Harus pelan, tapi pasti sampai puncak. Medan yang dilalui pun tidak mudah. Karena, kanan kiri jalan setapak itu adalah jurang. Bahkan, 100 meter sebelum sampai ke titik goa, jalannya semakin menyempit.
Tak hanya itu, jalanannya sangat licin dan mepet dengan tebing. Jalanannya berlumpur. Jika tidak hati - hati, siapapun bisa terpeleset dan masuk ke dalam jurang. Tidak ada pembatas jalan, atau pegangan satupun di jalan setapak ini.
Kondisi semakin berat, saat warga yang harus membawa sesaji anak kambing, dan ayam. Mereka harus menggendongnya sampai puncak gua widodaren tersebut.
Baca: Jelang Yadnya Kasada, Hotel di Gunung Bromo Diserbu Wisatawan
Hal itulah yang dilakukan Suwarno. Pria asal Lumajang ini, membawa anak kambing. Hal itu dilakukannya untuk memenuhi kewajibannya tahun lalu.
Setahun yang lalu , ia pernah datang ke goa ini dan bertemu sesepuh tengger. Ia meminta lancar rezeki dan usahannya diberikan keberkahan.
"Saat itu saya berjanji dalam hati, semisal terwujud, saya akan datang kesini lagi membawa anak kambing. Ya, ternyata terwujud dan saya harus menepatinya," katanya kepada Surya.
Dia mengaku lelah karena harus menggendong anak kambing dari bawah. Namun, hal itu tidak bisa tidak dilakukan, karena wajib.
Ia terpaksa mengajak tiga saudaranya untuk membantu menggantikan menggendong anak kambing agar bisa sampai puncak goa.
"Saya dulu diberi informasi teman, bahwa air suci goa ini mujarab bisa mendatangkan jodoh dan rejeki berlimpah. Makanya saya datang kesini, dan mencobanya, ternyata berhasil," jelasnya.
Untuk yang datang mengambil air suci ini tidak hanya orang dewasa, anak - anak pun ikut andil. Seolah tak ada rasa lelah, anak - anak inipun tampak bersemangat menyusuri jalan menuju goa.
Padahal, orang dewasa pun belum tentu kuat untuk bisa sampai ke atas. Hal itu juga yang tampak dilakukan oleh anak kecil perempuan yang bernama Nesa. Ia datang bersama ayah dan ibunya.
"Caca .. maricaa euy, caca maricaa euy euy, caca marica ada dimana - mana,". Kalimat itu yang selalu diucapkan oleh Nesa. Ia tampak bersemangat saat naik ke puncak goa. Ia seolah tak pernah lelah.
Menggunakan kaus warna pink dipadu dengan celana warna hitam, Nesa tampil casual. Ia seakan tak peduli meski jarak tempuh yang dilaluinya cukup berat. Tangan Nesa digandeng ayah dan ibunya yang mau menuju puncak goa.
Sesampainya di atas , warga pun langsung mendatangi sesepuh tengger yang sudah duduk bersilah di depan sebuah patung persembayangan.