Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jatimpedia

3 Fakta Sejarah Banyuwangi 'The Sunrise of Java', Kabupaten di Ujung Paling Timur Jawa Timur

Inilah kumpulan fakta-fakta sejarah Banyuwangi, kabupaten yang terletak di ujung paling timur Provinsi Jawa Timur.

Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM/AFLAHUL ABIDIN
GUNUNG RAUNG - Gunung Raung dilihat dari wilayah persawahan Kelurahan Sobo, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Kamis (12/6/2025). BPBD Banyuwangi menyebut tak ada laporan dampak atas kejadian itu. 

TRIBUNJATIM.COM - Siapa tak tahu The Sunrise of Java

Ini adalah julukan untuk Banyuwangi, kabupaten yang terletak di ujung paling timur Provinsi Jawa Timur.

Daerah yang berbatasan langsung dengan Selat Bali ini memiliki bentang alam yang begitu indah dan menjadi daya tarik wisatanya.

Namun tahukah asal-usul Banyuwangi dan kenapa daerah ini dijuluki sebagai The Sunrise of Java

Berikut tersaji fakta-fakta sejarah Banyuwangi dan asal-usul nama Banyuwangi.

1. Asal-usul nama Banyuwangi

Asal-usul nama Banyuwangi dapat ditelusuri dari Legenda Sri Tanjung. Konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Sulahkromo.

Dalam menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh Patih Sidopekso, yang memiliki istri cantik bernama Sri Tanjung.

Prabu Sulahkromo pun terpikat dengan kecantikan Sri Tanjung, dan segera muncul akal licik untuk memerintah Patih Sidopekso menjalankan tugas yang tidak mungkin dilakukan manusia biasa.

Selama Patih Sidopekso menjalankan tugasnya, Prabu Sulahkromo berusaha merayu Sri Tanjung, tetapi tidak berhasil.

Ketika Patih Sidopekso kembali, raja justru memfitnah Sri Tanjung telah menggodanya.

Baca juga: Pantas Dijuluki Kota Pahlawan? Ini Fakta-fakta Sejarah Surabaya, Kota Terbesar Ke-2 di Indonesia

Akibat hasutan raja, Patih Sidopekso pun menemui istrinya dengan penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan.

Patih Sidopekso bahkan mengancam akan membunuh istrinya yang sangat setia itu. Karena tidak mengaku, diseretlah Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh.

Sebelum Patih Sidopekso membunuhnya, Sri Tanjung berpesan agar setelah dibunuh jasadnya diceburkan ke dalam sungai.

Apabila darah yang mengalir berbau busuk, maka dirinya telah berbuat serong. Namun, jika air sungai berbau harum maka Sri Tanjung tidak bersalah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved