Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Bambang Bolak-balik ke Disdik Merasa Dipermainkan, Anak Gagal SPMB: Guling-guling Nyampe Sekolah

Bambang Rismayadi, salah satu orangtua murid yang gagal diterima SPMB jalur domisili merasa kecewa berat.

Tribun Cirebon/Eki Yulianto
PROTES - Bambang Rismayadi (61), orang tua murid yang anaknya tidak diterima di SMPN 4 Cirebon padahal rumah hanya berjarak 179 meter dari sekolah. Ia kecewa jika disuruh guling-guling ke sekolah akan sampai juga, namun tetap saja anak gagal SPMB, Kamis (31/7/2025). 

Ketegangan dipicu oleh ketidakhadiran Kepala Disdik, Kadini, yang tak kunjung menemui para pengunjuk rasa hingga pukul 10.38 WIB.

Koordinator aksi, Tryas Mohammad Purnawarman, dalam orasinya menyampaikan tujuh tuntutan.

Mulai dari penghentian praktik pungutan liar (pungli), transparansi dana sekolah, hingga pengawasan terhadap proses seleksi penerimaan siswa baru (SPMB).

Baca juga: Kepsek Syok Cuma Dapat 2 Murid Baru dari SPMB, Heran Padahal SD-nya Banjir Prestasi: Ortu Antusias

"Ada orang tua yang dipungut biaya seragam sampai Rp 3 juta di salah satu SMP negeri di wilayah Perumnas."

"Nggak masuk akal, nggak ada kuitansi, nggak ada rincian."

"Ini jelas pungli yang dibungkus nama komite,” ucap Tryas.

Ia juga menyoroti dugaan permainan domisili dalam proses seleksi siswa baru.

“Kami bawa contoh kasus, orang tua tinggal tepat di depan sekolah, tapi anaknya nggak diterima. Sementara yang jauh bisa masuk. Aneh,” ucap dia.

Tryas mengatakan, banyak orang tua enggan bicara terbuka karena takut anaknya mendapat tekanan di sekolah.

"Kami lindungi identitas mereka karena mereka takut anaknya dibully."

"Tapi kalau Disdik tak kunjung menjawab, kami akan demo lagi dengan massa lebih besar,” ancamnya.

Berharap Suara Didengar

Hingga pukul 11.30 WIB, Kepala Disdik Kota Cirebon belum juga menemui massa aksi.

Meski begitu, unjuk rasa berakhir tertib sekitar pukul 12.00 WIB di bawah pengawasan aparat kepolisian.

Sementara itu, Bambang Rismayadi berharap suaranya didengar.

Ia hanya ingin anaknya mendapatkan hak pendidikan di sekolah yang dekat dari rumah, tanpa diskriminasi karena persoalan administrasi.

"Saya hanya ingin anak saya sekolah dekat rumah, nggak lebih. Bukan minta yang aneh-aneh. Tapi kenapa hak anak saya seolah ditolak mentah-mentah?" kata Bambang.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved