Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pantas Fei Tak Menyesal Berhenti Kuliah S2 Lalu Jual Kentang di Pinggir Jalan, Sehari Dapat Rp2 Juta

Inilah kisah pemuda berhenti kuliah S2 lalu jualan kentang di pinggir jalan. Pemuda di Tiongkok itu bernama Fei Yu.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
South China Morning Post
PEMUDA BERHENTI KULIAH - Sosok Fei Yu, pemuda di Tiongkok yang berhenti kuliah S2 lalu jualan kentang di pinggir jalan. Dapat penghasilan fantastis. 

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah pemuda berhenti kuliah S2 lalu jualan kentang di pinggir jalan.

Pemuda di Tiongkok itu bernama Fei Yu.

Sebelumnya, Fei Yu merupakan mahasiswa S2 di Universitas Fudan, yang merupakan kampus ternama di Shanghai.

Namun ia akhirnya berhenti kuliah karena berasal dari keluarga miskin.

Pemuda yang berasal dari provinsi Sichuan, Cina barat daya ini belajar keras untuk masuk ke Universitas Sichuan.

Setelah lulus pada musim panas 2022, ia diterima di sekolah pascasarjana Universitas Fudan.

Dia tidak perlu mengikuti tes masuk karena nilai-nilainya menduduki peringkat pertama di kelasnya selama lima tahun masa studi sarjananya.

Namun, Fei keluar dari Universitas Fudan pada awal tahun 2023 setelah belajar hanya satu semester.

Fei memilih untuk tak melanjutkan kuliahnya karena menderita depresi, insomnia, dan masalah perut akibat tekanan dan perlakuan buruk dari mentornya.

Pemuda berusia 24 tahun ini enggan menceritakan lebih rinci siapa nama dosen hingga perlakuan buruk apa yang didapatkan olehnya.

Baca juga: Tangis Siti Anak Tukang Becak Bisa Lulus S2, Sakit Tumor Otak saat Kuliah hingga Diantar Jemput Ayah

Setelah setahun bermalas-malasan di rumah, Fei mendaftar untuk belajar di luar negeri.

Ia melamar proyek PhD dalam bidang kedokteran pencegahan di beberapa universitas negeri di Amerika Serikat.

Usaha Fei membuahkan hasil lantaran ia diterima di salah satu kampus dengan beasiswa.

Namun pemotongan dana yang diberlakukan oleh pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump menyebabkan sekolah tersebut menarik bantuan keuangannya untuk Fei.

Hal ini membuatnya mengurungkan rencana studi di luar negerinya karena tidak mampu membiayainya.

Ayah Fei sendiri hanya seorang penambang batu bara di Leshan, Sichuan.

Sedangkan sang ibu hanya bekerja serabutan di minimarket.

Baca juga: Anak Tukang Tambal Ban Lulus S2 Kini Nasib Mujur Jadi Dosen, Dulunya Tukang Bengkel Nyambi Ojol

Tak bisa menganggur begitu saja, Fei memutuskan untuk berjualan.

Pada tanggal 10 Maret, Fei memulai usaha kentang tumbuk dengan mendirikan kios di dekat gerbang almamaternya Universitas Sichuan.

Beruntung, usaha yang dijalankan oleh Fei membuahkan hasil.

Pembeli bahkan sampai mengantre demi membeli makanan yang dimasak oleh Fei.

Dalam satu hari, Fei bisa mengantongi omzet antara 700 hingga 1.000 yuan (sekitar Rp 1,6 juta sampai Rp 2,3 juta).

Banyak pelanggannya mengetahui pengalamannya melalui media sosial, kata Fei.

"Saya tidak merasa malu sama sekali. Saya orang yang supel," ujar Fei dikutip dari South China Morning Post via TribunnewsMaker.

“Saya rasa bagus juga kalau banyak orang tahu identitas saya dan mereka penasaran dengan saya. Kalau mereka merasa rasa masakan saya enak, mereka pasti akan kembali lagi untuk membeli,” kata Fei.

Beberapa orang mengkritiknya karena menyia-nyiakan sumber daya pendidikan, tetapi Fei tidak setuju.

“Saya tidak merasa menyesal karena saya berhenti kuliah S2 dan tidak melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut saya, hasil tidak terlalu penting, tetapi proses yang penting,” ungkapnya.

Fei mengatakan dia menghabiskan sekitar empat jam menyiapkan kentang tumbuk dan bahan makanan lainnya sebelum membuka kiosnya pada pukul 5 sore setiap hari. 

Dalam sehari, kentang tumbuh buatan Fei habis terjual hanya dalam waktu 2-3 jam saja.

“Memang melelahkan. Namun, saya tidak merasakan tekanan psikologis dari studi akademis. Dengan melepaskan diri dari studi atau melakukan penelitian ilmiah, saya merasa telah memasuki dunia baru,” katanya.

Baca juga: 30 Tahun Merantau Jadi Tukang Servis Panci, Ujang Mampu Sekolahkan Anak sampai S2: Saya Lulusan SD

Sementara itu di Indonesia, vial kisah Siti Nur Khodijah, anak tukang becak yang nangis bisa lulus S2.

Siti Nur Khodijah berhasil meraih gelar magister dari Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya.

Ia menjadi wisusawan terbaik dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP) program studi Bahasa Indonesia di Unitomo Surabaya pada Sabtu (26/5/2025).

Rupanya, perjuangan Siti tak mudah.

Ia pernah berjuang melawan tumor otak di tengah proses pendidikannya.

Saat ditemui, Siti mengaku tak menyangka bisa sampai di titik ini.

"Sejak SMP saya sudah berpikir, rasanya tidak mungkin saya bisa menempuh pendidikan formal, apalagi sampai S2, lulus sampai SMK saja sudah bersyukur," kata dia, melansir dari Kompas.com.

Baca juga: Sebulan Bisa Dapat Rp 3 Juta, Ujang Tukang Servis Panci Sekolahkan Anak hingga S2: Saya Lulusan SD

Siti menceritakan, biaya kuliah sangat mahal dan membebani perekonomian keluarganya.

Kedua orangtua dan kakaknya hanya lulusan SD, dan merantau ke Surabaya sejak Siti masih kecil. 

"Saat saya SMK, saya selalu berdoa dan berharap agar bisa memberikan senyuman terbaik untuk ayah dan ibu saya dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa membebani keluarga," ujar Siti.

Doa Siti dan kedua orang tuanya akhirnya terjawab.

Siti mendapatkan beasiswa KIP di Unitomo untuk pendidikan sarjananya, dan beasiswa magister dari Rektor Unitomo, Prof. Siti Marwiyah.

Tidak hanya berjuang menjadi perempuan berprestasi, Siti juga harus berjuang melawan penyakit tumor Fibroadenoma saat menduduki semester III.

Selama menempuh pendidikan di Unitomo, Siti biasa berjalan kaki atau bersepeda ontel menuju kampus.

Namun, karena mengalami masalah kesehatan, ia harus menjalani operasi.

"Allah sayang sama saya, dengan memberikan penyakit Fibroadenoma dan harus dioperasi," ucap Siti.

Sejak saat itu, rutinitas Siti berubah. Dari yang semula jalan kaki dan naik sepeda, ia harus naik becak, diantar oleh ayahnya yang bekerja sebagai tukang becak. Tak ada kata malu di dalam kamus hidup Siti.

Ayahnya adalah pahlawannya yang tak pernah menyerah dan meninggalkan dirinya untuk berjuang sendirian.

"Sempat ada orang yang melihat saya sama bapak, dan mengira saya adalah penumpang setia bapak yang setiap hari bekerja sebagai tukang becak," tutup Siti sambil meneteskan air mata.

Siti memberikan kado terbaik sebelum diwisuda dengan menerbitkan buku berjudul "Mahir Berpidato" yang diterbitkan oleh Ruang Karya.

Kisah Siti menjadi inspirasi bagi banyak orang, membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih mimpi.

"Saya ingin membuktikan bahwa anak tukang becak juga bisa meraih mimpi," cetus dia.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved