Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Langkah Dedi Mulyadi setelah Viralnya Pesta Gay di Puncak Bogor: Akan ada Sentuhan dari Saya

Menurut Dedi Mulyadi, dirinya akan menata ulang kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Terlebih setelah viralnya kasus di kawasan Puncak tersebut.

Editor: Torik Aqua
TribunBogor.com/Muamarrudin Irfani
KEBIJAKAN - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat menangisi kondisi alam di Puncak Bogor yang tergerus pembangunan tempat wisata, pada Kamis (6/3/2025). Tak hanya itu, langkah Dedi Mulyadi setelah mendengar viralnya pesta gay di Puncak, Bogor. 

TRIBUNJATIM.COM - Langkah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi setelah tahu ada kabar pesta gay digelar di kawasan Puncak Bogor.

Menurut Dedi Mulyadi, dirinya akan menata ulang kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Terlebih setelah viralnya kasus di kawasan Puncak tersebut.

“Ya, itu memang harus segera ditangani,” kata Dedi Mulyadi dilansir TribunnewsBogor usai kunjungan ke Universitas Pakuan Kota Bogor, Selasa (24/6/2025).

Baca juga: Rumah Dibeli Dedi Mulyadi, Meilani Ibu Dianiaya Anak Lega Boleh Tetap Tinggal, KDM: Selama di Dunia

TANAH PERAIRAN DIJUAL - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menemukan praktik jual beli ilegal lahan perairan saat mengunjungi Kali Gabus di Desa Srimukti, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
TANAH PERAIRAN DIJUAL - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menemukan praktik jual beli ilegal lahan perairan saat mengunjungi Kali Gabus di Desa Srimukti, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL)

Dedi Mulyadi mengatakan, kawasan Puncak Bogor itu sebenarnya adalah area yang sangat indah, hijau dan mengandung nilai ekologis yang tinggi.

Namun dalam perkembangannya, nilai-nilai tersebut luntur lantaran banyak perspektif negatif publik .

Publik mendengar kawasan ini sering digunakan untuk melakukan kegiatan yang mengarah ke hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi.

Untuk itu, Dedi Mulyadi berencana turun tangan untuk menata kawasan Puncak Bogor itu.

“Jadi nanti akan ada sentuhan dari saya, tentu secara bertahap dan pelan-pelan."

"Puncak memang perlu dibenahi, tidak hanya secara fisik, tapi juga dari sisi nilai-nilai sosial dan budaya,” tandas Dedi Mulyadi.

Fenomena Pesta Gay

Diketahui, belakangan ini kawasan Puncak Bogor sering digunakan untuk kegiatan yang tidak sepantasnya dilakukan.

Pada Minggu (22/6/2025), di salah satu villa digelar pesta Gay berkedok family gathering.

Dugaan ini membuat polisi turun tangan.

Anggota Polres Bogor pun berhasil mengamankan sebanyak 75 orang.

Dari 75 orang tersebut, 74 orang lainnya laki-laki dan satu di antaranya perempuan.

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan mengatakan para peserta kaum LGBT ini memiliki rentang usia antara 21 sampai 50 tahun.

Mereka seluruhnya warga dari wilayah Jabodetabek.

"Ada 74 orang laki-laki dan satu orang perempuan dengan rentang usia antara 21 sampai 50 tahun."

"Seluruh pesertanya dari wilayah Jabodetabek," kata Hendra, Selasa (24/6/2025) dilansir TribunJabar.

Penggerebekan ini dilakukan setelah adanya laporan masyarakat yang mencurigai adanya kegiatan tak wajar diduga menjadi ajang pertemuan komunitas LGBT laki-laki.

Polisi pun langsung mendatangi TKP saat kegiatan sedang berlangsung.

"Ketika penggerebekan, para peserta baru saja menyelesaikan rangkaian acara hiburan, seperti lomba menyanyi, menari, dan pemilihan kontes bertajuk the big star," ujarnya Hendra.

Dari pengakuan peserta, mereka membayar biaya Rp 200 ribu untuk mengikuti acara tersebut.

"Dari keterangan sementara, kegiatan digelar dengan modus menyebarkan undangan lewat medsos dan memungut biaya Rp 200 ribu per peserta," kata Hendra.

Polisi mengamankan sejumlah barang bukti, seperti empat bungkus alat kontrasepsi yang belum terpakai dan satu buah pedang yang digunakan sebagai properti pertunjukan seni tari. 

Menindaklanjuti hal ini, para peserta diwajibkan mengikuti serangkaian tes kesehatan guna memastikan penyakit menular seksual.

"Kami masih lakukan pendalaman dengan memeriksa puluhan orang yang diamankan."

"Polres Bogor pun sudah berkoordinasi dengan Dinsos Bogor dan Dinkes Bogor untuk memeriksa kesehatan para peserta yang diamankan ini," jelas Hendra.

Dari pemeriksaan kesehatan tersebut, Kepala Dinkes Kabupaten Bogor dr Fusia Meidiawaty mengungkapkan ada sebagian peserta yang reaktif mengidap penyakit menular yang disebabkan oleh aktivitas penyimpangan seksual.

"Dari 74 orang yang diperiksa, sebagian ada yang reaktif HIV, ada yang reaktif sifilis, dan ada yang non reaktif keduanya," ujar Fusia saat dilansir TribunnewsBogor, Selasa (24/6/2025).

Pasien reaktif di wilayah Kabupaten Bogor akan diberikan penanganan oleh Puskesmas Kabupaten Bogor.

Sementara, untuk pasien reaktif dari luar wilayah Kabupaten Bogor akan dikoordinasikan ke Dinkes wilayah tersebut.

Fusia mengaku tidak bisa membeberkan jumlah peserta yang positif karena menyangkut informasi pribadi pasien.

"Sebagian besar berasal dari kabupaten atau kota di sekitar Kabupaten Bogor. Mohon maaf saya tidak bisa kasih data detail ya," terang Fusia.

Dedi Mulyadi dipanggil raja

Viral Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto memanggil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dengan panggilan 'raja'.

Momen itu menjadi viral setelah terekam dan viral di media sosial.

Di antaranya diunggah oleh akun TikTok @yudztrdn.

Pada video itu, Tri Adhianto  memimpin rapat bersama satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

Baca juga: Alasan Pria yang Siram Dedi Mulyadi Bawa Jimat, Anak Tergencet, Gubernur Jabar: Saya Cinta Bekasi

Tri Adhianto awalnya menyoroti agenda rapat yang digelar bawahannya soal program corporate responsbility (CSR).

"Semua rapat, SKPD, setuju untuk tidak setuju. Padahal orang ngasih CSR. Peninggian jembatan kan, yaudah kita lihat dulu hasilnya," ujar Tri Adhianto, dikutip dari TikTok @yuudztrn, Senin (23/6/2025).

Ia pun mengatakan, rutin melaporkan perkembangan pemerintah kepada Dedi Mulyadi, termasuk saat menjalankan sejumlah program.

Di momen itu, Tri Adhianto menyebut Dedi sebagai raja di hadapan anak buahnya.

"Pagi tadi saya lapor ke 'Raja'. Saya juga lapor ke Pak Wakil (Abdul Harris Bobihoe) ya. Apa pun yang saya lakukan insya Allah juga akan saya laporkan ke Pak Wakil. Pak Wakil juga akan memberikan take and give ke saya, supaya kita sama-sama berjuang." 

Tri Adhianto juga menyebut Dedi responsif dalam merespons laporan yang ia kirimkan melalui pesan singkat.

"Raja jam berapa itu, saya laporan jam 05.15 WIB, dia sudah jawab saja," kata Tri.

Ia menyampaikan, bukan hanya laporan program yang dikirim, tetapi juga perkembangan kinerja para lurah di Kota Bekasi.

"Saya laporan kinerja teman-teman lurah, jadi jangan khawatir teman-teman lurah yang itu, sudah saya laporkan ke 'Raja' juga, Pak KDM," imbuhnya.

Alasan Panggil Dedi Mulyadi ‘Raja’

Terpisah, Tri Adhianto membenarkan dirinya menyebut Dedi Mulyadi sebagai raja.

Menurutnya, panggilan tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada sosok Gubernur Jawa Barat tersebut.

"Ini bentuk penghormatan ke beliau, juga dalam rangka mendekatkan diri. Itu sama dengan saya kepada warga menganggap bro, itu bagian penghormatan kepada beliau," ujar Tri di Plaza Pemkot Bekasi, Senin (23/6/2025), dikutip dari Kompas.com.

Ia menyebut, penyebutan serupa juga digunakan oleh wakilnya, Abdul Harris Bobihoe.

Menurutnya, para kepala daerah lain di Jawa Barat pun memanggil Dedi Mulyadi dengan sebutan serupa.

"Pak Wakil juga sama, di tingkat provinsi juga sama kami seperti ini. Saya yakin tidak ada masalah," jelas dia. 

Tri Adhianto membantah penyebutan “Raja” menunjukkan adanya relasi hierarkis. 

Ia menegaskan, justru hal ini mencerminkan hubungan yang lebih cair antara pimpinan dan kepala daerah. 

"Enggak, justru ini terjadi ada hubungan interaksi antara pemimpin dan juga kami yang ada di level bawah. Hubungannya sudah kayak pertemanan, persahabatan, dan jadi tidak ada sekat di antara kami," imbuh Tri Adhianto.

Sosok Tri Adhianto

Tri Adhianto lahir di Jakarta pada 3 Januari 1970. 

Ia adalah putra ketiga dari pasangan G. Soeprapto dan Endang Sri Guntur Hudiani.

Sejak muda, ia menunjukkan ketertarikannya dalam dunia pemerintah dan pembangunan infrastruktur.

Setelah selesai pendidikannya, ia memulai kariernya sebagai Staf Dirjen Perhubungan Darat 1993.

Tri pun bergabung dengan Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) pada 1994 hingga 2000.

Kariernya kian melesat setelah beralih ke Pemerintah Kota Bekasi dan menduduki tiga jabatan penting, yaitu:

Kepala Seksi Pengendalian dan Keselamatan Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bekasi (2004) Kepala

Bidang Teknik Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bekasi (2008)  Sekretaris Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi (2011) 

Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi (2013) 

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Bekasi (2017) 

Wakil Wali Kota Bekasi (2018-2022) Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bekasi (2022-2023) Wali Kota Bekasi (Agustus-September 2023)

 

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved