Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

2 Dekade Tak Bertemu Keluarga, Mardiuita Nangis Akhirnya Bisa Injak Timor Leste Meski Semua Berubah

Hampir dua dekade tidak bertemu dengan keluarga, Mardiuita menangis ketika bisa terbang dari Indonesia menuju Timor Leste.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/AHMAD ZILKY
KETEMU KELUARGA - Mardiuita, warga yang tinggal di Desa Alas, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (17/8/2025). Setelah dua dekade terpisah akhirnya wanita ini bisa kembali bertemu keluarganya. 

Biaya pembuatan paspor dan perjalanan ke Manufahi yang mencapai sekitar Rp 2 juta membuatnya tak mampu mewujudkan rindu tersebut.

“Sejak tahun 1999, saya tak pernah ke sana (rumah keluarga di Timor Leste),” ujar Mardiuita.

Baca juga: Sujud Syukur di Depan Gerbang, 32 Warga Binaan Lapas Tulungagung Bebas Usai Dapat Remisi

Konflik Timor Leste dan Indonesia

Mardiuita, akhirnya bertemu kembali dengan keluarganya setelah 25 tahun terpisah.

Perpisahan itu berawal ketika Timor Leste memutuskan berpisah dari Indonesia lewat referendum pada 1999.

Hasil pemungutan suara saat itu menunjukkan mayoritas masyarakat Timor Timur (sebutan Timor Leste kala itu) memilih menolak berintegrasi dengan Indonesia.

Situasi politik memanas. Masyarakat terbelah antara kelompok pro-integrasi dengan Indonesia dan kelompok pro-kemerdekaan.

Mardiuita yang pro-integrasi harus menerima konsekuensi pahit. Ia dan keluarganya mendapat ancaman karena sikap politiknya.

“Ya orang ancam kami sebelum jejak pendapat pemilihan, kami harus keluar dari Timor Leste kalau tidak, kami dibunuh,” kata Mardiuita kepada Kompas.com, Minggu (17/8/2025).

Ketegangan kian memuncak. Bentrokan antara kedua kelompok semakin sering terjadi.

Baca juga: Dua Pelaku Pembacokan di Tuban Ditangkap di Tangerang Selatan saat Asyik Tidur dalam Pelariannya

Pilih melarikan diri

Hingga akhirnya, Mardiuita memutuskan melarikan diri.

Ia menumpang mobil TNI bersama suaminya untuk keluar dari Timor Leste.

“Ada tentara naik mobil datang, akhirnya kami ikut (ke Indonesia) dari 17 September 1999. Kalau kami tetap di sana, kami dibunuh,” ungkap dia.

Namun, keputusan itu membuat Mardiuita harus terpisah dari keluarganya yang tinggal di Manufahi, Timor Leste.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved