Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jatimpedia

Pantas Dijuluki Kota Pahlawan? Ini Fakta-fakta Sejarah Surabaya, Kota Terbesar Ke-2 di Indonesia

Berikut tersaji asal-usul nama Surabaya. Ternyata tak cuma punya julukan Kota Pahlawan.

Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM/BOBBY KOLOWAY
FAKTA SEJARAH SURABAYA - Patung ikon Surabaya, Suro dan Boyo di depan Kebun Binatang Surabaya. Berikut tersaji fakta-fakta tentang Surabaya, kota terbesar ke-2 di Indonesia, setelah Jakarta. 

TRIBUNJATIM.COM - Surabaya, Jawa Timur terkenal dengan julukan Kota Pahlawan

Kota ini adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.

Namun ternyata Surabaya punya julukan lain selain Kota Pahlawan. Hal ini berkaitan dengan sejarah Kota Surabaya

Melansir dari berbagai sumber, berikut tersaji asal-usul nama Surabaya

Dalam artikel ini juga tersaji julukan Kota Surabaya, berkaitan dengan sejarahnya. 

Yuk simak!

Asal-usul nama Surabaya

Dahulu kala di lautan luas kerap terjadi perkelahian antara ikan Hiu Sura dengan buaya Baya. Mereka berkelahi untuk memperebutkan mangsa.

Keduanya sama-sama kuat, sama-sama cerdik, sama-sama tangkas, sama-sama rakus, dan sama-sama ganas.

Setelah berkelahi berkali-kali belum pernah ada yang menang atau kalah, hingga akhirnya mereka membuat kesepakatan.

Sura yang memiliki rencana menghentikan perkelahian dengan Baya segera menerangkan idenya.

Sura membagi daerah kekuasaan. Ia berkuasa sepenuhnya di dalam air dan mencari mangsa di dalam air, sedangkan Baya berkuasa di daratan dan harus mencari mangsa di daratan.

Sebagai batas antara daratan dengan air adalah tempat yang dicapai air laut pada saat pasang surut. Akhirnya, keduanya menyepakati pembagian wilayah itu.

Dengan adanya pembagian wilayah itu, keduanya tidak berkelahi lagi dan telah bersepakat menghormati wilayah masing-masing.

Namun pada suatu hari, Sura mencari mangsa di sungai. Ia melakukan dengan sembunyi-sembunyi supaya Baya tidak mengetahui. Awalnya, hal ini memang tidak ketahuan.

Baca juga: 5 Rekomendasi Wisata Murah di Jawa Timur, Harga Tiket Masuk Mulai Rp.5000, Cocok untuk Healing

Namun suatu hari Baya memergoki perbuatan Sura ini. Baya sangat marah mengetahui Sura melanggar perjanjian.

Saat diingatkan telah melanggar janji, Sura malah bersikap tenang-tenang saja. Ia beralasan bahwa sungai tersebut berair, sedangkan ia adalah penguasa air.

Mendengar alasan Sura, Baya naik pintam dan mengatakan bahwa sungai tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaan Sura di laut. Artinya, sungai merupakan daerah kekuasaan Baya.

Sura membantahnya bahwa dirinya tidak pernah mengatakan air itu hanya ada di laut, melainkan juga di sungai.

Baya semakin geram, namun Sura teguh pada pendiriannya.

Karena tidak ada yang mau mengalah, maka pertempuran sengit keduanya terjadi kembali. Kali ini, pertempuran makin seru dan dasyat.

Mereka saling menerjang dan menerkam, saling memukul serta menggigit. Dalam sekejap, air disekitar menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka kedua binatang itu. Mereka bertarung mati-matian tanpa istirahat.

Baca juga: 5 Fakta Sejarah Nganjuk, Kabupaten Tapi Dijuluki Kota Angin, Penghasil Bawang Merah Jawa Timur

Baca juga: 3 Fakta Sejarah Kota Kediri, Kota Terbesar Nomor 3 di Jawa Timur, Terkenal Sebagai Kota Tahu

Dalam pertarungan itu, Baya digigit Sura dibagian pangkal ekor sebelah kanan. Sehingga, ekor itu selalu membengkok ke kiri.

Sura juga tergigit di bagian ekor sampai mau putus, kemudian Sura kembali ke lautan. Baya puas mampu mempertahankan daerahnya.

Pertarungan Hiu bernama Sura dan Buaya yang bernama Baya ini sangat berkesan untuk masyarakat Surabaya.

Sehingga, nama Surabaya dikait-kaitkan dengan peristiwa tersebut. Dari peristiwa inilah lalu dibuat lambang Kota Surabaya, yakni hambar ikan hiu sura dan buaya baya.

Pendapat lain mengatakan bahwa asal-usul Surabaya berasal dari kata Sura dan Baya.

Sura mengandung arti Jaya atau selamat, Baya mengadung arti bahaya, sehingga Surabaya artinya 'selamat menghadapi bahaya'.

Julukan Kota Surabaya dan fakta sejarahnya

SOERABAJA JOEANG - Warga memadati kawasan Jl Gubernur Suryo untuk melihat arak-arakan peserta
SOERABAJA JOEANG - Warga memadati kawasan Jl Gubernur Suryo untuk melihat arak-arakan peserta "Parade Soerabaja Djoeang" 2022, Minggu (6/11/2022). Parade dalam rangka "Hari Pahlawan 10 November" ini melibatkan berbagai instansi dan komunitas dengan rute Tugu Pahlawan - Balai Kota Surabaya, dengan variasi pertunjukan untuk warga di depan Gedung Siola, depan Hotel Majapahit dan Jl Gubernur Suryo (depan Gedung Negara Grahadi). (Tribun Jatim Network/Habibur Rohman)

1. Kota Pahlawan

Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan. Sebutan tersebut lahir dari peristiwa sejarah di kota ini.

Sejak awal, Surabaya yang lahir pada tanggal 31 Mei 1293 selalu lekat dengan nilai kepahlawanan.

Nama Surabaya bermakna heroik dimana terdiri dari kata Sura yang artinya berani dan Baya bermakna bahaya.

Jika digabungkan, Surabaya memiliki arti berani menghadapi bahaya yang datang.

  • Pertempuran Raden Wijaya dengan Pasukan Mongol

Peristiwa lain yang bernilai sejarah adalah pertempuran Raden Wijaya melawan Pasukan Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan pada tahun 1293.

Dalam hal ini, Raden Wijaya memanfaatkan kedatangan Kubilai Khan di Jawa untuk membalas dendam kepada Jayakatwang yang telah menghabisi nyawa mertuanya, Kertanegara.

Kubilai Khan datang ke Jawa dengan maksud menghukum Kertanegara karena menolak tunduk
kepada Kerajaan Mongol. Ternyata, Kertanegara telah tewas ditangan Jayakatwang.

Raden Wijaya kemudian mempengaruhi pasukan Mongol untuk menumpas Jayakatwanng yang telah menewaskan mertuanya.

Pasukan Mongol berhasil menumpas Jayakatwang dalam waktu singkat.

Pada saat pasukan Mongol Lengah, Raden Wijaya justru melancarkan serangan kepada mereka.

Pasukan Mongol yang tidak siap dengan serangan tiba-tiba, akhir dapat dikalahkan dan kembali ke Mongol.

Baca juga: 5 Tempat Wisata Hits di Surabaya Wajib Dikunjungi, Atlantis Land hingga Adventure Land Romokalisari

  • Pertempuran 10 November

Nilai Kepahlawanan lainnya terwujud dalam Pertempuran 10 November 1945. Pertempuran tersebut menjadi latar belakang ditetapkannya Hari Pahlawan di Indonesia.

Dalam pertempuran tersebut, arek-arek Suroboyo berjuang melawan sekutu yang datang diboncengi Belanda.

Perjuangan masyarakat Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo tersebut bertujuan untuk mempertahankan Kemerdekaan RI.

Arek-arek Surabaya bertempur dengan Belanda menggunakan senjata tradisional, sedangkan pihak Belanda menggunakan alat tempur canggih.

Pertempuran selama tiga minggu ini merupakan peristiwa besar dalam sejarah revolusi Indonesia.

Dalam pertempuran tersebut, sekitar 20.000 masyarakat Surabaya gugur dalam perang.

Presiden Soekarno kemudian menetapkan 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan dan dibangun Tugu Pahlawan untuk memperingati pertempuran tersebut.

2. Kota Sejuta Taman

Taman Pelangi Surabaya.
Taman Pelangi Surabaya. (TRIBUNJATIM/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Julukan Kota Sejuta Taman mencerminkan Surabaya memiliki banyak ruang terbuka hijau yang asri dan nyaman untuk warga kota.

Taman tersebut dapat digunakan sebagai tempat rekreasi bersama keluarga.

Keberdaan taman di Surabaya ini juga melahirkan beberapa penghargaan, seperti rekor MURI untuk pembangunan taman bekas lahan SPBU terbanyak.

Penghargaan lainnya berupa International The 2013 Asian Townscape Award (ATA) dari PBB, Plakat Taman Kota Terbaik (2012), dan Taman Kota Terbaik Kategori Kota Metropolitan (2011).

3. Kota Perdagangan

Surabaya sebagai Kota Perdagangan terkait dengan aktivitas perdagangan di kota ini, yang telah berlangsung dari masa ke masa. 

Aktivitass ekonomi ini didukungan dengan letak geografis Surabaya yang berada di pesisir utara Pulau Jawa.

Wilayah ini berkembang menjadi pelabuhan penting pada zaman Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.

Saat ini, Surabaya berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan di Indonesia.

4. Kota Pelabuhan

Berkaitan dengan letak geografisnya, kolonial Belanda telah menjadikan Surabaya sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19.

Pada masa itu, fungsi pelabuhan di Surabaya juga digunakan sebagai collecting centers dari kegiatan pengumpulan hasil produksi perkebunan di ujung timur Pulau Jawa, untuk diekspor ke Eropa.

Saat ini, Surabaya adalah kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, setelah Jakarta.

Pelabuhan Tanjung Perak adalah pelabuhan tersibuk di Surabaya.

Pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan perdagangan, penumpang, dan peti kemas terbesar kedua di Indonesia, setelah Pelabuhan Tanjung priok di Jakarta. 

Sumber: surabaya.kompas.com, regional.kompas.com 

Berita Jatim dan Jatimpedia lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved