang sehari itu dia tidak parah kali ya, terus sehari lagi baru diparahin, sampai dia pingsan tidak sadar, tidak inget apa-apa tau-tau pingsan, bangun-bangun ada di rumah sakit," jelasnya.

Berdasarkan informasi dari korban sebelum meninggal, Subyantoro menuturkan penyiksaan itu dilakukan antara lain oleh bos perusahaan dengan panggilan Alam yang diketahui merupakan orang Indonesia asal Manado.

Baca juga: Dipaksa Jadi Operator Judol di Kamboja, Pria Pemalang Kabur Ingin Pulang, Tak Mampu Bayar Rp 25 Juta

Tidak hanya itu, penyiksaan juga dilakukan oleh belasan orang lainnya yang belum diketahui apakah karyawan dari perusahaan sama atau pihak eksternal.

"Bos perusahaan itu panggilannya Alam, terus saya tanya lagi (Ke korban), itu ada berapa orang yang ngeroyok?"

"Dia bilang, sekitar 15 orang. Terus, orang mana? Orang China, orang Tiongkok, ada yang dia kenal juga orang Indonesia ngeroyok dia," tuturnya.

Subyantoro mengungkapkan akibat penyiksaan itu, korban mengalami sejumlah luka hingga kemudian dikabarkan Staf KBRI Kamboja telah meninggal dunia pada Senin (14/4/2025) pagi.

Jenazah kemudian akan dikebumikan di Kamboja.

"Luka banyak, kayak muka di mata itu lebam, terus di tangan, di kaki, di badan, dan di bagian belakang di bokong itu kayak luka kebakar."

"Lalu luka melepuh juga, terus di bagian kepala itu dia pendarahan otak, kemungkinan luka karena disetrum, kemungkinan besar kebanyakan itu karena disetrum, dipukul gitu," pungkasnya.

----- 

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com

Berita Jatim dan berita viral lainnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved