Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Wakil Rakyat Singgung Soal Konser Besar di Jombang Tanpa Nilai Tambah untuk PKL, Harus Dievaluasi

Fraksi PKB menyoroti konser besar di Jombang yang dinilai tidak memberikan dampak signifikan bagi UMKM dan PKL, karena mereka dilarang berjualan.

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Dwi Prastika
TribunJatim.com/Anggit Puji Widodo
PKL - Pedagang Kaki Lima (PKL) di trotoar Stadion Merdeka Jombang, Jumat (18/7/2025). Mereka dilarang berjualan saat konser yang digelar pada Sabtu (19/7/2025) di Stadion Merdeka Jombang. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Anggit Puji Widodo

TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyoroti pelaksanaan konser besar di Jombang yang dinilai tidak memberikan dampak signifikan bagi pelaku usaha mikro, khususnya Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar lokasi acara.

Menurut Fraksi PKB, setiap kegiatan berskala besar seperti konser, seharusnya melalui perencanaan yang matang, termasuk penataan bagi para pedagang yang sudah biasa berjualan di area tersebut.

Larangan berjualan tanpa solusi alternatif dinilai merugikan para PKL yang menggantungkan hidup dari aktivitas harian mereka.

“Kalau para pedagang dilarang berjualan di tempat yang biasa mereka tempati, tentu harus ada solusi. Bisa saja direlokasi ke titik-titik strategis yang masih terjangkau pengunjung konser. Intinya, mereka tetap bisa mencari rezeki,” ucap Kartiyono, anggota DPRD Jombang dari Fraksi PKB saat dikonfirmasi pada Minggu (20/7/2025).

Pihaknya mengakui bahwa penumpukan massa hingga puluhan ribu orang memang memiliki risiko.

Karena itu, aspek keamanan tetap harus menjadi pertimbangan utama.

Namun, hal itu tidak boleh menjadi alasan untuk mengabaikan keberlangsungan usaha kecil yang justru bisa mendapatkan rezeki tambahan dari kegiatan semacam ini.

“Konser sebesar itu seharusnya menjadi berkah bagi masyarakat sekitar, terutama pedagang kecil. Mereka bisa mendapatkan penghasilan insidental dari ramainya pengunjung. Tapi kalau justru dilarang total tanpa solusi, itu namanya bukan berkah, malah jadi beban,” tambah Ketua Bamperperda DPRD Jombang ini. 

Baca juga: Kang Giri Pertimbangkan Dua Lokasi untuk Konser Dewa 19 dalam Perayaan HUT Ponorogo ke-529

Fraksi PKB juga mengingatkan pentingnya penataan lokasi agar tetap aman namun juga inklusif.

Misalnya, menyiapkan jalur dagang yang dilalui penonton dari area parkir menuju lokasi konser.

“Selama dua hari konser, para PKL hanya ingin mendapat rezeki. Maka seyogianya, pelarangan itu jangan berlebihan. Harus ada solusi yang adil,” ujarnya.

Di akhir pernyataannya, Fraksi PKB menegaskan, tidak ada gunanya menggelar konser besar jika tidak berdampak positif bagi masyarakat kecil.

“Adanya konser besar harus ada nilai tambah,” pungkas Kartiyono.

Dentuman musik bakal menggema dari panggung megah di Lapangan Stadion Merdeka, Jombang, Sabtu (19/7/2025) hingga Minggu (20/7/2025). 

Ribuan pasang kaki melangkah antusias, mengular masuk ke dalam area konser Dialog Cinta Festival Vol 3.

Sorak-sorai bakal memecah langit Jombang ketika nama-nama besar seperti Dewa 19, Vierratale, hingga Hadad Alwi muncul di panggung.

Namun hanya beberapa meter dari titik keramaian itu, trotoar-trotoar tampak kosong. Tak ada aroma cilok rebus, tak terdengar denting wajan tahu solet, tak terlihat keramaian tenda-tenda kecil yang biasanya menandai denyut ekonomi rakyat. Keheningan menggantung.

Di pojok warung kopi yang setengah tertutup, Neneng (62) duduk menyendiri.

Gerobak ciloknya tak ia bawa keluar hari itu. 

“Disuruh libur. Nggak boleh jualan. Steril katanya,” ujarnya. 

Neneng sudah 11 tahun berdagang di kawasan stadion.

Tapi akhir pekan ini, ia hanya bisa menyaksikan rezekinya tertahan pagar pembatas yang mengelilingi Stadion Merdeka Jombang

“Biasanya ramai apalagi kalau ada acara besar. Tapi ya gitu, justru pas ramai kami disuruh minggir,” kata Neneng. 

Ia sempat diminta pindah oleh pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) ke seberang lampu merah, tapi menurutnya lokasi itu tak menguntungkan.

“Di sana sepi, nggak ada orang lewat yang mau jajan cilok,” imbuhnya. 

Bagi Neneng, konser itu bukan pesta hiburan.

Ia menyebutnya 'dua hari kelaparan.' Tak ada kompensasi yang datang, tak ada permintaan maaf, tak juga ruang negosiasi.

Agung (25), yang biasa menjajakan tahu solet tak jauh dari lokasi Neneng, merasakan hal yang sama.

Ia memperkirakan kerugiannya mencapai Rp 1,5 juta hanya dalam dua hari.

“Akhir pekan itu waktu emas kami jualan. Tapi dilarang total. Nggak ada jalan tengah,” keluhnya.

Ia menaksir, sekitar 50 pedagang kaki lima terdampak oleh kebijakan sterilisasi kawasan stadion.

Sebagian besar dari mereka hanya mengandalkan tempat itu sebagai satu-satunya sumber penghasilan harian. 

Beberapa kios resmi di dalam taman stadion memang mendapatkan kompensasi sekitar Rp 250 ribu untuk dua hari.

Tapi PKL yang hanya numpang trotoar, seperti Agung dan Neneng, tak tersentuh bantuan itu.

“Yang punya toko di barat stadion masih bisa buka, karena rumah sendiri. Tapi kami yang cuma selembar tenda, cuma gerobak, langsung kena gusur,” ungkap Agung.

“Mereka (penyelenggara) tidak tanya kami makan apa. Mereka cuma ingin lokasi bersih,” lanjutnya. 

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved