Berita Viral
Respon Gus Miftah Soal Pendidikan Militer untuk Anak Nakal Ala Dedi Mulyadi, Singgung Sikap Nabi
Gus Miftah mengomentari soal kebijakan pendidikan militer untuk anak nakal ala Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang banyak mendapatkan sorotan.
TRIBUNJATIM.COM - Penceramah Gus Miftah mengomentari soal kebijakan pendidikan militer untuk anak nakal ala Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang banyak mendapatkan sorotan.
Diketahui, sejumlah anak nakal dikirim ke barak militer untuk mendapatkan pendidikan militer.
Namun, program pendidikan militer itu memicu polemik di kalangan masyarakat.
Masyarakat ada yang mendukung, tapi sebagian masyarakat lain menilai jika program yang dilaksanakan oleh Dedi Mulyadi itu melanggar hak anak.
Baca juga: Gus Miftah Ungkit Viral Penjual Es Teh, Bahas Nasib Kyai Usman Kehilangan 40 Jadwal Dakwah: Kasihan

Pasalnya, anak-anak dipaksa untuk mengikuti program pelatihan layaknya 'seorang prajurit' di barak militer.
Terkait hal tersebut, Miftah Maulana Habiburrohman atau akrab disapa Gus Miftah angkat bicara.
Dalam sebuah video yang diunggah akun instagram @kangdedimulyadichannel pada Minggu (11/5/2025), Gus Miftah mencoba menjawab pertanyaan masyarakat mengenai program yang kini tengah menjadi polemik.
Satu pertanyaan yang paling umum adalah pandangannya mengenai program pendidikan anak nakal di barak militer besutan Dedi Mulyadi.
Hal itu seperti yang disampaikan seorang remaja perempuan yang hadir dalam pengajiannya.
"Bagaimana menurut Abah tentang program pendidikan di barak militer yang dilakukan oleh Gubernur Jabar, Kang Dedi Mulyadi?" tanya seorang remaja kepada Gus Miftah.
Menjawab pernyataan itu, Gus Miftah mengungkapkan awal mula lahirnya program tersebut.
Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman itu menyampaikan Dedi Mulyadi sebelumnya sempat berkonsultasi kepadanya mengenai program pendidikan untuk anak-anak nakal.
Lewat dialog lewat pesan singkat, Dedi Mulyadi bertanya kepadanya mengenai pendidikan anak nakal di barak militer.
Gus Miftah dengan tangan terbuka menyatakan program tersebut sangat baik.
Dirinya pun secara langsung mendukung gagasan Dedi Mulyadi untuk itu.
"Program itu, Kang Dedi itu sempat WA saya, 'bagaimana menurut Abah tentang program saya, Pendidikan di barak militer?', (saya jawab) itu bukan wajib militer, tapi pendidikan di barak militer. Ini bukan militerisme, ini bukan militerisasi," tegas Gus Miftah.
"Saat itu WA Abah ke Kang Dedi apa? 'anak nakal, ada jiwa yang minta disentuh', marilah kita renungkan, apakah benar mereka nakal?" tambahnya.
Nabi Muhammad SAW, lanjutnya, mengajarkan pentingnya pendekatan kasih sayang, termasuk dalam menangani kenakalan remaja.
Sang Rasul katanya tidak pernah bersikap keras, tetapi justru merangkul lewat cinta.
"Islam tidak mengajarkan kita untuk membuang anak-anak yang bermasalah, tapi justru mereka adalah ladang dakwah," ungkap Gus Miftah.
"Nabi tidak pernah memukul, tapi merangkul," tambah mantan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan itu.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Miftah mengungkapkan Dedi Mulyadi menjalankan Firman Allah SWT seperti yang tertuang dalam Surat At-Tahrim ayat 6.
'ya ayyuhalladzina amanu qu anfusakum wa ahlikum naraw wa quduhan-nasu wal-ḫijaratu ‘alaiha mala'ikatun ghiladhun syidadul la ya‘shunallaha ma amarahum wa yaf‘aluna ma yu'marun'.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
"Kang Dedi Mulyadi, beliau ingat firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6, 'Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka'," papar Gus Miftah.
Lebih lanjut, dirinya pun memahami Dedi Mulyadi sangat mengerti hadis Nabi Muhammad SAW.
yakni, 'Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya'.
Oleh karena itu, Gus Miftah menegaskan dirinya sangat mendukung program pendidikan anak nakal di barak militer.
Program ini katanya hadir bukan sebagai hukuman, tetapi justru membina anak-anak nakal agar kelak mereka bisa menjadi anak-anak yang baik di masyarakat.
"Saya mendukung program Kang Dedi Mulyadi yang membawa anak nakal ke barak militer. Program ini bukan untuk menghukum, tapi untuk membina," ungkap Gus Miftah.
"Di sinilah Islam itu hadir membina dengan hikmah, kasih sayang, dan sabar. Maka, barak militer ini bukan buangan, tapi taman asuhan. Bukan tempat hukuman, tapi tempat perbaikan. Mari kita didik anak-anak kita seperti Nabi mendidik umatnya," bebernya.
Gus Miftah pun menegaskan, anak-anak nakal bukanlah anak yang gagal.
Mereka katanya hanya butuh cinta dan perhatian.
"Anak nakal bukan anak gagal, mereka hanya butuh lebih banyak cinta, arahan, dan harapan. Kenakalan bukan akhir cerita, tapi awal dari kisah perubahan yang luar biasa," jelas Gus Miftah.
"Maka saya bilang sama Kang Dedi, 'Bapak Aing maju terus!" tegasnya.
"Insya Allah, dari sini akan lahir generasi-generasi hebat untuk menuju Indonesia emas," ujarnya di akhir tayangan.
Pernyataan gus Miftah pun viral di media sosial.
beragam pendapat dan komentar ramai memenuhi kolom komentar postingan.
Sebagian besar sependapat dengan pernyataan Gus Miftah, sebagian lainnya justru mempertanyakan 'militerisme' dalam program Dedi Mulyadi.
@youngsoeltansoeltan": Gus.....bagaimana menurut gus anggota ormas yg nakal bahkan ada yang jahat..
@charticoutomo: Sangat mendukung untuk melahirkan karakter anak bangsa yang sehat, cerdas, yang berdaya guna bagi bangsa dan negara nya Aamiin
@su.yanto476: Gus jawabanmu buat adem rakyat jabar. Gus ga percuma saya sangat suka dengan ceramahmu Gus.
@rasidnurahman: Siap bapak aink akan maju teruuuussss
Dedi Mulyadi Dilaporkan, Pendidikan Militer Berpotensi Langgar HAM
Seorang wali murid melaporkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ke kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jalan Latuharhary, Menteng Jakarta Pusat, pada Kamis (8/5/2025).
Wali murid pelapor tersebut adalah Adhel Setiawan.
Adhel Setiawan melaporkan Dedi Mulyadi atas program pendidikan berkarakter gagasan sang gubernur.
Program tersebut dilakukan dengan mengirim para pelajar di Jabar yang dianggap bermasalah atau nakal ke barak militer untuk dibina oleh TNI agar terbentuk karakter disiplin.
Namun, menurut Adhel Setiawan, program pendidikan militer bagi siswa nakal yang dicanangkan Dedi Mulyadi tersebut berpotensi melanggar HAM.
"Mengadukan Gubernur Jawa Barat, Pak Dedi Mulyadi terkait dengan kebijakan beliau yang memasukkan siswa dengan permasalah perilaku ya, kalau bahasa beliau yang nakal, akan dimasukkan ke barak dan dididik oleh militer," kata Adhel Setiawan, dikutip dari tayangan YouTube METRO TV, Jumat (9/5/2025).
"Saya selaku orang tua murid di Jawa Barat tidak setuju dengan kebijakan. Saya ingin kebijakan itu dihentikan, karena kami menilai kebijakan ini sarat dengan dugaan pelanggaran hak asasi manusia," lanjutnya.
Adhel Setiawan menilai kebijakan Dedi Mulyadi ini melampaui kewenangannya sebagai gubernur.
Komnas HAM pun diminta segera membentuk tim investigasi untuk mengusut laporan wali murid tersebut.
Sosok Adhel Setiawan
Dilansir TribunnewsBogor.com, Adhel Setiawan diketahui berprofesi sebagai pengacara.
Pria warga Bekasi, Jabar, itu tergabung dalam tim Defacto & Partners Law Office.
Adhel Setiawan pernah disorot beberapa tahun lalu saat menangani sejumlah kasus.
Selain sebagai pengacara, Adhel Setiawan kabarnya juga sempat menjadi Ketua Forum Silaturahmi Alumni (FSA) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Kata Menteri HAM
Di sisi lain, Dedi Mulyadi sempat mengunjungi kantor Kementerian HAM di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis (8/5/2025) sore.
Dedi Mulyadi berdiskusi dengan Menteri HAM Natalius Pigai tentang program pendidikan militer bagi siswa nakal.
"Kami Kementerian Hak Asasi Manusia, memberi apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal ini gubernur dengan gagasan-gagasan yang visioner," ujar Pigai setelah pertemuannya dengan Dedi Mulyadi di Kantor Kemenham, Kuningan, Jaksel, Kamis, dikutip dari tayangan YouTube tvOneNews.
Menurut Pigai, program Dedi Mulyadi sejalan dengan cita-cita Presiden Prabowo Subianto yang ingin menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul serta memiliki mental, karakter, dan kompetensi yang baik.
"Oleh karena itulah, kami menyambut positif dan kami dapat banyak informasi tentang apa yang dilakukan dan apa yang akan dilakukan ke depan," tutur Pigai.
Dedi Mulyadi Tantang Komnas HAM
Sebelumnya, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa program pendidikan militer gagasannya itu justru sebagai langkah penegakan hak asasi manusia.
"Nih kita ini pengin menangani, artinya bahwa kalau ini dibiarkan, akan ada pelanggaran HAM berikutnya," kata Dedi Mulyadi dikutip dari unggahan video di akun Instagram @dedimulyadi71, Rabu (7/5/2024).
"Yaitu satu, HAM orang tuanya terlanggar oleh pelaku anaknya, yang kedua, HAM orang lain terlanggar mereka yang terluka, itu terlanggar HAM-nya. HAM orang lain untuk mendapat ketenangan, keluar malam, orang lewat merasa terancam, itu juga HAM yang harus dilindungi,"
"Jadi, menegakkan HAM harus dengan cara untuk melindungi HAM. Ada HAM yang satu orang harus dijaga, ada HAM orang lain yang harus dilindungi," sambung pria yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) itu.
Dedi Mulyadi menyebutkan bahwa tentara sebagai tenaga pendidik di sekolah bukanlah hal baru.
"Banyak TNI yang ngajar di sekolah. Di Papua, TNI ngajar di SD, SMP. Kemudian, TNI ngajar pendidikan kepemimpinan dari dulu untuk ASN, untuk calon karyawan. TNI ngajar di sekolah SMA Taruna Nusantara, TNI ngajar di sekolah-sekolah yang yayasan-yayasan itu milik TNI," jelas KDM.
"Jadi, enggak ada hal baru TNI memberikan pendidikan pada sipil, pada anak-anak sekolah, bukan hal baru. TNI melatih baris-berbaris, TNI melatih paskibraka, TNI melatih pramuka, kan enggak ada problem," lanjutnya.
Menurut Dedi Mulyadi, pro kontra dalam setiap kebijakan merupakan hal yang wajar.
"Anggaplah pro dan kontra ini adalah lagi ngasah ketajaman berpikir saya dan tindakan saya sebagai seorang pemimpin, nanti kita lihat hasilnya," ucap Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi juga mempersilakan pihak-pihak yang mengkritiknya untuk mengunjungi markas TNI tempat pendidikan berkarakter bagi para siswa nakal dilakukan.
"Dan saya juga mempersilakan pada Komisi Perlindungan Anak, Komnas HAM, Komisi X DPR, Komisi I, untuk datang berkunjung ke tempat pelatihan secara terbuka," ujar Dedi Mulyadi.
Meski menuai kritik, Dedi Mulyadi tetap melanjutkan program pendidikan militer bagi siswa nakal di Jabar.
Uji coba program pendidikan militer ini sudah dimulai dengan dikirimnya 39 siswa SMP yang dianggap nakal ke Resimen Artileri Medan 1/Sthira Yudha, Batalyon Armed 9 di Bungursari, Purwakarta, Jabar, pada Kamis (1/5/2025) lalu.
Lalu, disusul oleh 19 pelajar SMA sederajat di Kabupaten Indramayu, Jabar, yang dikirim ke Resimen Induk Kodam (Rindam) III/Siliwangi Bandung pada Senin (5/5/2025) dini hari.
Kemudian pada Selasa (6/5/2025), sebanyak 30 siswa dari berbagai sekolah dikirim ke Batalyon Infanteri Raider 300/Braja Wijaya di Kabupaten Cianjur, Jabar, guna menjalani pembinaan oleh TNI.
Selama mengikuti pendidikan berkarakter di markas TNI, para siswa akan didampingi psikolog dan petugas kesehatan untuk memastikan aspek emosional serta fisik mereka tetap terjaga.
Para siswa juga akan tetap mendapat pendampingan dari sekolah maupun Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jabar.
Kriteria siswa yang dianggap nakal atau bermasalah ini antara lain, sering terlibat tawuran pelajar, kecanduan bermain gim, merokok, mabuk, balapan motor, menggunakan knalpot brong, dan perilaku tidak terpuji lainnya.
Selain dari sekolah, para orang tua siswa juga akan dimintai persetujuan secara lisan, dan menandatangani surat sebagai persyaratan tertulis untuk mengikutsertakan anaknya dalam program pendidikan karakter ini.
Warga Pembuat Onar Akan Dibina di Barak Militer
Tak hanya anak-anak nakal, Dedi Mulyadi menegaskan warga pembuat onar akan dikirim ke barak militer.
Program ini direncanakan akan dimulai pada Juni 2025.
Dedi Mulyadi menjelaskan langkah ini diambil sebagai respons keresahan masyarakat terhadap oknum warga yang sering membuat onar dan mengganggu ketertiban lingkungan.
"Sasaran program ini yaitu tukang mabuk, preman dan tukang palak di pasar dan perempatan, sampai yang mengganggu iklim investasi," kata Dedi Mulyadi dalam keterangan tertulisnya pada Minggu (11/5/2025).
Dedi menegaskan bagi mereka yang berperilaku pidana, proses hukum akan tetap berjalan.
Namun, bagi mereka yang tidak memenuhi unsur pidana tetapi tetap menyebabkan keresahan, akan dibawa ke barak militer untuk mendapatkan pembinaan.
"Yang berperilaku pidana maka proses hukum akan berjalan, kemudian juga ada upaya yang bisa dilakukan, pembinaan terhadap mereka yang tidak memenuhi unsur pidana tapi bikin resah," jelasnya.
Program pendidikan bela negara dan kedisiplinan untuk orang dewasa ini direncanakan akan dilaksanakan setelah program pendidikan untuk siswa bermasalah selesai.
"Mudah-mudahan bulan Juni sudah bisa berjalan," kata Dedi.
Sementara Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jawa Barat, Sapta Yulianto Dasuki, menyatakan, pihaknya akan menyiapkan sarana dan prasarana untuk mendukung program ini.
Saat ini Kesbangpol Jawa Barat sedang mendata orang dewasa yang akan mengikuti program pendidikan di barak militer.
"Kami siapkan semuanya, termasuk pendataan calon peserta agar ada kepastian jumlah," kata Sapta Yulianto.
Diketahui, saat ini sebanyak 274 siswa setingkat SMA/SMK sedang mengikuti Program Pendidikan Karakter Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Para peserta didik ini mengikuti pendidikan karakter selama dua kali 14 hari, dengan tetap menjalani pembelajaran pada hari Senin hingga Kamis pukul 12.30-15.30 WIB.
Mereka tinggal di asrama dengan proporsi pendidikan 40 persen ceramah, motivasi, diskusi, dan bedah kasus, serta 60 persen aktivitas fisik atau praktik.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com
Bupati Pati Sudewo Ngotot Tak Mau Kehilangan Jabatan usai Diperiksa KPK Terkait Kasus Korupsi DJKA |
![]() |
---|
Bocor Desain Terbaru iPhone 17 Hingga iPhone 20, Bakal Tampil Beda, Apple Usung Hape Lipat? |
![]() |
---|
Baru Sadar, Pedagang Layani Transaksi Rp 350.000 Padahal Penipu Cuma Transfer Rp 350 |
![]() |
---|
Melihat Rumah Mewah Bos Minyak Riza Chalid yang Kini Jadi Tersangka Korupsi Pertamina |
![]() |
---|
Hukuman untuk Polisi Lempar Helm ke Siswa SMK hingga Koma, Keluarga Korban: Beri Bingkisan untuk Apa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.