Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Perayaan 1 Suro di Ponorogo, Tumpeng Agung Dilarung di Telaga Ngebel, 29 Buceng Diperebutkan Warga

Peringati 1 Muharram atau 1 suro Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo menggelar larungan, Jumat (27/6/2025).

TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum
REBUTAN - Warga memperebutkan tumpeng porak pada acara larungan di Telaga Ngebel Ponorogo, Jatim, Jumat (27/6/2025). Peringati 1 Muharram atau 1 suro Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo menggelar larungan, Jumat (27/6/2025) 

Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Pramita Kusumaningrum 

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Peringati 1 Muharram atau 1 suro Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo menggelar larungan, Jumat (27/6/2025).

Larungan digelar di area Telaga Ngebel, Ponorogo, Jatim. Pantauan di lokasi, ribuan warga berbondong-bondong ke destinasi unggulan Bumi Reog.

Larungan di Telaga Ngebel merupakan tradisi turun-temurun memasuki tahun baru islam. Tahun 1447 ini, ada 30 tumpeng atau buceng yang disediakan panitia.

29 merupakan tumpeng atau buceng purak yang diperebutkan oleh warga. 

Sedangkan satu lainnya merupakan tumpeng agung yang dilarung di Telaga Ngebel Ponorogo.

Baca juga: SMPN 1 Ponorogo Raih Juara Festival Reog Remaja XXI, Kalahkan Juara Bertahan SMPN 2 Kauman

Pantauan di lokasi, tumpeng agung terdiri dari beras merah. Kemudian 29 tumpeng purak lainnya berisi beragam hasil bumi dan produk khas Ngebel.

Ada yang berisi sayur-sayuran, buah-buahan hingga jajanan-jajanan. Sebelum dilarung maupun diperebutkan, tumpeng-tumpeng tersebut diarak keliling sekitar Telaga Ngebel.

Untuk Tumpeng Agung kemudian diletakkan di atas rakit untuk dilarung ke tengah telaga. 29 tumpeng lainnya setelah diarak keliling langsung diperebutkan.

Baca juga: Menbud Fadli Zon Hadiri Grebeg Suro 2025, Sebut Reog Ponorogo Wujud Nyata Kekayaan Budaya

Warga bahkan rela berdesak-desakan untuk mendapatkan hasil bumi. Bahkan diantaranya ada yang sudah menyiapkan kardus untuk tempat hasil rebutan buceng.

“Bawa kardus saya, pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Ini dapat durian juga alhamdulillah,” ungkap salah satu warga, Hilda 

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko menyampaikan bahwa larungan adalah doa dalam bentuk kegiatan.

Baca juga: Kirab Pusaka Grebeg Suro Ponorogo, Dihadiri Kepala Daerah Luar Kota, Mengenal Sejarah Bumi Reog

“Karena namanya sodaqoh apapun kepada alam semesta. Ada ikan kehidupan sodaqoh tidak sekedar sama manusia tapi ke alam juga,” paparnya.

Dia menegaskan, bahwa larungan artinya melarung semua masa lalu, melarung keburukan semua kesalahan, melarung kekeliruan.

“Menata 1 muharam awal tahun hijrah. Hijrah yang tidak baik ke lebih baik. Hijrah menjadi Ponorogo Hebat,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved