Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tahun Baru Islam 1447 H

Sambut Tahun Baru Islam di Pacitan, Tumpeng dan Buceng Suci Dilarung ke Laut hingga Makan Bersama 

Nelayan di  Kabupaten Pacitan, Jatim mempunyai cara sendiri menyambut tahun baru islam. Dimana mereka menggelar tasyakuran laut.

Penulis: Pramita Kusumaningrum | Editor: Sudarma Adi
ISTIMEWA
TASYAKURAN LAUT - buceng suci dan tumpeng menuju tengah laut, yang diikuti puluhan kapal nelayan dalam Tasyakuran laut di kawasan Pelabuhan Tamperan, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jatim. Nelayan di  Kabupaten Pacitan, Jatim mempunyai cara sendiri menyambut tahun baru islam. Dimana mereka menggelar tasyakuran laut. 

Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Nelayan di  Kabupaten Pacitan, Jatim mempunyai cara sendiri menyambut tahun baru islam. Dimana mereka menggelar tasyakuran laut.

Tasyakuran ini dengan cara melarung buceng suci ke laut lepas.Kegiatan ini diinisiasi oleh Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Pacitan dan dikemas dalam Festival Nelayan Pacitan yang berlangsung meriah di kawasan Pelabuhan Tamperan, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jatim.

Rangkaian tradisi diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh nelayan. Doa bersama ini merupakan bentuk ungkapan syukur atas limpahan rezeki dari laut.

Selanjutnya digelar kembul bujono atau makan bersama antara nelayan dan pejabat yang hadir di lokasi, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, Wakil Bupati Pacitan Gagarin Sumrambah.

Makan bersama ini simbol kebersamaan dan solidaritas sosial.

Yang menjadi puncak acara adalah arak-arakan buceng suci dan tumpeng menuju tengah laut, yang diikuti puluhan kapal nelayan. 

Baca juga: JATIM TERPOPULER: 4 Korban Tragedi Pantai Pacitan Dimakamkan - Aturan Jam Malam Versi Eri Cahyadi

Gelombang tinggi mewarnai acara tasyakuran. Kendati demikian, tidak menyurutkan semangat dan antusiasme peserta. 

Sesampainya di tengah laut, tumpeng dan buceng suci dilarung sebagai bentuk sedekah laut, yang diyakini dapat membawa keberkahan dan keselamatan dalam mencari nafkah di lautan.

“Tradisi ini merupakan wujud syukur masyarakat pesisir yang telah diwariskan turun-temurun,” ungkap Wakil Ketua HNSI Pacitan, Ahmad Andri Hermansyah, Jumat (27/6/2025).

Dia menerangkan tradisi ini rutin digelar setiap awal bulan Muharram sebagai simbol awal yang baik. Juga harapan agar hasil tangkapan tahun ini lebih melimpah dan membawa keselamatan.

“Ini tidak sekedar wujud perayaan spiritual dan ungkapan syukur nelayan, Festival Nelayan Pacitan juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkaya khasanah tradisi maritim di Kabupaten Pacitan,” tegasnya.

Pun menjadi simbol tentang keharmonisan antara  manusia dan alam laut yang telah memberikan kehidupan bagi ribuan keluarga nelayan di kawasan pesisir selatan Jawa Timur.

“Kami juga ingin menunjukkan bahwa nelayan bukan sekadar profesi, tapi juga bagian dari budaya dan kehidupan yang patut dihormati,” tambahnya.

Baca juga: Sosok Para Korban Hanyut di Pantai Pancer Door Pacitan, Gus dan Ning Pendiri Ponpes di Mojokerto

Wakil Bupati Pacitan Gagarin Sumrambah menyatakan bahwa selain melestarikan budaya lokal, juga harus melestarikan laut sebagai salah satu sumber mata pencaharian.

“Dan acara ini (tasyakuran laut) juga wujud melestarikan budaya lokal maupun laut,” tegas Gagarin yang membacakan sambutan Bupati Pacotan.

Larung tumpeng atau sedekah laut menjadi pembuka acara Festifal Nelayan Pacitan 2025. Acara yang digelar rutin oleh nelayan Pacitan dalam rangka menyambut tahun baru Islam/Muharam 1447 Hijriyah.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved