Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Siswa SMAN Akhiri Hidup karena Tak Naik Kelas dan Dibully Perkara Vape, Kepsek: Ortu Sudah Dipanggil

Seorang siswa SMA akhiri hidup karena dibully dan tak naik kelas. Peristiwa tragis ini terjadi di Garut, Jawa Barat.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH
KASUS BULLYING - Foto ilustrasi siswa SMA. Di Garut, seorang siswa SMAN berusia 16 tahun diduga melakukan bunuh diri pada Senin (14/7/2025) pagi, bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah setelah liburan. Sebelumnya, remaja tersebut dilaporkan menjadi korban bullying oleh teman-teman sekolahnya, yang diungkapkan oleh sang ibu melalui media sosial. 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang siswa SMA akhiri hidup karena dibully dan tak naik kelas.

Peristiwa tragis ini terjadi di Garut, Jawa Barat.

Pihak sekolah pun sudah angkat bicara mengenai kasus ini.

Menurut pernyataannya, pihak mereka membantah adanya bullying.

Siswa itu bersekolah di SMAN 6 Garut.

Remaja 16 tahun tersebut mengakhiri hidupnya pada Senin (14/7/2025) pagi, bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah setelah liburan, melansir dari Kompas.com.

Sebelumnya, dugaan bullying yang dialami siswa tersebut diungkap oleh ibunya dan menjadi viral di media sosial.

Dalam unggahan di akun Instagramnya, sang ibu mengungkapkan bahwa anaknya dibully karena dituduh melaporkan teman-teman yang menggunakan vape di kelas.

Sang ibu juga mengungkapkan bahwa anaknya dinyatakan tidak naik kelas oleh pihak sekolah, dan jika ingin melanjutkan ke kelas 11, anaknya harus pindah sekolah.

Baca juga: Curhat Artis Baru Tahu Anak Jadi Korban Bully di Usia 19 Tahun, Merasa Sakit Hati 10 Kali Lipat

Menanggapi hal ini, Wakil Bupati Garut Putri Karlina meminta agar sang ibu melaporkan kasus tersebut ke Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Pemda Garut.

Kisah bullying yang dialami anaknya telah dibagikan di Instagram sejak Juni 2025 dan mendapat tanggapan luas dari netizen.

Dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagramnya pada Selasa (15/7/2025), Putri Karlina menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya remaja tersebut.

“Saya sebelumnya ingin mengucapkan turut berbela sungkawa, terkait adik kita yang kemarin meninggal dunia dan diduga karena bullying,” ujarnya.

Putri juga menyatakan bahwa ia telah memantau kasus ini sejak tiga minggu lalu, setelah mendengar cerita sang ibu di Instagram.

“Saya sudah minta (UPTD) PPA mengawal dan sudah dilakukan pendampingan. Jadi sebenarnya agak terkejut, harusnya pendampingan selanjutnya tanggal 17, ternyata sudah keburu dipanggil sama Allah,” tambahnya.

Baca juga: Viral Siswi SMP Live Bully Temannya, Korban Disuruh Sujud Gegara Cowok, Ibu Nelangsa: Kayak Binatang

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Garut AKP Joko Prihatin mengonfirmasi laporan mengenai meninggalnya remaja tersebut.

Hasil pemeriksaan tim Inafis Polres Garut menunjukkan bahwa anak laki-laki itu meninggal akibat bunuh diri.

“Dari hasil pemeriksaan tim Inafis Polres dan Tim kesehatan Puskesmas, meninggal karena bunuh diri di rumahnya,” katanya.

Di sisi lain, Kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah adanya tindakan bullying terhadap siswa tersebut di sekolah.

Menurutnya, tidak ada laporan mengenai bullying atau pengeroyokan yang terjadi.

“Munculnya istilah pem-bully-an itu setelah anak tidak naik (kelas), itu sebenarnya kronologi kenapa mengatakan SMAN 6 itu ada pem-bully-an,” jelasnya.

Dadang menjelaskan bahwa anak tersebut tidak naik kelas karena nilai dari tujuh mata pelajaran tidak tuntas.

Sebelum rapat pleno kenaikan kelas, orangtua siswa sudah dipanggil untuk membahas masalah tersebut.

“Saat pembagian raport, pihak orangtua pun kembali dipanggil dan disampaikan bahwasanya anaknya tidak naik kelas,” ungkapnya.

Hingga berita ini diturunkan, pihak orangtua korban belum memberikan tanggapan setelah dihubungi melalui Direct Message (DM) di akun Instagram mereka.

Kasus ini menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan pihak berwenang, mengingat dampak bullying yang dapat berujung pada tragedi seperti ini.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

Berita Lain

Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya meminta agar tidak ada bullying atau perundungan selama berlangsungnya Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di tingkat SD dan SMP.

Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, MPLS bagi para siswa tingkat SD dan SMP di tahun ajaran 2025 mengangkat tema "Sekolahku Rumahku, Guruku Orangtuaku".

"Harapan kami memang betul-betul nanti anak-anak itu aman, nyaman, menggembirakan," kata Yusuf ketika memantau MPLS di SMPN 3 Surabaya, Senin (14/7/2025).

Yusuf berharap, para kakak kelas bisa memberikan informasi mengenai sekolahnya kepada para siswa yang baru saja masuk. Salah satunya, terkait pelajaran yang akan diterima.

Selain itu, Yusuf juga menitipkan pesan kepada seluruh siswa untuk tindak melakukan tindakan bullying. Sebab, menurutnya, kakak kelas seharusnya bisa memberikan masukan kepada adiknya.

Baca juga: Tangis Gimson Ratapi Jenazah Anaknya yang Tewas Di-bully, Minta Polisi Adili Pelaku Meski Masih Anak

"Kami sampaikan ke anak-anak 'kakak kelas tidak boleh saling bully'. Justru mengarahkan, 'Oh, dik nanti itu kalau di kelas 7 itu bidang studinya ada 14, nanti gurunya ganti'," jelasnya.

"Itu fungsi kakak-kakaknya, juga jelaskan ekstrakurikuler, 'dik di sini ada ekstrakurikuler futsal, karawitan' misalnya. Harapannya nanti adiknya ini bisa nanti milih ekstrakurikulernya," tambahnya.

Selain itu, Yusuf juga meminta kepada seluruh pengajar untuk terus mengawasi anak didiknya selama di sekolah. Hal tersebut untuk mengantisipasi tindakan bullying selama MPLS.

"Harapan kami teman-teman guru tetap mengawasi, memang kita ini belajar semua, sekolah itu kan menumbuhkan kesadarannya. Untuk menyeimbangkan tadi, tetap monitoring kakak-kakak kelasnya," ujarnya.

Lebih lanjut, kata Yusuf, seluruh sekolah di Surabaya menggelar MPLS selama satu pekan. Dia berharap, para siswa baru bisa mendapatkan banyak informasi sebelum memulai pelajaran.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved