Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Terpopuler

JATIM TERPOPULER: Tagihan PBB Warga Melonjak 12 Kali Lipat hingga Curhat Pedagang Beras Omzet Turun

Deretan berita yang menjadi sorotan di Jawa Timur terkumpul dalam Jatim Terpopuler pada Kamis (13/8/2025).

KOLASE Dok. Istimewa dan Tribun Jatim/Purwanto
JATIM TERPOPULER - Deretan berita yang menjadi sorotan di Jawa Timur terkumpul dalam Jatim Terpopuler pada Kamis (13/8/2025). Mulai warga Jombang protes tagihan PBB melonjak 12 kali lipat (kiri) hingga curhat pedagang beras omzetnya menurun (kanan). 

Baca selengkapnya>>> 

Baca juga: JATIM TERPOPULER: Warga Jombang Bayar PBB Rp1,2 Juta Pakai Koin hingga Uang Bansos Dibuat Judol

Curhat Pedagang Beras di Kota Malang Alami Penurunan Omzet

Di sudut dekat bangunan Pasar Besar Malang, tepat di antara deretan kios sembako yang dulu selalu riuh, toko beras milik Wibowo Utomo (55) kini terasa lengang.

Parkiran mobil di depan tokonya yang biasanya penuh, kini nyaris kosong. Sudah sebulan terakhir, pembeli datang hanya sesekali—sekadar membeli secukupnya, bukan lagi dalam jumlah besar seperti dulu.

“Kalau dulu, sekali datang orang bisa ambil 500 kilo sampai satu ton. Sekarang paling hanya beberapa sak untuk kebutuhan harian,” tutur Wibowo sambil menatap tumpukan karung beras premium yang masih utuh di rak, Rabu (13/8/2025).

Wibowo sudah berdagang di tempat ini sejak era 1970-an, meneruskan usaha keluarganya. Ia paham betul ritme pasar. 

Tapi kali ini, sepinya pembeli bukan karena isu beras oplosan yang sempat merebak, melainkan menurutnya akibat kebijakan pemerintah terkait Harga Eceran Tertinggi (HET).

Menurutnya, HET untuk beras medium yang ditetapkan sebesar Rp 14.900 per kilogram membuat para penggilingan menengah tak mampu bersaing.

Harga gabah di lapangan sudah menembus lebih dari Rp 7.000 per kilogram, jauh di atas harga acuan yakni Rp 6.000 yang dipatok pemerintah. 

“Kalau beli gabah Rp 7.000, diolah jadi beras, ongkos transport, dan tenaga kerja dihitung, tidak nutut dijual Rp 12.500 per Kilogramnya. Makanya mereka lebih memilih jual gabah ketimbang memproduksi beras,” jelasnya.

Akibatnya, suplai beras medium berkurang drastis di pasaran. Wibowo kini hanya menjual merek-merek premium, beras yang harganya sudah pasti di atas HET. Tidak ada lagi beras medium yang tersisa di tokonya yang berukuran sekitar 10x5 meter persegi.

Konsumen, khususnya warung-warung kecil yang dulu menjadi langganan setianya, kebingungan mencari beras yang lebih terjangkau. Wibowo mengatakan, pelanggannya memilih untuk menunggu beras dari Bulog ketimbang beli beras pada umumnya.

“Mereka akhirnya menunggu beras Bulog, meskipun jatahnya terbatas,” ujarnya.

Baca selengkapnya>>> 

Baca juga: PPATK Catatkan Ada 9 Ribu Warga Jatim Penerima Manfaat Gunakan Bansos untuk Judol, Ini Kata Khofifah

Pemkab Pasuruan bakal Rutin Gelar Razia Pajak Kendaraan Agar Penerimaan Pendapatan Lebih Maksimal

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved