Kini, tak ada lagi rumah berisi pekerja seks komersial yang secara terang-terangan meladeni pria hidung belang.
2. Pernah jadi alasan teror rumah dinas Risma
Keputusan penutupan lokalisasi Dolly sempat digunakan sebagai alasan pelaku teror.
Bahkan, hal itu dijadikan oleh orang tak dikenal untuk melakukan teror di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang terletak di Jalan Sedap Malam, pada 19 Oktober 2016.
Ancaman itu disampaikan seseorang melalui telepon.
Berdasarkan informasi yang dikutip dari Tribunnews, penelpon gelap itu meminta agar Risma membuka kembali lokalisasi Dolly yang telah tutup sejak tahun 2014.
3. PSK Dolly pindah operasi ke lokasi lainnya pasca penutupan
Penutupan lokalisasi Dolly, rupanya tidak membuat praktik prostitusi hilang begitu saja kala itu.
Sebab, para pekerja seks yang biasa beroperasi di Gang Dolly, justru berpindah ke kawasan lainnya.
Hal itu disampaikan oleh Marsikan, fasilitator advokasi Yayasan Paramitra Malang, sebuah LSM yang bergerak bidang advokasi penyebaran HIV/AIDS di kalangan PSK di Malang.
"Ada puluhan PSK yang ditolak di Dolly dan memutuskan meninggalkan lokalisasi Dolly, yang kini pindah ke Malang," kata Marsikan, Rabu (15/1/208).
4. Heboh praktik prostitusi e-Dolly
Dulu, masyarakat juga dihebohkan dengan berkembangnya praktik prostitusi menggunakan teknologi.
Bahkan, Tribunnews.com memberitakan praktik prostitusi berbasis teknologi itu dengan sebutan e-Dolly.
Mereka menggunakan perangkat elektronik dan teknologi informasi menawarkan jasa prostitusi.