Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Gagal Tes 4 Kali, Aditya Anak Petani Akhirnya Lulus Seleksi TNI, Ibu Ingatkan Tak Mudah Menyerah

Inilah kisah anak petani lolos seleksi TNI 2025. Ia bahkan menjadi satu-satunya putra kabupaten dari daerah asalnya.

Tribun Manado/Eduard Joanly Tahulending
LULUS SELEKSI - Aditya Arya Pratama Mangeke, anak petani di Sitaro Sulut yang lulus TNI AL 2025. Meski gagal berkali-kali, ia akhirnya lolos setelah empat kali tes. 

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah anak petani lolos seleksi TNI 2025.

Ia bahkan menjadi satu-satunya putra kabupaten dari daerah asalnya.

Kisah ini datang dari Aditya Arya Pratama Mangeke.

Aditya Arya Pratama Mangeke adalah anak dari pasangan Isteny Ronald Mangeke, dan Irmawati.

Ayah dari Aditya Arya Pratama Mangeke merupakan seorang petani di Sitaro.

Aditya Arya Pratama Mangeke merupakan pria kelahiran Kampung Beong, Kecamatan Siau Tengah, Sulawesi Utara.

Baca juga: Sosok Marsinah, Buruh Pabrik Arloji Asal Nganjuk Didukung Presiden Prabowo Jadi Pahlawan Nasional

Adit dinyatakan sebagai satu-satunya putra Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Sulut yang telah lulus seleksi TNI AL tahun ini.

Pengumuman kelulusan pada Sabtu (3/5/2025) menjadi momen yang spesial.

Adit merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Sang ibu mengaku jika perjalanan anaknya untuk sampai dititik ini tidaklah mudah.

"Ini yang keempat kali Adit mengikuti tes. Setiap gagal, sebagai orang tua saya mengingatkan Adit untuk pantang menyerah," ujar Irmawati.

Meski berasal dari keluarga sederhana, tekad Aditya tak pernah pudar. 

LULUS SELEKSI - Aditya Arya Pratama Mangeke, anak petani di Sitaro Sulut yang lulus TNI AL 2025. Meski gagal berkali-kali, ia akhirnya lolos setelah empat kali tes.
LULUS SELEKSI - Aditya Arya Pratama Mangeke, anak petani di Sitaro Sulut yang lulus TNI AL 2025. Meski gagal berkali-kali, ia akhirnya lolos setelah empat kali tes. (Tribun Manado/Eduard Joanly Tahulending)

"Dia selalu tekun belajar dan latihan fisik untuk mencapai cita-citanya untuk menjadi seorang TNI," ucap Irmawati.

Sekadar diketahui, Adit menempuh pendidikan di SD Maranatha Beong, SMP Negeri 2 Siau Barat, dan SMA Negeri 1 Siau Timur. 

Setelah lulus SMA, fokus mempersiapkan diri untuk tes TNI AL.  

Pengumuman kelulusan TNI AL ini hanya berselisih 26 hari sebelum hari ulang tahun Adit pada 29 Mei 2025. 

"Tak ada kadou yang lebih membahagiakan daripada bangga melihat anak kami sukses meraih apa yang diimpikannya selama ini, kiranya kedepan anak saya Adit lebih sukses di masah karirnya," ucap Ronald ayah Adit.

Baca juga: Sosok Haji Endang Pemilik Jembatan Perahu yang Disegel BBWS Citarum, Beli Pajero Pakai Uang Receh

Kisah lainnya, tanpa mengandalkan beasiswa, seorang anak petani menjadi kebanggaan orang tuanya.

Anak petani ini mengetahui kondisi keuangan dan perekonomian keluarganya.

Sejak kecil, Adi Saputra si anak petani itupun menggunakan tenaganya untuk mendapatkan uang.

Pekerjaan sampingan selalu ia lakukan demi membiayai kuliahnya.

Adi Saputra juga tak malu menjalani pekerjaan seperti menjaga kantin.

Kuliah dibiayai orang tua, adalah kata yang sedikit sulit berlaku di keluarga Adi Saputra (26).

Anak muda asal Gampong Lambiheu Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar itu harus mengurungkan niatnya untuk kuliah selepas tamat SMA hingga tiga tahun lamanya.

Alasannya tak lain, soal finansial.

"Menganggur tiga tahun, mau lanjut kuliah tapi keadaan ekonomi orang tua nggak memungkinkan," kata Adi saat ditemui di kediamannya, Minggu (5/1/2025).

Tak boleh berpangku tangan pada nasib, anak bungsu dari empat bersaudara itu memutuskan kuliah pada 2020 di Prodi Ilmu Administrasi Negara, FISIP UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Baca juga: Sosok Aktor Ikut Kritik Larangan Perpisahan Dedi Mulyadi, Argumennya Disorot: Saya Boleh Jadi Mentor

Berbekal kebun di pekarangan rumah dan menjadi buruh tani dengan membajak tanah orang lain untuk ditanami bayam, kangkung dan sawi.

Adi mengatakan uang itu tak cukup membiayai kuliah yang mencapai sebesar Rp 1,9 jutaan per semester di awal, tanpa satu beasiswa pun yang lulus walau sudah mencoba tes, baik itu KIP Kuliah maupun beasiswa BPSDM Aceh.

Akhirnya dia memutuskan untuk mencari pendapatan tambahan dengan menjaga kantin pesantren di sekitaran Siem sambil menjalani perkuliahan.

Masuk pukul 6.30 WIB dan keluar pukul 14.30 WIB. Kemudian lanjut ke kebun, baik itu kebun sendiri maupun menjadi buruh di kebun orang lain.

Meski begitu, dia tetap bisa masuk kelas jika ada jam mata kuliah.

Setiap hari dilakoninya hari-hari seperti ini, sampai menjelang KKN dan berhenti menjaga kantin karena harus menjalani pengabdian dari kampus.

Meski demikian, setelah itu Adi kembali berkebun untuk memenuhi kebutuhan perkuliahannya, sebab sang ayah yang sudah memasuki usia senja dan ibu memasuki masa tua, tidak sanggup lagi membiayai sekolahnya seperti dahulu saat SD hingga SMA

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved