Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jatimpedia

Mengenal Sejarah Trenggalek, Kabupaten Berjuluk 'Kota Gaplek', Nama Pemberian dari Ki Ageng Sinawang

Trenggalek, salah satu Kabupaten di Jatim berjuluk "Kota Gaplek". Daerah Trenggalek diyakini sudah dihuni manusia sejak masa prasejarah.

KOLASE Shutterstock/Sony Herdiana/Dok. Pemkab Trenggalek
SEJARAH TRENGGALEK - (Atas) Alun-Alun Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. (Bawah) Singkong dijemur sebagai salah satu proses pembuatan gaplek, yaitu makanan khas Trenggalek. 

TRIBUNJATIM.COM - Mengenal sejarah Trenggalek, Kabupaten yang mendapat julukan sebagai Kota Gaplek.

Asal-usul Trenggalek sendiri berasal dari legenda Menak Sopal.

Daerah Trenggalek diyakini sudah dihuni manusia sejak masa prasejarah.

Untuk lokasinya, Kabupaten Trenggalek berada di wilayah pesisir pantai sleatan Jawa, sehingga memiliki sejumlah pantai sebagai destinasi wisata.

Luas wilayah Kabupaten Trenggalek mencapai 1.261,40 kilometer persegi, yang dihuni oleh 731.125 jiwa berdasarkan data tahun 2020.

Baca juga: 4 Fakta Sejarah Situbondo, Dulu Bernama Kabupaten Panarukan, Surga Burung di Jawa Timur

Asal-usul Nama Trenggalek

Nama Trenggalek disebut-sebut berasal dari kata “teranging galih”, yang berarti terangnya hati.

Nama teranging galih yang kemudian berubah menjadi Trenggalek merupakan pemberian dari Ki Ageng Sinawang.

Nama ini berkaitan dengan cerita suami istri bernama Ki Ageng Sinawang dan Raden Ayu Saraswati.

Sepasang suami istri ini disebut merawat seorang bayi laki-laki bernama Menak Sopal, yang dikemudian hari menjadi tokoh penting di Trenggalek.

Ketika dewasa, Menak Sopal dikenal sebagai pemuda sakti yang disukai oleh masyarakat sekitar Padepokan Sinawang.

Suatu hari, terjadi kekurangan air di wilayah padepokan itu. Menak Sopal dan pemuda sekitar pun bergegas memeriksa sekitar Sungai Bagong.

Berikutnya, Menak Sopal lantas membendung sungai itu agar daerahnya bisa memiliki cadangan air.

Namun, bendungan yang baru itu ambrol. Setelah diperiksa, rusaknya bendungan itu disebabkan oleh buaya putih.

Setelah terjadi dialog antara buaya putih dan Menak Sopal, si buaya meminta kepala gajah putih agar berhenti merusak bendungan.

Saat itu, orang memiliki gajah putih hanya Mbok randa dari Desa Krandon. Menak Sopal pun bergegas menemui Mbok Randa itu.

Menak Sopal lantas meminta izin meminjam gajah putih. Menak Sopal juga siap bertanggung jawab jika dalam tiga hari gajah putih itu tidak kembali.

Setelah diizinkan, Menak Sopal membawa pulang gajah putih itu, lalu disembelih dan kepalanya diberikan kepada si buaya.

Baca juga: 6 Fakta Menarik Pasuruan, Kota Santri yang Kaya Budaya, Terkenal akan Wisata Bahari Hiu Tutulnya

Di sisi lain, Mbok Randa menunggu kepulangan gajah putihnya. Namun sudah hampir satu bulan gajah putih itu tidak kembali.

Mbok Randa lantas pergi ke Padepokan Sinawang. Saat bertemu, Menak Sopal meminta maaf dan menyampaikan kondisi sebenarnya.

Namun Mbok Randa tidak percaya dan marah besar kepada Menak Sopal. Sedangkan Menak Sopal memilih untuk melarikan diri.

Mbok Randa lantas menemui Ki Ageng Sinawang. Rupanya, Mbok Randa mendapatkan penjelasan yang sama dari Ki Ageng.

Setelah mengetahui gajahnya disembelih untuk keperluan masyarakat, Mbok Randa pun ikhlas dan tidak marah lagi.

Kemudian, Ki Ageng Sinawang berkata bahwa jika nanti Padepokan Sinawang ramai, agar diberi nama Teranging Galih, yang kemudian menjadi Trenggalek.

SEJARAH TRENGGALEK - (Atas) Alun-Alun Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. (Bawah) Singkong dijemur sebagai salah satu proses pembuatan gaplek, yaitu makanan khas Trenggalek.
SEJARAH TRENGGALEK - (Atas) Alun-Alun Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. (Bawah) Singkong dijemur sebagai salah satu proses pembuatan gaplek, yaitu makanan khas Trenggalek. (KOLASE Shutterstock/Sony Herdiana/Dok. Pemkab Trenggalek)

Baca juga: Pantas Dijuluki Bumi Reog, Ini 4 Fakta Sejarah Ponorogo, Berkaitan dengan Sosok Bathoro Katong

Sejarah Kabupaten Trenggalek

Daerah Trenggalek diyakini sudah dihuni manusia sejak masa prasejarah.

Bukti anggapan itu dapat dilihat dari beberapa artefak yang ditemukan, seperti Menhir, Mortar, batu Saji, Palinggih Batu, dan sebagainya.

Anggapan tersebut berdasarkan pada lokasi Trenggalek yang dekat dengan daerah Wajak, Tulunggangung yang sudah dihuni sejak 8.000 tahun yang lalu.

Para ahli memberi nama manusia purba yang hidup di daerah Wajak ini dengan nama Homo Wajakensis.

Adapun hari jadi Kabupaten Trenggalek ditetapkan pada tanggal 31 Agustus 1194 Masehi, berdasarkan Prasasti Kamulan yang ditemukan di daerah ini.

Sedangkan pemerintahan Kabupaten Trenggalek modern mulai berdiri sejak Perjanjian Gianti tahun 1755 yang membuat Mataram Islam menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta.

Sejak itu, daerah Kabupaten Trenggalek masuk dalam wilayah Kasunanan Surakarta.

Pada tahun 1830 atau setelah Perang Diponegoro, Trenggalek memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan di bawah Hindia Belanda.

Kota Gaplek

Julukan Kabupaten Trenggalek adalah Kota Gaplek, yaitu makanan khas daerah tersebut.

Gaplek adalah makanan yang diolah dari singkong, dan banyak diproduksi di daerah yang tanahnya kurang subur.

Singkong biasanya akan dikupas dan dipotong kecil, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1-3 hari.

Setelah kering, gaplek akan disimpan di tempat sejuk dan menjadi cadangan makanan ketika tidak ada bahan makanan.

Gaplek biasanya ditumbuk lalu dimasak seperti nasi. Gaplek ini juga merupakan bahan baku makanan tradisional seperti tiwul dan gatot.

Sumber:

Kompas.com

Trenggalekkab.go.id

Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved