Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Siswa SMP Disuruh Bayar Biaya Kelulusan Rp533 Ribu, Termasuk Ijazah dan Hadiah Guru, Bro Ron: Belagu

Tengah viral di media sosial informasi tentang siswa SMP disuruh bayar kelulusan Rp 533 ribu.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Instagram @brorondm
BIAYA KELULUSAN SISWA - Tangkapan layar foto rincian biaya kelulusan siswa SMP di Kota Bogor, yang diunggah akun Instagram Ronald A Sinaga atau Bro Ron, @brorondm, dikutip dari TribunBogor, Selasa (20/5/2025). 

TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral di media sosial informasi tentang siswa SMP disuruh bayar biaya kelulusan Rp 533 ribu.

Itu sudah termasuk untuk ijazah, buku tahunan hingga acara makan bersama.

Dengan total siswa di sekolah tersebut 329 orang.

Foto rincian biaya kelulusan siswa SMP ini diposting Ronald A Sinaga atau Bro Ron, di akun Instagramnya @brorondm.

Pada lembaran kertas itu, tertulis rincian biaya mulai dari pemotretan ijazah, sampul ijazah dan legalisir yakni Rp 125 ribu per siswa.

Kemudian biaya buku tahunan Rp 235 ribu per siswa, ada pula kenang-kenangan untuk guru Rp 21.884 per siswa.

Lalu ada biaya makan dan snack siswa saat pembuatan buku tahunan dan syuting video dokumenter.

Ada juga biaya logistik dan fee fotografer dan videografer selama syuting.

Tak hanya itu, tertulis juga DP catering untuk upacara di sekolah dengan biaya Rp 48.632 per siswa.

Total biaya yang dibutuhkan yakni Rp 178.545.000.

“Ini bang datanya itu dana yg sdh d keluarkan panitia ktnya jd 178jt d bagi jumlah siswa bang 329 siswa. Jd kami hrs byr persiswa sekitar 543rb tp ktnya d kurangi lgi 10rb jd kami hrs membayr 533rb per siswa bang. Semuanya tanpa terkecuali ank yatim dan tdk mampu pun hrs byr bang,” bunyi postingan di Instagram Bro Ron, melansir dari TribunBogor.

Baca juga: Kepsek Izinkan Siswa Gelar Perpisahan di Tempat Hiburan Malam, Wali Murid Datang, Disdik: Kecolongan

Menurut akun yang melapor ke Bro Ron, dirinya heran kenapa siswa harus membayar biaya ijazah lagi.

Ia mempertanyakan apakah hal itu termasuk pungli atau tidak.

Sebab menurut dia, bukankah biaya ijazah itu sudah ada anggarannya dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Pemilik akun juga menegaskan kalau rincian biaya itu bukan ditentukan oleh sekolah, melainkan panitia acara.

“Jd apakah ini ada unsur pungli ya? Sebenarnya yg menentukan nilai rupiah itu bukan pihak sekolah tapi atas dasar rancangannya ketua panitia perpisahan pak. Bukannya ijazah itu dari dana BOS. Demikian pak terimkasih,” tulisnya.

Baca juga: Orangtua Keberatan Perpisahan Siswa SD Bayar Rp680 Ribu, Ada untuk Kenangan Guru, Sekolah Kembalikan

Sambil memposting rincian biaya itu, Bro Ron juga menyebutkan kalau dirinya merupakan lulusan SMP di luar negeri.

Saat ia sekolah dulu, kata Bro Ron, tidak ada acara-acara seperti itu.

“Tamatjan SMP doang belagu amat sih…

Saya tamatan SMP luar negei di negara maju gak ada tuh acara2. Wong perjuangan masih ada 2 jenjang lagi,” tulis Bro Ron.

Kemudian Bro Ron juga memposting DM dari akun yang membantah hal itu.

Akun @little.star39 mengatakan kalau hal itu tidak benar dan merupakan hoaks.

“Bang, bukti darimana itu yang info perpisahan smpn * bogor?,” tulisnya.

Ia pun meminta Bro Ron menelusuri terlebih dahulu sebelum memposting di media sosial.

“Klo hoax gausa dibagiin ke media sosial bg, gaboleh menjelekkan nama baik sekolah hanya untuk kepentingan pribadi. jangan kaya bocah, playing victim banget,” tulis akun itu lagi.

Bahkan ia mengatakan kalau sekolah itu tak akan redup hanya gara-gara postingan Bro Ron.

“smpn * bogor terlalu terang ya? sampe segitunya banget mau menjatuhkan, sori.. smpn 8 bogor anti redup,” tulisnya.

Sambil memposting itu, Bro Ron juga menyertakan akun yang tidak memiliki followers dan postingan itu.

Akun itu hanya memfollow delapan akun Instagram, dan tampak tidak aktif.

“Anti redup gaez….

Emangnya siapa yang mau redupin?

Menyalaaaaaa SMPN * Kota Bogor,” tulis Bro Ron.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi heran siswa bayar Rp 450 ribu untuk buku kenangan.

Ia menanggap bahwa tradisi buku kenangan di sekolah membebani orangtua.

Padahal menurutnya, buku kenangan seharusnya tidak perlu dicetak dalam bentuk fisik, melainkan bisa dialihkan ke format digital.

Baca juga: Penjelasan Disdikpora soal Acara Kelulusan SMK di Bali Undang DJ Seksi, Kadis Sebut Inisiatif Siswa

Dedi Mulyadi menyampaikan hal itu dalam obrolannya dengan salah seorang guru yang dikutip dari akun Instagramnya @dedimulyadi71, Sabtu (1/3/2025).

Dalam obrolan tersebut, sang guru mengatakan ada kebiasaan di siswa untuk membuat buku kenanganan sekolah.

Biayanya Rp 150.000-450.000 per anak.

Kepala sekolah dan guru pun sudah menyarankan untuk mengubahnya ke bentuk digital disimpan dalam Google Drive atau platform lain.

“Tapi kalau yang sekarang sepertinya tanggung, Pak,” ujar guru tersebut ke Dedi Mulyadi.

Mendengar itu Dedi tampak heran.

Sebab semua kenangan anak bungsunya, Ni Hyang juga disimpan dalam bentuk digital, bukan berbentuk cetak yang rentan hilang atau rusak.

Ia berharap sekolah-sekolah bisa mulai beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mencari solusi yang lebih efisien bagi para siswa dan orangtua.

“Kita bisa simpan semua kenangan di akun Google Drive masing-masing. Kalau bentuk album fisik kan suka hilang,” kata Dedi, melansir dari Kompas.com.

Baca juga: Sosok DJ Diah Krisna Diundang di Pesta Kelulusan SMK Bali, Kini Minta Maaf, Kondisi Mental Tak Baik

Selain itu, ia juga menyoroti maraknya kegiatan wisuda di jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Menurutnya, wisuda seharusnya lebih cocok untuk lulusan perguruan tinggi, seperti sarjana atau diploma.

“Saya melarang sekolah mengadakan wisuda untuk jenjang TK, SD, dan SMP. Buat saya, wisuda itu lebih cocok untuk S1 atau D3. Lebih baik kelulusan diselenggarakan sederhana di sekolah, seperti zaman dulu,” tegasnya.

Sebagai solusi, Dedi berencana membangun gedung pertunjukan di sekolah-sekolah agar berbagai kegiatan bisa dilaksanakan secara lebih efektif tanpa membebani orang tua.

“Nanti kami akan membangun ruang pertunjukan di setiap sekolah secara bertahap. Bisa digunakan untuk acara kelulusan, pertunjukan tari, musik, atau bahkan menonton film berkualitas,” jelasnya.

Menurut Dedi, langkah ini tidak hanya mengurangi beban biaya bagi orang tua, tetapi juga memberikan fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh siswa dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik.

“Kegiatan sekolah tetap bisa berjalan, tanpa harus membebani orang tua dengan biaya tambahan. Yang penting, pendidikan tetap berkualitas dan anak-anak tetap bisa mengenang masa sekolah mereka dengan baik,” pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved