Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sudah 3 Kali Minta Perbaikan, Kondisi SDN 5 Ngembalrejo Makin Miris, Masih Banyak Atap yang Bolong

Nasib Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, makin memprihatinkan, atap jebol tak kunjung diperbaiki Pemkab.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUN JATENG/SAIFUL MA'SUM
ATAP SEKOLAH JEBOL - Beberapa siswa belajar di ruang kelas 2 SDN 5 Ngembalrejo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang atapnya ambrol, Kamis (17/7/2025). Kerusakan atap tersebut sudah berlangsung lebih dari setahun dan belum mendapatkan perhatian dari Pemkab Kudus. 

TRIBUNJATIM.COM - Nasib SDN 5 Ngembalrejo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, makin memprihatinkan.

Terdapat lima ruangan dalam satu blok bangunan yang atapnya kini terancam ambrol.

Ini diduga dampak kondisi bangunan yang sudah tua hingga lapuk termakan rayap.

Baca juga: Tolak Ajakan Camat Jemput Sang Ibu yang Dititipkan di Griya Lansia Malang, Lukman Ungkap Alasannya

Akibat ambrolnya atap ruang kelas 2, berdampak pada beberapa ruang di sekitarnya.

Runtuhnya atap plafon meninggalkan lubang menganga cukup besar di ruang kelas 2.

Bahkan, rusaknya atap ruang kelas tersebut kini sampai merambah ke ruang kelas 3, ruang kelas 1, ruang guru, dan ruang kepala sekolah.

Ruang kelas 2 yang sehari-hari dijadikan sebagai tempat kegiatan belajar-mengajar siswa mengalami kerusakan terparah.

Setelah ambrol hingga menyisakan lubang, pihak sekolah memasang tiang penyangga dari bilah kayu untuk menyangga rangka atap agar tidak runtuh seluruhnya.

Ada empat kayu yang disambung-sambung sebagai tiang penyangga atap.

Hal itu dimaksudkan untuk meminimalisir dampak terburuk ketika tidak bisa menyangga sisa plafon yang masih menempel.

Meski atap ambrol menjadikan ruang kelas tidak representatif, enam siswa kelas 2 terpaksa masih mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang rusak.

Kondisi tersebut harus dijalani lantaran sekolah tidak memiliki ruang lain yang bisa digunakan sebagai ruang sementara.

Adanya perpustakaan, ruang UKS, dan musala sering tergenang banjir saat musim hujan. 

Guru dan khawatir akan bahaya banjir ketika tiga ruang tersebut dipaksakan sebagai tempat belajar sementara saat musim hujan.

Beberapa siswa belajar di ruang kelas 2 SDN 5 Ngembalrejo Kudus yang atapnya ambrol, Kamis (17/7/2025). Kerusakan atap terebut sudah berlangsung lebih dari setahun dan belum mendapatkan perhatian dari Pemkab Kudus.
Beberapa siswa belajar di ruang kelas 2 SDN 5 Ngembalrejo Kudus yang atapnya ambrol, Kamis (17/7/2025). Kerusakan atap terebut sudah berlangsung lebih dari setahun dan belum mendapatkan perhatian dari Pemkab Kudus. (TRIBUN JATENG/SAIFUL MA'SUM)

Plt Kepala SD Negeri 5 Ngembalrejo, Sumani menyampaikan, tanda-tanda rusaknya atap ruang kelas sudah terlihat sejak akhir 2023.

Pada awal tahun 2024, saat plafon atap di ruang kelas 2 mulai ambrol, seketika dipasang tiang penyangga.

Kondisi serupa mulai dialami ruang kelas 3, kelas 1, ruang guru, dan ruang kepala sekolah yang berada satu blok dengan ruang kelas 2.

Pihak sekolah sudah mengajukan anggaran perbaikan ke Disdikpora sebanyak tiga kali.

Pertama diajukan pada tahun anggaran 2023 sebelum terjadi rusak parah, namun belum mendapatkan alokasi perbaikan dari APBD.

Pihak sekolah kembali mengajukan anggaran perbaikan pada 2024, lagi-lagi tidak mendapatkan alokasi perbaikan.

Pada tahun anggaran 2025, sekolah mengajukan kembali perbaikan sekolah.

Dengan harapan, jika tidak mendapatkan alokasi dari APBD murni, setidaknya diharapkan dapat alokasi perbaikan dari Perubahan APBD 2025.

"Kondisinya seperti ini, siswa kelas 2 terpaksa belajar di kelas meski rasa was-was atap ambrol."

"Meski sudah disangga menggunakan kayu, kami tidak tahu apakah bertahan lama."

"Harapannya bertahan sampai dilakukan perbaikan," terangnya, Kamis (17/7/2025).

Baca juga: Bantah Telantarkan Ibunya di Griya Lansia, Lukman Ungkap Kendala saat Rawat Siti Fatimah Sendirian

Tenaga pendidik SDN 5 Ngembalrejo, Agus Khrisna menambahkan, rusaknya plafon atap ruang kelas terjadi secara bertahap. 

Kondisi rusak terparah saat ini dialami ruang kelas 2 disusul ruang kelas 3.

Kata dia, kegiatan belajar-mengajar kelas 3 pernah dipindah ke perpustakaan, sedangkan siswa kelas 2 dipindah ke musala.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama, karena ketika musim hujan, harus dipindah kembali ke ruang kelas asal.

Lantaran perpustakaan dan musala sering dilanda banjir saat musim hujan.

"Yang bisa kami lakukan adalah bertahan dengan kondisi yang ada."

"Karena kondisi ini sudah cukup lama, berharap segera ada perhatian dari pemerintah daerah."

"Ini agar siswa dan guru kembali menjalankan kegiatan belajar -mengajar secara aman dan nyaman," ujar Agus.

Beberapa siswa belajar di ruang kelas 2 SDN 5 Ngembalrejo Kudus yang atapnya ambrol, Kamis (17/7/2025). Kerusakan atap tersebut sudah berlangsung lebih dari setahun dan belum mendapatkan perhatian dari Pemkab Kudus. (TRIBUN JATENG/SAIFUL MA'SUM)
Beberapa siswa belajar di ruang kelas 2 SDN 5 Ngembalrejo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang atapnya ambrol, Kamis (17/7/2025). Kerusakan atap tersebut sudah berlangsung lebih dari setahun dan belum mendapatkan perhatian dari Pemkab Kudus. (TRIBUN JATENG/SAIFUL MA'SUM)

Diketahui, saat ini ada 46 siswa yang bersekolah di SDN 5 Ngembalrejo.

Siswa baru di kelas 1 ada 7 siswa, kelas 2 ada 6 siswa, kelas 3 ada 6 siswa, kelas 4 ada 6 siswa, kelas 5 ada 11 siswa, dan kelas 6 diikuti 10 siswa.

Terpisah, Kabid Pendidikan Dasar Disdikpora Kabupaten Kudus, Anggun Nugraha menyampaikan, usulan perbaikan dari SDN 5 Ngembalrejo belum masuk pada alokasi APBD Murni 2025.

Namun, sudah dimasukkan pada rencana program pemeliharaan sekolah rusak yang dianggarkan pada APBD Perubahan 2025.

"Untuk besaran anggarannya menyesuaikan kebutuhan di lapangan. Yang jelas anggaran pemeliharaan rutin sudah diajukan dan saat ini dalam proses pembahasan di DPRD," tuturnya.

Baca juga: Farel Prayoga Kaget Uangnya di ATM Tersisa Rp56 Ribu, Tabungan Rp100 Juta Diembat Keluarga Beli Kuda

Kondisi miris lainnya dialami SD Plus Tahfizhul Quran (SD PTQ) Smart Kids, yang terletak di Perum Depot Palan V No A1, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.

Sekolah tersebut kini harus ditutup karena belum mengantongi izin operasional.

Hal itu dikatakan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Joko Sriyono, yang mendatangi sekolah tersebut pada Kamis (17/7/2025) siang.

Menurut dia, ijazah tidak akan bisa dikeluarkan, siswa tidak tercatat di data pokok pendidikan (dapodik), dan keberadaan sekolah dinyatakan tidak sesuai aturan karena hanya berdiri di atas lahan 200 meter persegi, di bawah syarat minimal 3.000 meter persegi untuk sekolah dasar.

Kepala SD PTQ Smart Kids, Purwaningsih, menanggapi kabar penutupan sekolah yang dia dirikan.

Dia tengah memikirkan langkah ke depan, terutama ketika memikirkan nasib 92 anak didik dari kelas satu hingga kelas tiga yang selama ini telah dibimbing.

"Kami akan menindaklanjuti imbauan dari dinas dan akan duduk bersama dengan yayasan, dewan guru, dan orang tua murid," kata dia.

Menurut Purwaningsih, sekolah tersebut berdiri bukan tanpa dasar. 

SD PTQ Smart Kids telah mengantongi izin pendirian dan bahkan telah berkomunikasi sejak awal dengan koordinator wilayah.

"Kami dipersilakan beroperasi sambil mengurus perizinan," imbuh dia.

Yang membuat sekolah ini istimewa, lanjut Purwaningsih, bukan hanya sistem pembelajaran yang religius, namun juga penanaman nilai karakter dan nasionalisme setiap hari. 

Setiap pagi, anak-anak baris di halaman kecil sekolah, menyanyikan lagu nasional, menyebutkan dasar negara, kepala negara, dan lambang negara.

"Kami percaya pendidikan karakter dan hafalan Alquran akan menjauhkan anak-anak dari gadget dan pengaruh buruk."

"Itulah yang menjadi alasan orang tua menitipkan mereka ke kami," kata Purwaningsih. 

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Joko Sriyono, melakukan sidak dan memeriksa SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) Smart Kids di kawasan Perumahan Depot Palan V, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Kamis (17/7/2025). Sekolah tak memiliki izin operasional dan harus ditutup.
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Joko Sriyono, melakukan sidak dan memeriksa SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) Smart Kids di kawasan Perumahan Depot Palan V, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Kamis (17/7/2025). Sekolah tak memiliki izin operasional dan harus ditutup. (TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV)

Dari 39 siswa kelas satu, 30 di antaranya merupakan lulusan dari TK di bawah yayasan yang sama di mana merupakan permintaan langsung dari orang tua.

Dia memikirkan bagaimana menyalurkan siswa ke satuan pendidikan lain ketika sekolah itu harus ditutup.

"Persoalannya sekolah lain yang sejenis di Kabupaten Semarang nyaris tidak ada. 

Kalau anak-anak kami masukkan ke SD negeri atau swasta biasa, sistemnya tidak sama. Program hafalan bisa hilang, adab dan karakter yang sudah tertanam bisa rusak," jelas dia.

Namun demikian, Dewan Pendidikan melihatnya dari sisi berbeda. 

Menurut Joko Sriyono, aturan harus ditegakkan demi menjamin masa depan siswa.

"Kami ingin menyelamatkan masa depan anak didik kelas 1, 2, dan 3. 

Kalau tidak segera disalurkan ke sekolah lain, mereka tidak bisa mendapatkan ijazah karena belum terdaftar di dapodik (data pokok pendidikan)," kata Joko Sriyono.

Dia menambahkan, sejak Desember 2024, Disdikbudpora Kabupaten Semarang sudah melayangkan surat agar sekolah ini tidak menerima siswa baru. 

Namun faktanya, pendaftaran tetap dibuka.

"Kami sudah beri peringatan, tapi murid baru tetap diterima," ujar dia.

Joko menyebut, lahan 200 meter persegi hanya cocok untuk taman kanak-kanak atau PAUD. 

Tak ada lapangan olahraga memadai, bahkan halaman untuk upacara pun disebut kurang layak.

"Kami sarankan sekolah ini jadi TK saja. Untuk anak SD-nya, kami bantu salurkan ke sekolah lain," tegas Joko.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved