TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Kurangnya minat baca pada siswa SMA karena menganggap buku itu membosankan, mendorong Teguh Dewangga mencetuskan untuk membuat buku sastra, yakni kumpulan cerpen dengan puluhan ilustrasi sebagai pendukung.
"Kumpulan cerpen bertema kearifan lokal ini saya tulis dengan genre gotik dilengkapi ilustrasi berwarna. Saat ini cukup jarang ada buku dengan ilustrasi berwarna," ujar mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Negeri Malang (UM) itu pada Suryamalang, Senin (10/7/2017).
Tak hanya ilustrasi, buku yang berjudul Rakai Langit itu berbasis Augmented Reality dan bisa menampilkan audio visual ketika dipindai dengan aplikasi AR yang ia buat.
"Ilustrasi pada sampul akan menampilkan teaser video jika dipindai menggunakan aplikasi, sedangkan ilustrasi pada tiap cerpen akan memunculkan gambaran cerita masing-masing," terang mahasiswa asal Malang itu.
Baca: Seleksi Jalur Mandiri di UB dan UM Dimulai, Inilah Jurusan yang Paling Diburu
Awalnya, ia hanya ingin memvisualisasikan yang sulit digambarkan dari cerpen bertema gotik dan kritik sosial secara explisit itu. Tujuannya agar pembaca yang kurang mengerti bisa memahaminya.
"Sekaligus juga menarik minat baca masyarakat," katanya.
Cerita pendek yang ia tulis dalam buku tersebut, sebanyak 80 persen adalah cerpen juara tingkat nasional atau sudah pernah dimuat di surat kabar.
"Sejak semester 1 sudah mulai suka nulis, jadi setiap mendapat inspirasi saya usahakan langsung dicatat," ceritanya.
Teguh berencana untuk membuat film pendek dari semua novelnya sehingga lebih interaktif dan menarik.
"Saya banyak terinspirasi dari Dewi Lestari yang mulai memvisualisasikan novelnya menjadi film dan serial pendek di youtube untuk menarik pembaca," ungkap Teguh.
Baca: Diberhentikan dari Jabatannya, Pria ini Gugat Wali Kota Batu
Buku Rakai Langit sudah dicetak dan laku sebanyak 100 eksemplar dengan promosi lewat instagram @rakai.langit.
"Aplikasinya sementara ini kami kirimkan pada pembeli, namun juga dalam proses pendaftaran di play store agar memperpendek distribusinya," bebernya.
Meski saat ini baru diterbitkan oleh penerbitan milik timnya sendiri, namun buku itu sudah terjual hingga Jerman, Singapura, Malaysia, Hongkong, dan Thailand.