Berita Viral
1 Desa Banjir Daging Kurban Hasil Iuran Warga, Bisa Sembelih Ratusan: Bayi Baru Lahir Juga Dapat
Ratusan hewan kurban tersebut didapat dari iuran warga selama setahun, disesuaikan dengan pekerjaannya.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Warga Desa Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, yang berkurban 197 sapi dan 523 kambing/domba saat Idul Adha, viral di media sosial.
Hewan kurban tersebut didapat dari iuran warga selama setahun, disesuaikan dengan pekerjaannya.
Inilah kisah gotong-royong warga Desa Batur dalam berkurban di momen Idul Adha 2025.
Melansir Kompas.com, Desa Batur terletak di kawasan pegunungan Dieng atau yang dikenal sebagai Dataran Tinggi Dieng.
Wilayah ini dikenal mempertahankan tradisi penyembelihan hewan kurban dalam jumlah besar.
Bahkan, jumlah hewan kurban yang disembelih pada momen Idul Adha tahun ini terbilang cukup fantastis.
Dikutip dari Antara, pada tahun ini, warga Desa Batur menyembelih total 720 hewan kurban.
Jumlah tersebut terdiri atas 197 ekor sapi serta 523 ekor kambing dan domba.
"Secara keseluruhan memang ada peningkatan dari tahun sebelumnya," kata Kepala Desa Batur, Ahmad Fauzi, Jumat (6/6/2025).
"Tapi kalau dilihat dari jenisnya, untuk sapi ada penurunan, sedangkan kambing atau domba meningkat," paparnya.
Sebelumnya, pada Idul Adha 2024, jumlah hewan kurban yang disembelih tercatat sebanyak 668 ekor, yang terdiri dari 200 sapi dan 468 kambing atau domba.
Khusus di wilayah Krajan, yang meliputi Dusun Batur Kidul, Batur Tengah, dan Batur Lor, terjadi peningkatan jumlah kurban.
Tahun lalu, wilayah ini mencatat 74 sapi dan 293 kambing atau domba.
Sementara di tahun ini meningkat menjadi 78 sapi dan 353 kambing atau domba.
Baca juga: Berangkat Jam 3 Pagi Demi Salat Idul Adha di Desa Terpencil, Bupati Kecewa Tak Ada Pejabat Hadir
"Penyembelihan hewan kurban di Krajan memang pernah viral karena saking banyaknya hewan kurban yang disembelih."
"Namun, tahun ini, ada beberapa dusun yang melakukan penyembelihan hewan kurbannya secara mandiri, tidak lagi bergabung dengan Krajan," jelas Ahmad Fauzi.
Ahmad Fauzi menerangkan bahwa ratusan hewan kurban yang disembelih berasal dari iuran warga Desa Batur.
Iuran ini dikumpulkan selama satu tahun penuh sejak Idul Adha tahun sebelumnya.
Tradisi ini telah berlangsung sejak puluhan tahun di desa yang terdiri atas 13 dusun tersebut.
"Iuran tersebut per keluarga, bukan per jiwa, sehingga setiap kepala keluarga di Desa Batur menyisihkan sebagian penghasilan mereka yang disesuaikan dengan latar belakang pekerjaan masing-masing," katanya menjelaskan.

Mekanisme pengumpulan iuran disesuaikan dengan profesi masing-masing warga.
Bagi pedagang di pasar, iuran dikumpulkan setiap lima hari sekali, sesuai dengan siklus pasaran Jawa yang terdiri atas lima hari.
Sementara, bagi warga yang bekerja sebagai pegawai atau karyawan menyisihkan sebagian dari penghasilan tetap mereka setiap bulan.
Sedangkan petani menyisihkan hasil panennya, dan sebagian warga lain menggunakan sistem tabungan harian.
"Ketika mendekati Hari Raya Idul Adha, seluruh uang yang dikumpulkan oleh panitia dari masing-masing sektor pekerjaan itu akan diakumulasi," kata Ahmad Fauzi.
Jika dana yang terkumpul belum mencukupi untuk membeli hewan kurban, maka dilakukan iuran tambahan dengan cara yang tidak memberatkan warga.
Ahmad Fauzi menjelaskan bahwa pendistribusian daging kurban dilakukan sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Daging dibagikan secara per jiwa, bukan per keluarga.
"Dengan demikian, bayi yang baru lahir maupun tamu yang sedang berkunjung di Desa Batur pun turut mendapatkan daging kurban," katanya.
Tak hanya itu, sebagian daging kurban juga didistribusikan ke Kabupaten-kabupaten sekitar, seperti Wonosobo, Batang, Pekalongan, Temanggung, Magelang, dan Batang.
Baca juga: Tangis Ibu-ibu Ngamuk di Lokasi Pertambangan, Nekat Tahan Alat Berat hingga Nyaris Adu Jotos
Berbeda dengan Desa Batur, sejumlah warga di tempat lain harus membayar Rp15.000 untuk mendapatkan satu kantong daging kurban.
Peristiwa ini diketahui terjadi di wilayah Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Video tersebut viral setelah diunggah salah satu akun Instagram @feedgramindo.
Dalam video, tampak warga yang sudah mendapatkan kupon untuk penukaran daging kurban disebut dimintai membayar Rp15.000 untuk menebus satu kantong daging.
"Jadi teringat preman Cikiwul dulu pakai kacamata. Warga di Cikiwul kecamatan Bantargebang kota Bekasi keluhkan pembagian daging kurban tapi masih disuruh bayar, padahal sudah ada himbauan dari Kang Dedi Mulyadi," tulis keterangan di akun IG @feedgramindo.
Masih dalam video yang sama, terdapat dua orang ibu-ibu membawa sejumlah kantong kresek berisi daging kurban.
Saat ditanya, kedua ibu-ibu tersebut mengaku harus membayar Rp15.000 per kantong plastik daging kurban.
"Sudah bagi daging? Nebus?" tanya perekam video.
"Sudah, nebus Rp45.000. Satu kantong Rp15.000," kata seorang ibu-ibu yang ada di dalam video.
Kini pria yang mengambil pungutan tersebut telah membuat pengakuan klarifikasi dan permintaan maaf.
Klarifikasi ini juga direkam dalam sebuah video dan dikrim ke polisi.
Dalam video yang dibagikan Kapolsek Bantargebang, Kompol Sukadi, Minggu (8/6/2025), salah satu panitia bernama Tarmin menjelaskan permasalahan.
Awalnya, di wilayahnya belum ada pemberian hewan kurban.
Lalu, Tarmin mengaku berupaya membantu mencarikan orang untuk mengurbankan hewan kurbannya di wilayahnya.

"Setelah adanya yang memberi sapi, dapatlah sebuah sapi karena inisiatif saya ingin membantu teman-teman kami, khususnya para pemulung."
"Karena setiap adanya kurban, mereka (para pemulung) mengadu tidak mendapatkan daging," tutur Tarmin dalam video, Minggu (8/6/2025).
Setelah itu, Tarmin akhirnya mendapatkan total tiga ekor sapi untuk dikurbankan di wilayahnya.
Ketiga sapi ini didapat dari pemberian orang dan hasil patungan dari dirinya dengan keluarganya.
"Orang tersebut (pemberi sapi) tidak mau disebut namanya, pemberi disebut hamba Allah yang memberikan kepada kami," ungkap Tarmin.
Namun, orang-orang yang memberikan sapi tidak memberikan uang untuk biaya operasional pemotongan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, berdasarkan kesepakatan warga, biaya pemotongan hewan kurban dikenakan biaya sebesar Rp15.000 kepada warga yang mendapatkan daging kurban.
"Untuk biaya pemotongan dan juga pekerjaan menetel-netel sapi itu, makannya teman-teman, karena satu hari full."
"Jadi kami dengan inisiatif dan teman-teman sepakat meminta bantuan sebesar Rp15.000," ungkap Tarmin.
Baca juga: Pensiunan Guru Buka Kursus Bahasa Jepang, Ikhlas Meski Dibayar Rp5 Ribu: Saya Tidak Cari Viral
Tarmin menyampaikan, biaya Rp15.000 ini tidak diminta ke seluruh orang yang mendapatkan daging kurban.
Ia menegaskan bahwa panitia hanya mendapatkan hewan kurban dan tidak menerima bantuan berupa uang untuk proses pemotongan.
"Kami mendapatkan sapi tidak mendapatkan bantuan uang, hanya mendapatkan sapi karena tujuannya beliau, hamba Allah hanya memberikan bantuan agar teman-teman kami memakan daging," ungkapnya.
Meski begitu, Tarmin mengaku salah dan meminta maaf atas perbuatannya yang memungut Rp15.000.
"Jadi mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin kepada aparatur daerah setempat, dari tingkat RT, RW, camat, dan Bapak Wali Kota," ungkapnya.
Menanggapi kejadian tersebut, Kompol Sukadi menjelaskan bahwa masalah ini telah diselesaikan secara musyawarah.
"Sudah dikomunikasikan, sudah diselesaikan secara kekeluargaan dan musyawarah," tutur Kompol Sukadi saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (8/6/2025).
Siapa Sebenarnya Cagub yang Pinjam Duit Rp 53 Miliar ke Artis? Berani Beri Jaminan 11 Tanah |
![]() |
---|
Target Prabowo setelah Tetapkan IKN Menjadi Ibu Kota Politik Indonesia pada 2028 |
![]() |
---|
SPBU Swasta Kesulitan Dapat Stok BBM, Pegawainya Banting Setir Jualan Kopi dan Donat, Warga Prihatin |
![]() |
---|
Siapa Kapolsek di Kendal yang Kepergok Selingkuh Sama Janda 2 Anak? Kapolres: Saya Mohon Maaf Ya |
![]() |
---|
Buntut ‘Ngemis’ Seragam ke OPD, Anggota DPRD Arif Fahlevi Dinonaktifkan, Daftar Nama Ukuran Tersebar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.