Berita Viral
Mendadak Pagar Digembok, Sekolah Swasta Mewah Digeruduk Puluhan Orang Tua, Pendaftaran Rp23 Juta
Sekolah tersebut diduga tidak memiliki izin dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi untuk menggelar sistem pembelajaran.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Sekolah swasta mewah di Jalan Baru Perjuangan RT 04 RW 11 Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, digeruduk puluhan orang tua.
Pihak orang tua murid mengaku dibuat kecewa dengan berhentinya operasi sekolah secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan.
Hal itu seperti diungkapkan salah seorang ortu siswa, Nurhaliza (33).
Baca juga: Akibat Status Pernikahan Kedua Orang Tuanya, Anak Berusia 8 Tahun Terancam Tak Bisa Sekolah: Ditolak
"Maksudnya sia-sia waktu saya, kenapa kayak gini, harusnya kan di WhatsApp (WA) sayanya kalau misalnya emang tidak ada progres lagi sekolahnya," kata Nurhaliza saat ditemui di lokasi, Senin (16/6/2025).
Ia menjelaskan, dirinya hanya mendapat informasi untuk anaknya agar datang ke sekolah pada Senin (16/6/2025), guna mengikuti ujian susulan.
Sebab kata Nurhaliza, anaknya sempat sakit dan kemudian diminta untuk mengikuti ujian susulan.
"Minggu lalu anak saya sakit, jadi tidak masuk, Minggu lalu sempat ujian, nah disuruh susulan ujian hari ini," jelasnya.
Akan tetapi, begitu sampai ternyata sekolah berhenti beroperasi dan pagar digembok.
"Tapi ya gitu, digembok (sekolahnya) tidak bisa masuk, padahal udah pakaian lengkap anak saya,"
Nurhaliza menuturkan, sebelum dikagetkan dengan sekolah yang tiba-tiba beroperasi, dirinya sempat menyimpan rasa curiga terhadap sistem pelayanan pembelajaran.
Kecurigaan terjadi saat dirinya dijanjikan fasilitas konseling dari psikolog untuk anaknya yang sekolah di tempat tersebut.
Namun, kenyataannya, janji itu palsu atau tidak terealisasi.
"Jadi saya selama anak saya sekolah di sini tidak pernah ketemu psikolog," tuturnya, melansir Warta Kota.
Nurhaliza mengaku sangat kecewa karena janji konseling dengan psikolog tidak terealisasi.

Selain karena sudah meluangkan waktu, dirinya dan suami sudah mengeluarkan biaya untuk fasilitas tersebut hingga nominal jutaan rupiah.
"Udah (bayar), itu udah termasuk ke biaya Activity Fee, paket, nilainya Rp5,5 juta buat kelas Nursery," ucapnya.
Nurhaliza berharap pihak pengelola sekolah dapat bertanggung jawab dengan mengembalikan uang orang tua siswa.
"Sebaiknya bertanggung jawab pihak sekolah dan kembalikan uang yang sudah terlanjur bayar, saya juga masih ada uang pangkal di sekolah ini udah kebayar Rp7,3 juta," harapnya.
Baca juga: Gelar Pernikahan Meriah sampai Viral, Anggota Dewan Ternyata Nikah Lagi Tanpa Seizin Istri Sah
Sementara orang tua murid lainnya, Benny Sugeng Waluyo (42), yang mensekolahkan anaknya yang merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), mengeluhkan hal serupa.
Mulanya, Sugeng mengatakan sempat mendapat informasi kalau sekolah ini memiliki pembelajaran inklusi yang ada psikolognya.
Sehingga terdapat waktu belajar tambahan untuk terapi klinik, dan itulah yang menjadi alasan dirinya mau memasukkan anaknya ke sekolah ini.
"Tapi selama anak kami sekolah di sini, realisasi itu tidak ada," kata Sugeng, Minggu (15/6/2025).
Sugeng menjelaskan keluhan lainnya perihal di awal, pihak sekolah akan memberikan pendamping di kelas untuk anaknya belajar.
Tapi kenyataan, menurutnya, janji tersebut tidak terealisasi juga.
Padalah ia mengaku sudah membayar setiap per tiga bulan untuk tambahan pendamping dengan biaya Rp1 juta.
"Bilangnya setiap anak saya belajar di sini, nantinya ada pendamping di kelas, tapi waktu kami cek saat belajar mengajar tidak ada yang mendampingi."
"Karena di sekolah ini setiap kelas yang harusnya ada dua orang (guru dan pendamping), tapi kenyataannya cuma ada satu guru dan tidak ada pendamping," jelasnya.
Berdasarkan hal itu, Sugeng mengaku kecewa karena segala upaya terbaik untuk pendidikan anak diberikan tapi hasilnya sia-sia.
Para orang tua murid melaporkan kejadian ini ke Mapolres Metro Bekasi Kota setelah sebelumnya sempat membuat somasi kepada pihak sekolah. namun tidak ada jawaban.
"Kecewa sangat, masalahnya anak berkebutuhan khusus ini kan berbeda, kami sebagai orang tua kan harus ekstra."
"Tapi ternyata ekstra yang kami berikan itu tidak sesuai dengan kenyataan dan itu membuat kami kecewa."
"Sekarang kami melaporkan pihak sekolah ke polisi," tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, puluhan orang tua murid keluhkan adanya dugaan penipuan yang dilakukan pengelola sebuah sekolah swasta.
Salah satu orang tua murid, Silvia Legina (30) mengatakan, dugaan penipuan menguat usai dijadwalkan para orang tua murid berkumpul untuk mencari solusi dengan bertemu pihak sekolah pada Minggu.
Hanya saja, setelah ebih kurang menunggu enam jam, pihak orang tua justru mengaku tidak kunjung mendapat kepastian dan kejelasan.
"Jadwalnya itu pertemuan orang tua murid atas keputusan rapat pihak sekolah dan yayasan dan lawyer, tapi tidak ada titik temu sampai malam ini dari 14.30 WIB," kata Silvia, Minggu.
Silvia memaparkan sejumlah keluhan ortu siswa terhadap sistem di sekolah yang belum ada 10 tahun beroperasi tersebut.
Di antaranya mengenai sistem pembelajaran yang ketika mendaftar dijanjikan oleh pihak sekolah perihal kurikulum Cambridge.
Namun, berdasarkan pengakuan Silvia, selama anaknya mengenyam pendidikan di sekolah itu tidak pernah mendapatkan penerapan pembelajaran kurikulum yang dimaksud.
"Kami dijanjikan dari pihak sekolah kurikulum Cambridge, tapi ternyata bukan berbasis Cambridge."
"Dan alasannya kalau ini hanya berbasis Cambridge bukan kurikulum Cambridge, jadi Cambridge itu tidak kami dapatkan atau tidak sesuai dengan materinya," paparan pertamanya.
Silvia melanjutkan, dirinya sebagai orang tua ingin anaknya dilatih untuk lihai berbahasa Inggris dan memahami ilmu agama.
Sekolah pun sempat menjanjikan metode pembelajaran tersebut.
Namun, kenyataannya, menurutnya metode ini justru tidak juga diterapkan.
"Kami harapan sebagai orang tua penginnya anak kami ini agamanya bisa, terus bahasa Inggrisnya juga bisa."
"Ternyata tidak sesuai juga karena anak kami di sini diajarinya pakai bahasa Indonesia full."
"Lalu dari agamanya pun pelajarannya juga kurang tidak ada hafalan (surat Alquran)," paparan keduanya.
Baca juga: Berseragam Polisi, Mbah Masro Bisa Dapat Rp150.000 Sehari dari Atur Lalu Lintas, Bukan Anggota Polri
Menurutnya, sekolah tersebut diduga tidak memiliki izin dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi untuk menggelar sistem pembelajaran tingkat Playgroup, SD, dan anak inklusi.
Bahkan berdasarkan pengakuan Silvia, Disdik Kota Bekasi sempat diusir alias tidak diperkenankan berkomunikasi dengan pihak sekolah.
"Disdik itu sudah pernah datang ke sini (sekolah), udah tiga kali, tapi diusir oleh pihak sekolah, tapi saya kurang tahu kenapa."
"Makanya sekolah ini itu tidak pernah akreditasi, dan untuk menerbitkan izin Cambridge itu harus terakreditasi terlebih dahulu," papar Silvia.
Silvia menuturkan, tenaga pengajar di sekolah itu diduga belum ditraining atau mendapat pelatihan sesuai dengan basis Cambridge.
Hal itu diketahui Silvia karena para pengajar belum memiliki sertifikasi.
"Pengajar di sini belum di training, untuk tenaga belajar berbasis Cambridge itu harus bersertifikasi dan harus bisa bahasa Inggris," paparan selanjutnya.
Silvia juga mengeluhkan kalau meminta pergantian jadwal mengambil rapor, orangtua murid dikenakan biaya hingga Rp250 ribu.
Biaya itu diakuinya berdasarkan penjelasan sekolah untuk kebutuhan konseling.
"Terus kami juga kalau mau ngambil raport dan kalau kami mau ganti jadwal harus bayar juga harganya Rp250 ribu hitungannya biaya konseling," ujarnya.
Tidak hanya itu, Silvia menjelaskan kembali keluhan lainnya adalah tidak pernah ada realisasi fasilitas yang termasuk di biaya Activity Fee atau biaya kegiatan sekolah.
Biaya yang dibayarkan untuk Activity Fee hingga Rp6,5 juta.
"Activity Fee itu terkait dengan visit dokter lalu kegiatan manasik haji atau konseling dengan psikologi klinis, tapi itu tidak pernah terjadi, itu kebohongan banget."
"Yang dapat mungkin hanya kelas TK A doang, kalau anak saya TK B tidak pernah sama sekali," lugasnya.
Silvia mengungkap, keluhan yang dinilainya terburuk adalah dengan tidak diprosesnya Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) bagi para murid.
Informasi ini diketahui dirinya usai bertanya kepada Disdik Kota Bekasi pada Jumat (13/6/2025).
"Paling parah lagi adalah NISN itu tidak pernah diproses oleh sekolah, kalau lulus dari sini (sekolah) tidak terdaftar."
"Sehingga tempat ini seakan-akan kayak les aja dengan harga yang mahal seperti itu tapi anak kami tidak daftar di sekolah," ungkapnya.
Berdasarkan keluhan ini , Silvia meminta kepada pengelola sekolah untuk mengembalikan uang ortu siswa, memproses NISN para murid, dan ijazah.
"Saya kan dari orang tua K2 yang tahun ini lulus, tapi kan ada orang tua dari K1 dan nursery (playgroup) itu udah ada yang bayar sampai kelas TK nol besar (K2), termasuk ada orang tua yang udah bayar activity feenya," harapnya.
"Pendaftaran sekitar Rp23 juta tapi di luar uang bulanan, jadi Rp23 juta itu termasuk activity fee sama uang bulanan sekolah selama tiga bulan, tapi bulanan ke empat kami bayar lagi kurang lebih Rp2 juta per bulan."
"Makanya dengan biaya yang menurut saya mahal itu, kami kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan," kata Silvia.
Warga Gerebek Kades yang Nikah Siri dan Ada di Rumah Janda, Tuntut Mundur dari Jabatannya |
![]() |
---|
Kebohongan Wali Kota Arlan Terkuak, Terbukti Mutasi Kepsek Tanpa Prosedur Benar, Nasib Bak Terbalik |
![]() |
---|
Sosok Kakak Adik Pakai Seragam Sekolah Gantian karena Cuma Punya 1, Tinggal di Kontrakan, Ibu ODGJ |
![]() |
---|
Dokter Tifa Unggah Surat Kementerian Era Jokowi Setarakan UTS Insearch dengan SMK Demi Gibran: Parah |
![]() |
---|
Sambil Didampingi TNI, Wali Murid Minta Maaf karena Sebut Anaknya Muntah setelah Makan MBG |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.