Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jatimpedia

3 Fakta Sejarah Gresik, Disebut Grisse Pada Masa Kolonial, Terkenal Kota Santri Jawa Timur

Berikut tersaji beberapa fakta sejarah Gresik, daerah di barat laut Kota Surabaya yang dijuluki Kota Santri.

Editor: Hefty Suud
Istimewa Shutterstock/Firman Safiudin Bahari via Kompas.com
FAKTA SEJARAH GRESIK - Gresik merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur. Ini fakta sejarah yang membuatnya dijuluki sebagai Kota Santri. 

TRIBUNJATIM.COM - Gresik yang berada di barat laut Kota Surabaya, Jawa Timur ini dijuluki sebagai Kota Santri. 

Gresik pun terkenal sebagai kota tempat berdirinya pabrik semen pertama dan perusahaan semen terbesar di Indonesia, yaitu Semen Gresik.

Tahukah Tribunners, di masa kolonial, daerah ini disebut Grisse?

Adapun nama Gresik sendiri menurut Thomas Stamford Raffles berasal dari kata giri gisik yang berarti gunung di tepi pantai.

Berikut beberapa fakta sejarah Gresik

Yuk simak!

1.Asal Muasal

Nama Giri Gisik, yang berarti gunung di tepi pantai, merujuk pada topografi kabupaten Gresik yang berada di pinggir pantai.

Selain itu, di Gresik juga ada sebuah tempat yang terkenal dengan nama Jaratan.

Secara historis, nama ini melekat pada peta buatan pelayar Belanda awal abad ke-7 M.

Nama ini kemudian dianggap sebagai salah satu dari dua Pelabuhan yang ada di Gresik yang lokasinya ada di Muara Bengawan Solo, tepatnya di Pulau Mangare, Desa Watu Agung.

Baca juga: 4 Fakta Sejarah dan Asal-Usul Tuban, Kota Wali di Jawa Timur, Lokasi Makam Sunan Bonang

2.Sejarah Gresik

Gresik sudah dikenal sejak abad ke-11, bertumbuh menjadi pusat perdagangan tidak hanya antarpulau, tetapi juga meluas ke berbagai negara.

Selain itu, Gresik juga menonjol sejak berkembangnya agama Islam di tanah Jawa.

Tokoh yang menyebarkan agama Islam di Gresik adalah Syekh Maulana Malik Ibrahin bersama Fatimah Binti Maimun yang masuk ke Gresik pada awal abad 11.

Cara Ibrahim menyebarkan agama Islam di sana adalah dengan mendekati masyarakat melalui pergaulan terlebih dahulu.

Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan menunjukkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama Islam.

Berkat keramah-tamahannya tersebut, masyarakat pun banyak yang antusias untuk masuk dalam agama Islam.

Setelah berhasil menarik hati masyarakat sekitar, Ibrahim melanjutkan aktivitasnya dengan berdagang.

Ia berdagang di tempat Pelabuhan terbuka bernama Desa Roomo, Manyar.

Baca juga: 5 Fakta Sejarah Nganjuk, Kabupaten Tapi Dijuluki Kota Angin, Penghasil Bawang Merah Jawa Timur

Baca juga: Pantas Dijuluki Kota Pahlawan? Ini Fakta-fakta Sejarah Surabaya, Kota Terbesar Ke-2 di Indonesia

Melalui berdagang, ia dapat banyak berinteraksi dengan masyarakat luas, termasuk raja dan para bangsawan yang ikut serta dalam kegiatan perdagangan sebagai pelaku jual-beli.

Setelah cukup mapan, Maulana Malik Ibrahin berkunjung ke ibu kota Majapahit di Trowulan.

Kedatangan Ibrahim ini disambut baik oleh Raja Majapahit.

Bahkan, Raja Majapahit memberikannya sebidang tanah di pinggiran Kota Gresik, sekarang dikenal dengan nama Desa Gapura.

Karena perannya dalam menyebarkan agama Islam di Kota Gresik, Ibrahim pun disebut sebagai Sunan Gresik, salah seorang Walisongo pertama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

3.Julukan Kota Gresik

Prasasti di Makam Tumenggung Poesponegoro Gresik
Prasasti di Makam Tumenggung Poesponegoro Gresik (Tropenmuseum)

Kota Santri

Gresik dijuluki sebagai kota santri.

Alasannya adalah karena Gresik lebih menonjol dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Penyebar agama Islam di sana adalah Sunan Gresik atau Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Kota Industri

Kemudian, Gresik juga dikenal sebagai kota industry tempat berdirinya pabrik semen pertama dan perusahaan semen terbesar di Indonesia.

Pabrik semen tersebut bernama Semen Gresik.

Pabrik peleburan dan Pemurnian Tambang terbesar di dunia milik PT Freeport Indonesia juga akan berdiri di Gresik.

Kota Pudak

Julukan Kota Pudak yang disematkan kepada Kabupaten Gresik ternyata terkait dengan keunikan makanan khas dari daerah ini.

Pudak adalah makanan khas dari Kabupaten Gresik berupa kue tradisional yang memiliki cita rasa manis.

Jika mengunjungi Gresik, wisatawan dapat dengan mudah mengenali pudak yang berbentuk rentengan dan digantung di depan toko.

Dilansir dari laman Kemendikbud, bahan dasar pudak antara lain tepung beras, gula, dan santan kelapa yang dimasak dengan cara dikukus.

Mulanya hanya terdapat tiga macam pudak, antara lain pudak putih yang berbahan gula pasir, pudak merah yang berbahan gula merah, dan pudak sagu ya berbahan tepung sagu.

Namun kini ada juga pudak dengan menggunakan campuran dari sari daun pandan dan daun suji yang memberi warna dan aroma yang menarik.

Pudak biasanya dibungkus dengan ope atau pelepah pinang yang membuat aromanya jadi lebih wangi dan khas.

Sebelumnya digunakan, pangkal daun pinang harus disamak terlebih dahulu untuk memisahkan kulit dalam dan kulit luar.

Hal ini karena hanya kulit bagian dalam yang bertekstur lebih tebal dan halus yang akan digunakan untuk membungkus pudak, sementara kulit bagian luar dibuang.

Dilansir dari laman nova.grid.id, pelepah pinang memiliki kelebihan dibandingkan pelepah tanaman lain sebagai pembungkus.

Selain lentur, lapisan di dalamnya menyerupai lapisan plastik yang secara alami dapat mengatur suhu kue pudak.

Ketika adonan pudak yang masih panas dibungkus dengan pelepah pinang, adonan tersebut akan segera kering karena lapisan yang mirip plastik itu memiliki pori-pori yang dapat mempercepat proses penguapan.

Referensi:

  • Salam, Solichin. (1960). Sekitar Walisanga. Kudus: Menara Kudus.
  • Munif, Drs. Moh. Hasyim. (1995). Pioner & Pendekar Syiar Islam Tanah Jawa. Gresik: Yayasan Abdi Putra Al-Munthasimi.
  • Kompas.com 

Berita Jatimpedia lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved