Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kakek Tenggelam di Sungai Surabaya

Penyebab Kakek Pencari Enceng Gondok Tenggelam di Sungai Kedurus Surabaya, Tak Bisa Berenang

Rini menyebutkan bahwa korban diduga tidak memiliki kemampuan berenang didasarkan pada kesaksian para teman-teman sesama pencari eceng gondok

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Samsul Arifin
Istimewa/TribunJatim.com
DITEMUKAN - Kakek pencari eceng gondok berinisial MK (65) yang hilang di Sungai Kali Makmur, kawasan Jalan Gunung Sari Indah, Kedurus, Karang Pilang, Surabaya, pada Selasa (27/5/2025), ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, pada Rabu (28/5/2025). Jenazah korban mengambang di permukaan sungai berjarak sekitar 150 meter ke arah utara dari titik awal korban dilaporkan tenggelam. 

Mengenai adanya kesaksian yang menyebutkan bahwa ayahandanya memakai 'kedebog' pisang sebagai pelampung selama mencari eceng gondok. 

Syaiful menjelaskan, 'kedebog' pisang itu, cuma dipakai untuk pelampung plastik berisi barang bawaan pribadi ayahandanya selama mencari eceng gondok di sungai. 

"Kalau gedebog biasanya dipakai bapak, biar tasnya biar tidak nyemplung. Iya jadi gedebog cuma sarana pelampung buat bawa barang bawaan (agar tetap ngambang). Kalau muatan eceng gondok habis diikat banyak, ngapung sendiri," jelasnya. 

Mengenai kronologi kejadian tenggelamnya sang ayahanda. Syaiful menduga bahwa ayahandanya itu tenggelam pada pagi hari. 

Karena, ia belum mendapati temuan tumpukan eceng gondok yang telah dikumpulkan di gerobak becak motor (bentor) milik ayahandanya. 

Apalagi, ada kesaksian dari teman-teman sesama pekerja pencari eceng gondok, yang menyebutkan bahwa ayahandanya sudah tidak mengangkat telepon sejak pagi, mulai pukul 09.00 WIB. 

Artinya, ayahandanya itu, dimungkinkan sudah mengalami insiden nahas tersebut, pada pagi hari. 

"Kalau sabit dan alat alat yang lain, selalu dibawa beliau. Tapi kalau HP diwadahi plastik di sini. Saya hafal karena saya dulu kerja sebagai pencari hal yang sama," terangnya. 

Ayahandanya itu, memiliki tiga anak. Ketiga awak pada urutan pertama sudah memberikan sang ayahanda, enam orang cucu.

Bahkan, salah satu cucu dari anak pertama, sudah menikah dan memiliki anak, yang artinya ayahandanya sudah memiliki satu orang cicit. 

Pekerjaan sebagai pencari eceng gondok sudah ditekuni ayahandanya sejak tahun 90 atau 2000-an.

Dulu ayahandanya sempat bekerja sebagai pengerajin kayu untuk bahan meubel, dan pernah juga menjadi nelayan, saat masih remaja hingga dewasa selama tinggal di Banyuwangi, tempat asalnya. 

Setelah menikahi ibundanya. Sang ayah memutuskan merantau di Kota Pahlawan untuk bekerja sebagai tukang becak. Dan tak lama kemudian, ayahandanya bekerja sebagai pencari eceng gondok. 

"Beliau sehat, roso, walaupun sudah sepuh, ya aktivitasnya gerak fisik terus setiap hari," katanya. 

Syaiful mengaku tidak memiliki firasat aneh sebagai pribadi dalam dirinya yang menandai peristiwa hilangnya sang ayahanda di sungai tersebut. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved