Perang Lawan Narkoba

Bos Disk Jockey ini Bertahun-tahun Jadi Budak Narkoba, Begini Penyesalannya

Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi pengguna narkoba

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Suara pria itu terdengar menggebu ketika mengisahkan cerita suram saat masih menggunakan narkoba selama sekitar empat tahun.

Setelah berhenti total sejak awal 2017, Handika (bukan nama sebenarnya) kini kesal betul dengan barang haram itu.

“Bahayanya bikin bodoh. Kerja nggak tenang,” ujar CEO sebuah label disjoki (disk jockey/DJ) di Malang itu, pekan lalu.

Ia mengakui, godaan narkoba bagi para pekerja dunia malam cukup besar. Terutama bagi mereka yang berduit dan tak punya pendirian teguh.

(Pernah Dekat Narkoba, Pengakuan Rocker Roy Jeconiah Bikin Merinding)

Handika sudah akrab dengan dunia malam sejak duduk di kelas 2 SMA. Namun, ia mulai tampil sebagai DJ pada 2009, ketika berkuliah.

Godaan narkoba mulai menghampiri saat namanya dikenal luas di kalangan dunia malam tiga tahun kemudian. “Masuk tawaran waktu namaku sudah naik daun,” ujarnya.

Orang yang pertama kali mengenalkannya dengan narkoba tak lain teman dekat yang dikenalnya di dunia hiburan tersebut.

Handika mengaku, awalnya hanya diberi secara cuma-cuma. Lama-kelamaan ia pun membelinya.

“Harganya saat itu Rp 500 ribu, dapat sebutir,” ujarnya.

(Makin Menembus Batas, Kamar Mayatpun Jadi Lokasi Peredaran Narkoba)

Narkoba yang banyak beredar di kalangan pekerja dunia malam di Malang, kata Handika, adalah pil ekstasi alias ineks.

Meski dunia malam dianggap sebagai “sarang” narkoba, ia memastikan tak semua orang mudah dibujuk untuk memakai narkoba.

“Itu tergantung personalnya. Kalau emang nyonyo, ya gampang banget dimasukin gitu-gitu. Dan, intinya dia punya uang saja. Meskipun nyonyo tapi tidak punya uang, ya tidak bisa toh,” tuturnya.

Artis dan pekerja hiburan malam memang menjadi sasaran empuk para bandar narkoba.

(Mobilnya Dihentikan Polisi, Pria Ngotot Ngajak Debat, Baru Diam Karet Kaca Mobilnya Dicongkel)

Banyak modus yang dipakai untuk menjebak para artis. Salah satunya, yakni dengan iming-iming supaya badan tak mudah capai.

Penyanyi Leony Sweet Adeline punya pengalaman itu saat punya jadwal tour.

Ketika itu, ia ditawari memakai narkoba oleh orang-orang di sekelilingnya dengan modus agar badan tetap bugar meski jadwal padat.

“Aku bilang, aku cukup istirahat aja sama (minum) vitamin,” terang wanita yang pernah mengikuti audisi Indonesian Idol dan AFI itu.

(Tiga Bulan Aliran Air PDAM Surabaya Macet Total, 250 KK ini Kelimpungan, Protesnya Juga Tak Digubris)

Wanita yang juga bebas dari minuman keras itu menyampaikan, dalam beberapa kesempatan memang beberapa kali ditawari.

Namun karena selalu menolak, tawaran itu pun mulai berkurang.

Tawaran memakai narkoba ada juga yang bermodus supaya enjoy.

Bagi penyanyi, enjoy yang dimaksud adalah rasa nyaman ketika berada di atas panggung. Namun, Leony punya pandangan berbeda.

“Aku, sih, mikirnya enjoy aja lihat audience ramai. Sudah enjoy. Adrenaline sudah keluar saat melihat audience jingkrak-jingkrak,” tuturnya.

(Tiket Dijual Rp 10 Jutaan, Ratusan Orang Ikuti Festival Seks di Hutan)

Penyanyi lain, Ami, mengaku tak pernah susah menolak tawaran narkoba. Bagi dia, tak ada alasan untuk memakai barang haram itu.

“Hidupku sudah cukup menyenangkan tanpa narkoba. Jadi buat apa beli narkoba mahal-mahal kalau memang enggak butuh,” ucap dia.

Tawaran narkoba pertama kali Ami alami ketika awal-awal menjadi homeband.

Di salah satu tempat hiburan kala itu, ia banyak mendapat kawan baru. Beberapa di antara mereka lah yang suka menawarkan narkotika dan obat-obatan terlarang.

Tawaran dari orang yang baru dikenal juga datang ketika trip di luar kota.

“Dan untungnya teman-teman yang pakai narkoba juga enggak pernah maksa aku untuk ikutan pakai. Karena tahu aku enggak suka, mereka enggak pernah nawarin lagi,” tuturnya.

(Naik Kereta ke Surabaya Bawa 4 Kg Sabu, Wanita ini Sembunyikan di Barang Empuk Kesukaannya)

Untuk menghindari dari jebakan rekan yang suka iseng memasukkan barang-barang haram di dalam minuman.

Ia tak pernah meninggalkan gelas ketika sedang ingin ke toilet atau ke tempat lain dalam waktu sebentar. Agar aman, ia menitipkan kepada bartender.

Pengalaman ditawari narkoba juga pernah dirasakan Inung, bassist group band Shance Voice.

Namun, cewek 22 tahun bernama asli Nur Aida ini memilih selalu menolak tegas setiap kali mendapat tawaran itu.

“Jangankan narkoba, minum minuman keras saja saya tidak pernah mau kok. Dan saya selalu tegas menolaknya,” jawab musisi rock yang kerap tampil di sejumlah stasiun layar kaca ini.

(Kepala BNNP Jatim Perintahkan Tembak Ditempat Pengedar Narkoba)

Selama ini, yang paling kerap dirasakan oleh Inung adalah tawaran minuman keras. Utamanya ketika dia sedang tampil di kafe, pub, atau tempat-tempat hiburan lain.

Untuk menghormati si pemberi, dia biasa menerima minuman itu. Namun, disampaikan bahwa bukan dirinya yang meminum, tapi akan diberikan kepada teman atau orang lain yang mau meminumnya.

“Jika yang nawari itu terkesan memaksa, saya juga terpaksa harus lebih tegas menolaknya,” sebut dara kelahiran Surabaya ini.

Diakuinya, narkoba memang sangat rentan dengan aktivitas yang sedang dilakoninya beberapa tahun belakangan.

Apalagi, sebagai seorang cewek yang mengguluti dunia rock, aliran yang masih banyak dituding sangat dekat dengan dunia alkohol dan narkoba.

“Tapi semua tetap kembali ke diri kita masing-masing. Sejak awal, saya sudah tidak mau mendekati narkoba dan minuman keras. Itu prinsip, dan saya akan selalu berusaha menjalaninya,” tegas Inung.

(Inilah Detik-detik Sebelum Pemuda Sidoarjo Tewas Diterjang Ombak Pulau Gili Ketapang)

Sasaran meluas

Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur mendata, penggunaan narkoba menjalar di seluruh kalangan masyarakat.

Itu artinya, bukan hanya kalangan artis dan pekerja dunia malam saja yang menjadi objek sasaran pengedaran barang haram itu.

Kepala BNNP Jatim Brigjen Pol Fatkhurrahman mengatakan, peredaran narkoba di Jatim menyebar mulai kota besar sampai pedesaan.

Tren ini berbeda dengan kondisi tahun 1980-an. Saat itu, pengedaran narkoba lebih banyak ditemukan di tempat hiburan di kota-kota besar.

(Tarik Wisatawan ke Gunung Bromo, Suku Tengger Gelar Karnaval Tradisional ini)

Sementara saat ini, di desa dan di kampung juga banyak ditemui pemakai narkoba.

“Sebagai contoh, kemarin yang terakhir, kami membongkar jaringan narkoba di Kota Pasuruan. Dari hasil pemeriksaan, narkoba itu akan disebarkan ke Pasuruan, Banyuwangi, dan Jember. Artinya, bandar menyasar sampai ke kota kecil,” ujarnya.

Selama sekitar satu semester terakhir, BNNP belum menerima informasi soal publik figur yang tersandung masalah narkoba di Jawa Timur.

Meski begitu, kata Fatkhur, tak menutup kemungkinan ada peredaran narkoba di kalangan itu, seperti halnya kelompok lainnya. (Aflahul Abidin/M Taufik/Achmad Pramudito)

Berita Terkini