Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

5 Anak di Gresik Ditelantarkan Orangtua hingga Putus Sekolah, Jual Barang di Kontrakan untuk Makan

Lima anak di Gresik ditelantarkan orangtuanya hingga putus sekolah. Untuk bisa makan, mereka menjual barang yang ada di rumah secara bergantian.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Dok. Hamzah Kompas.com
ANAK TELANTAR- Penampakan rumah kontrakan keluarga Essel di Perumahan Grand Gresik Harmoni, Dusun Srembi, Desa Kembangan, Gresik, Jawa Timur. Essel adalah satu di antara anak yang ditelantarkan orangtuanya hingga putus sekolah. 

Essel dan adiknya secara bergantian mengurus adik bungsunya, Cies.

"Saya sendiri sudah biasa ganti pampers dan buatin susu buat Cies, begitu pula adik-adik yang lain. Karena ibu sebelumnya juga kadang nggak pulang, jadi kami gantian saling merawat," tutur Essel.

Baca juga: Pilu Nenek Nortaji Dianiaya dan Ditelantarkan Anak Kandung yang Ogah Merawat

Essel menceritakan, baik dia maupun adik-adiknya tidak ada yang merasakan bangku sekolah menengah atas (SMA)/se-derajat.

Ini dikarenakan keterbatasan dan 'ketidakpedulian' orangtua mereka.

Dia dan Andre hanya mengenyam pendidikan sebatas sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)/se-derajat.

"Tidak ada yang sampai SMA. Saya hanya lulus sampai kejar paket setara SMP (SLTP), sementara adik saya Andre ini sampai SMP," kata Essel.

Andre menceritakan, meski sempat mengenyam pendidikan di salah satu SLTP swasta di Gresik, cerita tidak mengenakkan sempat dialami olehnya.

Ia tidak diperbolehkan mengikuti wisuda dan ijazahnya hingga masih ditahan oleh pihak sekolah lantaran beberapa tunggakan yang belum dibayar.

"Banyak yang belum dibayar, masih banyak yang menunggak, jadi saya nggak boleh ikut wisuda. Ijazah saya sampai sekarang juga masih ditahan oleh pihak sekolah, karena masih banyak tunggakan yang harus dibayar," tutur Andre.

Bahkan, dua adiknya, Dexta dan Kimora, lebih miris lagi. Mereka yang tidak sampai merasakan lulus sekolah dasar (SD) dan harus putus sekolah.

Adapun adiknya yang bungsunya masih berstatus belum sekolah karena balita.

Essel mengatakan, keluarganya tercatat sebagai warga Desa Yosowilangun di Kecamatan Manyar, Gresik, meski kedua orangtua mereka adalah pendatang.

Ayah mereka dari Surabaya, sedangkan ibunya warga Manado.

Mereka tercatat dalam catatan sipil sebagai warga Desa Yosowilango, dikarenakan mereka sempat memiliki rumah hunian di desa tersebut tetapi sudah dijual.

Sejak saat itu, mereka harus terus berpindah-pindah rumah kontrakan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved