Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Asih Penjual Es Teh Tak Lagi Tidur Sambil Melihat Bintang, Bahagia Pintu Rumah Bukan Kain Lagi

Seorang penjual es teh akhirnya tidur tanpa melihat bintang yang tiap malam dilihatnya karena punya rumah tanpa atap dan pintu.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TribunSolo.com/ Septiana Ayu
Rumah warga Kelurahan Sragen Tengah, Kecamatan/Kabupaten Sragen yang dihuni tanpa atap, Kamis (21/8/2025). Rumah yang dihuni Tri Widiatsih (51) bersama suami dan seorang anaknya yang masih duduk di kelas 6 SD ini tidak beratap juga tidak memiliki pintu. 

TRIBUNJATIM.COM - Kebahagiaan begitu terpancar dari wajah Tri Widiatsih atau Asih (50).

Di usianya yang sudah tak lagi muda, Asih penjual es teh harus menghadapi kerasnya kehidupannya.

Terutama karena ia tak memiliki biaya untuk membangun rumah.

Namun belakangan, Asih mengungkapkan kebahagiaan dan kelegaannya karena terdaftar sebagai penerima bantuan prioritas.

Senyum lebar tak bisa disembunyikan Tri Widiatsih atau akrab disapa Asih (51), warga Kelurahan Sragen Tengah, Kabupaten Sragen.

Setelah sekian lama tinggal di rumah tanpa atap, kini tempat tinggal sederhana itu akhirnya masuk daftar penerima bantuan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dari Lazismu.

“Saya inginnya rumahnya jadi, bisa ditempati, jadi nyaman, anakku nyaman, saya juga nyaman. Besok ke depannya saya bisa punya rumah sendiri,” ucap Asih dengan mata berbinar, Kamis (21/8/2025).

Bagi Asih, bantuan ini adalah harapan besar di tengah hidupnya yang serba terbatas.

Sehari-hari ia hanya berjualan es teh di tepi Jalan Raya Sukowati, tak jauh dari rumahnya.

Rumah tersebut berjarak kurang lebih 35 kilometer atau 40 menit berkendara dari kota Solo.

Baca juga: Putar Balik Sembarangan, Pemotor Vespa Sebabkan Kecelakaan Maut di Jalan Diponegoro Surabaya

Kadang ia bergantian dengan sang suami, kadang menambah pemasukan dengan berjualan makaroni telur (maklor) ke sekolah-sekolah.

Namun, penghasilan yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari.

“Kalau jual maklor itu harganya Rp 2.000, Rp 3.000, pendapatan tidak mesti, kadang dapat Rp 30.000 syukur, kadang Rp 50.000 ya syukur,” kata Asih.

“Kalau es sehari 50 cup itu kadang tidak habis, kadang habis 20 cup, 1 cup Rp 3.000. Kalau habis 20 cup, ya dapat Rp 60.000,” tambah Asih.

TANPA ATAP - Rumah warga Kelurahan Sragen Tengah, Kecamatan/Kabupaten Sragen yang dihuni tanpa atap, Kamis (21/8/2025). Rumah yang dihuni Tri Widiatsih (51) bersama suami dan seorang anaknya yang masih duduk di kelas 6 SD ini tidak beratap juga tidak memiliki pintu.
TANPA ATAP - Rumah warga Kelurahan Sragen Tengah, Kecamatan/Kabupaten Sragen yang dihuni tanpa atap, Kamis (21/8/2025). Rumah yang dihuni Tri Widiatsih (51) bersama suami dan seorang anaknya yang masih duduk di kelas 6 SD ini tidak beratap juga tidak memiliki pintu. ((TribunSolo.com/ Septiana Ayu))

Dengan kondisi itu, membangun rumah hanyalah angan.

Pintu pun tak punya, hanya selembar kain yang menutup celah.

“Tidak ada pintu, karena tidak punya kayu, mau gimana lagi, jadinya ditutup gitu aja pakai kain,” ujar Asih lirih.

Ia pernah menabung sedikit demi sedikit.

Kadang Rp 5.000 ia sisihkan, tapi sering pula habis untuk kebutuhan anak dan sekolah.

“Kalau mau beli triplek juga mahal, kalau beli triplek makan anakku gimana. Kan kesehatan anak juga utama,” tambah Asih.

Kini, berkat Lazismu, angan itu perlahan menjadi nyata.

Rumah Asih diprioritaskan sebagai penerima bantuan RTLH.

Baca juga: Anak Anggota Dewan ini Pamer Kena Tilang saat Kemudikan Mobil: Gak Semua Anak DPR Suka Nyuap

“Rumah Ibu Asih ini, berdasarkan asesmen, dindingnya Alhamdulillah sudah kokoh, tinggal bagian lantai dan atap. Anggarannya kurang lebih Rp 11 juta sampai Rp 15 juta,” jelas Kepala Divisi Program Lazismu Sragen, Sapto Priyo Utomo.

Sapto menambahkan, pengerjaan rumah akan dimulai September mendatang dan diperkirakan rampung dalam 1–2 bulan.

"Untuk pengerjaan sendiri, kami sudah berkoordinasi dengan pihak kelurahan, yang mana perencanaannya menunggu hasil dari RAB dan juga plan dari kelurahan, rencana nanti dimulai bulan September, selesai kurang lebih 1 sampai 2 bulan," tambah Sapto.

Bagi Asih, tak ada yang lebih berharga selain bisa segera menempati rumah layak bersama keluarganya.

“Ada bantuan saya senang, bersyukur bisa dibantu, bisa membuatkan atap rumah saya. Terima kasih banget, sambil jalan ingin cepat jadi rumahnya. Tapi pendapatan sehari tidak sampai Rp 100 ribu, hanya cukup untuk makan,” tutup Asih.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved