Berita Viral
Kisah Suriyono Raih Gelar Sarjana di Usia 60, Jual Kambing Demi Kuliah, Rela Belajar sampai Subuh
Kisah pria lanjut usia baru meraih gelar sarjana ini bisa menjadi inspirasi. Ia bahkan rela belajar sampai subuh demi menjalani kuliah di usia senja.
TRIBUNJATIM.COM - Kisah pria lanjut usia baru meraih gelar sarjana ini bisa menjadi inspirasi.
Meski usia sudah tua, tak menghalangi dirinya untuk meraih cita-cita untuk menjadi lulusan sarjana.
Kisah ini datang dari pria bernama Suriyono (60).
Perjuangan Suriyono untuk menjalani kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi bukanlah hal mudah.
Ia rela menjual kambing miliknya demi berkuliah.
Perjuangan Suriyono berakhir bahagia.
Baca juga: Sosok Budi Gunadi Sadikin Menkes Sarjana Nuklir, Sebut Pria Pakai Celana 33-34 Cepat Menghadap Allah
Ia meraih gelar Sarjana Agroteknologi Pertanian Untag Banyuwangi.
Bahkan, Suriyono kini juga mendapatkan promosi jabatan di kantornya.
Hal itu membuktikan usia yang tak lagi muda tak menjadi penghalang untuk menggapai impiannya meraih gelar sarjana.
Suriyono duduk di sebuah ruangan di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi saat ditemui media.
Wajahnya ramah, dan garis-garis halus di wajahnya menggambarkan perjuangan hidup yang telah dilaluinya.
Suriyono merupakan lulusan SMAK Hikmah Mandala Banyuwangi tahun 1986.
"Saya dulu lulus SMA tidak punya uang untuk lanjut kuliah," kata Suriyono mengawali ceritanya, Selasa (27/5/2025), dikutip dari Kompas.com.
Setelah lulus SMA, dia mencoba peruntungannya bekerja sebagai kernet pengantaran bahan material.

Hingga akhirnya ia diterima sebagai pekerja di sebuah pabrik pengemasan makanan ekspor hingga kini.
Giat bekerja, Suriyono juga giat mengelola keuangannya dengan baik, hingga memiliki usaha sampingan bagi hasil jual beli kambing yang memberdayakan petani lokal.
"Setelah terkumpul uang yang cukup, timbul keinginan saya yang dahulu untuk kuliah. Maka dari itu saya jual kambing-kambing saya, saya niatkan kuliah," ucap Suriyono.
Niatnya bulat. Ia dengan mantap mendaftarkan diri untuk menjadi mahasiswa Untag Banyuwangi.
Dia pun telah mempersiapkan diri untuk belajar di samping aktivitas shift kerjanya sehari-hari.
Suriyono akan menyesuaikan waktunya untuk memastikan dapat belajar maksimal.
Bahkan, dia rela belajar di malam hari hingga jelang subuh untuk memahami materi-materi perkuliahan.
"Setelah isya saya belajar, kalau ngantuk saya tidur, terbangun nanti baca lagi. Karena saya berpikir bahwa waktu saya terbatas, jadi kapan lagi saya belajar," tuturnya.
Baca juga: Sosok Pak Ruslan Jualan Nasi Bungkus Keliling Meski Sarjana, Tiap Hari Naik Sepeda Bawa 15 Bungkus
Suriyono adalah angkatan 2019 dan sempat cuti 3 semester.
Namun, perjuangan yang sempat berhenti ia bayar kembali dengan semangat untuk lulus.
Baginya, tak masalah ia lelah belajar karena ilmu yang dia dapatkan itu tak semua orang bisa mendapatkannya.
Sehingga, ketika memiliki kesempatan, Suriyono memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
"Yang terpenting adalah niat, kemudian semangat, baru uang," tutur Suriyono.
Menariknya, meski waktunya tersita untuk bekerja dan belajar, dia dapat memaksimalkan keduanya.
Bahkan, Suriyono mendapatkan predikat pekerja terbaik dari tempatnya bekerja.
Kini, setelah mendapatkan gelar sarjananya, Suriyono mengaku lebih percaya diri.
Dukungan pun terus mengalir kepadanya, dan dia bahkan kini mendapatkan promosi jabatan.
"Dulu pernah ada yang meragukan, termasuk dari biaya juga, tapi saya percaya ketika Allah bilang jadi, maka jadi. Meskipun berat prosesnya, tapi sekarang saya jadi (lulus)," tuturnya.
Baca juga: Tak Minta Bantu Pemerintah, Agus Sutikno Sekolahkan 200 Anak Tanpa Syarat, Ada yang Sudah Sarjana
Sosok disiplin
Dosen pembimbing skripsi Suriyono, Yusmia Widiastuti, memuji semangat Suriyono untuk menjalani bimbingan skripsi di tengah aktivitas kerjanya.
Diakui Yusmia, Suriyono adalah sosok yang semangat, pantang menyerah, dan rajin, yang juga menular kepadanya untuk semangat menyelesaikan tugas-tugasnya.
Kolaborasi mereka juga terjalin dengan baik.
Selain semangat Suriyono, Yusmia juga bersedia menyesuaikan waktu bimbingan dengan kerja shift Suriyono.
"Saya tidak langsung tanya besok bimbingan jam berapa, tapi saya tanya bapak besok shift apa. Setelahnya baru kami mengatur jam bimbingan," tutur Yusmia.
Terkenang di ingatan Yusmia dan para dosen Untag Banyuwangi, Suriyono adalah orang yang tepat waktu.
Bahkan, dia dengan tenang akan menunggu dosen pembimbingnya hingga datang.
Pernah sekali waktu, di waktu yang disepakati pada pukul 16.00 WIB, Suriyono yang pulang kerja langsung menuju Untag Banyuwangi untuk mendapatkan bimbingan meski cuaca tengah hujan lebat.
"Pak Sur tidak pakai jas hujan, kebasahan dari rambut hingga bajunya. Saya yang khawatir takut bapak jatuh sakit," ujar Yusmia disambut tawa kecil Suriyono.
Selain itu, Yusmia pun kadang terheran-heran, sebab dengan beban tugas yang besar di sela-sela pekerjaannya, ia bertanya-tanya kapan Suriyono beristirahat.
Dia menyelesaikan seluruh tanggung jawab dengan baik, dan percaya bahwa hasil akhir akan sesuai dengan upaya yang dilakukan.
"Ketika KKN (kuliah kerja nyata) di Gombengsari, Pak Sur bukan sekadar melihat, tetapi juga turun sebagai petani. Penilaian dari teman-teman di Gombengsari untuk Pak Sur positif sekali," puji Yusmia.
pria lanjut usia baru meraih gelar sarjana
Suriyono
Universitas 17 Agustus 1945
Banyuwangi
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita viral
Relawan Sedulur Jokowi Minta Prabowo Masukkan Ketum & Mantan Wamendes ke Kabinet di Tengah Reshuffle |
![]() |
---|
Wali Kota Bantah Alasan Pecat Kepsek karena Anaknya Bawa Mobil, Kini Roni Batal Dicopot dari Jabatan |
![]() |
---|
Harap Yuda Hidup, 4 Barang Ditemukan Bersama Kerangka di Pohon Aren Bikin Keluarga Syok: Adikku |
![]() |
---|
Erick Thohir Rangkap Jabatan Menpora dan Ketua PSSI? Tunggu Nasibnya Ditentukan FIFA |
![]() |
---|
Syarat dan Cara Ikut Magang Nasional 6 Bulan Gaji UMP, Kuota 20.000 Peserta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.