Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Perang Iran Israel

Daftar Negara Paling Rugi Jika Selat Hormuz Ditutup Imbas Perang Iran-Israel, Indonesia Terdampak?

Kemungkinan Iran memblokade Selat Hormuz akan membawa dampak besar. Lantas negara mana saja yang paling rugi jika Selat Hormuz ditutup?

Google Maps
SELAT HORMUZ - Tangkapan layar Google Maps, Minggu (15/6/2025) memperlihatkan Selat Hormuz (lingkaran merah), jalur air energi terpenting di dunia yang terletak di antara Oman dan Iran. 

TRIBUNJATIM.COM - Konflik Israel dan Iran masih menjadi sorotan dunia.

Kini kemungkinan Iran memblokade Selat Hormuz akan membawa dampak besar.

Jika skenario ini terjadi, dampaknya akan dirasakan luas, terutama oleh negara-negara Asia yang sangat bergantung pada jalur perdagangan minyak mentah ini.

Data dari Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) menyebutkan, sekitar 14,2 juta barel minyak mentah dan 5,9 juta barel produk minyak bumi melewati Selat Hormuz setiap hari.

Jumlah tersebut mewakili sekitar 20 persen dari pasokan minyak global pada kuartal pertama tahun ini.

Dari angka itu, sekitar 84 persen ditujukan ke kawasan Asia.

Baca juga: Israel dan Iran Masih Saling Serang, Akhirnya Gencatan Senjata Trump Goyah, Ini Kata Menlu Iran

Minyak yang melintasi selat sempit antara Iran dan Oman ini sebagian besar berasal dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, Kuwait, Qatar, dan Iran, dan hampir seluruhnya menggunakan jalur tersebut sebagai rute utama ekspor.

Berikut ini dampak yang mungkin terjadi pada negara-negara utama di Asia jika jalur Selat Hormuz terganggu, informasi dirangkum dari AFP pada Senin (23/6/2025), dikutip dari Kompas.com.

China: Pembeli terbesar

China menjadi negara Asia yang paling terdampak karena merupakan pembeli minyak terbesar dari kawasan Teluk melalui Selat Hormuz.

Menurut EIA, China mengimpor sekitar 5,4 juta barel minyak mentah per hari melalui selat ini pada kuartal pertama 2025.

Arab Saudi merupakan pemasok utama kedua bagi China, menyuplai sekitar 15 persen dari total impor minyak, atau sekitar 1,6 juta barel per hari.

Selain itu, lebih dari 90 persen ekspor minyak Iran juga dibeli oleh China, berdasarkan data firma analisis energi Kpler.

Pada April lalu, China mengimpor sekitar 1,3 juta barel minyak Iran per hari, sedikit menurun dibandingkan bulan Maret.

Peta Selat Hormuz. PT Pertamina (Persero) mengalihkan jalur pelayaran pengiriman minyak mentah dari Timur Tengah ke Indonesia menyusul meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan, khususnya rencana penutupan Selat Hormuz oleh Iran.
Peta Selat Hormuz. PT Pertamina (Persero) mengalihkan jalur pelayaran pengiriman minyak mentah dari Timur Tengah ke Indonesia menyusul meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan, khususnya rencana penutupan Selat Hormuz oleh Iran. (Wikimedia Commons)

India: Diversifikasi meski masih tergantung

India juga sangat bergantung pada Selat Hormuz.

Data EIA menunjukkan, negara ini mengimpor sekitar 2,1 juta barel per hari melalui selat tersebut. 

Sekitar 53 persen kebutuhan minyak India masih disuplai dari Timur Tengah, terutama dari Irak dan Arab Saudi.

Namun, demi mengurangi ketergantungan, India telah memperluas impor minyak dari Rusia selama tiga tahun terakhir.

Menteri Perminyakan dan Gas Alam India, Hardeep Singh Puri, menyatakan, pemerintah terus memantau situasi di Timur Tengah.

"Kami telah mendiversifikasi pasokan kami dalam beberapa tahun terakhir dan sebagian besar pasokan kami tidak datang melalui Selat Hormuz sekarang," tulisnya di platform X.

"Kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas pasokan bahan bakar bagi warga kami," jelas dia.

Korea Selatan: Siaga darurat

Berdasarkan catatan EIA, sekitar 68 persen impor minyak Korea Selatan, atau 1,7 juta barel per hari, juga melewati Selat Hormuz.

Arab Saudi menjadi pemasok utama dengan kontribusi sekitar sepertiga dari total impor minyak negeri itu pada tahun lalu.

Kementerian Perdagangan dan Energi Korea Selatan mengaku telah menyiapkan langkah antisipasi jika pasokan terganggu.

"Pemerintah dan pemangku kepentingan industri telah bersiap menghadapi keadaan darurat dengan menjaga cadangan minyak strategis yang setara dengan pasokan sekitar 200 hari," bunyi pernyataan resmi kementerian.

Baca juga: Presiden AS Donald Trump Bantah Pernyataan Resmi Intelijennya Sendiri Soal Pengembangan Nuklir Iran

Jepang: Hampir semua dari Timur Tengah

Jepang mengimpor sekitar 1,6 juta barel minyak mentah per hari melalui Selat Hormuz.

Data bea cukai menunjukkan 95 persen impor minyak Jepang tahun lalu berasal dari negara-negara Timur Tengah.

Perusahaan pelayaran besar seperti Mitsui OSK menyatakan telah mengurangi waktu pelayaran kapal di wilayah Teluk untuk meminimalkan risiko.

"Saat ini kami sedang mengambil langkah-langkah untuk mempersingkat waktu yang dihabiskan kapal-kapal kami di Teluk sebanyak mungkin," ujar perusahaan tersebut kepada AFP.

Negara Asia dan kawasan lain

Selain negara-negara besar tersebut, sekitar 2 juta barel minyak mentah per hari yang melintasi Selat Hormuz juga ditujukan ke negara-negara lain di Asia, seperti Thailand dan Filipina.

Sementara itu, Eropa menerima sekitar 0,5 juta barel, dan Amerika Serikat sekitar 0,4 juta barel per hari.

Alternatif terbatas

Meskipun negara-negara Asia dapat mencoba mendiversifikasi sumber pasokan, menggantikan volume besar dari Timur Tengah bukan hal yang mudah.

Menurut analisis dari MUFG Bank, dalam jangka pendek, persediaan minyak global, kapasitas cadangan OPEC+, dan produksi minyak serpih AS bisa sedikit membantu meredam dampak.

Namun, mereka mengingatkan bahwa, penutupan penuh Selat Hormuz tetap akan berdampak pada aksesibilitas sebagian besar kapasitas produksi cadangan ini yang terkonsentrasi di Teluk Persia.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memang memiliki infrastruktur jalur pipa alternatif untuk menghindari selat tersebut, namun kapasitasnya terbatas pada sekitar 2,6 juta barel per hari.

Iran sendiri telah membangun jalur pipa Goreh-Jask untuk menyalurkan ekspor lewat Teluk Oman.

Namun, jalur ini telah tidak aktif sejak tahun lalu, dan kapasitas maksimumnya hanya 300.000 barel per hari, menurut EIA.

Apakah Indonesia terdampak?

Meski tidak disebut secara eksplisit dalam laporan EIA, sebagai negara pengimpor minyak, Indonesia juga bisa merasakan efek tidak langsung, terutama jika harga minyak dunia melonjak akibat krisis di Selat Hormuz.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved