Laporan Wartawan TribunJatim.com, Triana Kusumaningrum
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat alat pengering gabah menggunakan fenomena wind corona.
Tiga mahasiswa tersebut adalah Ahmad Bariq Al Fahri, Pinanggih Rahayu dan I Wayan Ersa Saputra.
Ahmad Bariq Al Fahri, ketua tim mengatakan, banyak proses pengolahan padi menjadi beras.
Seperti pengeringan gabah yang dilakukan secara konvensional yakni menjemur gabah selama berhari-hari.
"Pengeringan menggunakan sinar matahari langsung, membutuhkan waktu minimal tiga hari untuk mendapatkan gabah yang kering sempurna. Dengan catatan kondisi panas matahari stabil dan cukup selama waktu pengeringan," ujar Ahmad Bariq Al Fahri, Rabu (1/8/2018).
• 10 Informasi Pendaftaran CPNS 2018, Ada Berkas Tambahan hingga Tes, yang Terbaru Soal Jadwal Mundur
Dikatakan pria yang disapa Bariq ini, metode mengandalkan sinar matahari ini sangat merugikan petani.
Apalagi jika dikaitkan dengan cuaca di Indonesia yang tidak menentu.
Hal ini membuat Bariq dan dua temannya Pinanggih dan Wayan menciptakan metode pengeringan gabah yang efektif dan ramah lingkungan.
"Inovasi ini memanfaatkan fenomena wind corona sebagai solusi baru pengeringan gabah," ujar Bariq.
Melalui wind corona proses pengeringan gabah berlangsung singkat, yakni cukup satu jam saja.
• Klarifikasi Shandy Aulia Usai Buat Sule Marah Gara-Gara Rumah Tangganya Disinggung di Ini Talkshow
Wind corona sendiri merupakan fenomena tegangan tinggi yang timbul ketika level tegangan belum mencapai kondisi untuk dapat mengalirkan alur listrik (pre- breakdown).
Bariq mengatakan, wind corona ini akan menimbulkan suatu medan di antara dua elektroda.
“Dalam kasus ini, elektroda berbentuk jarum pada bagian atas dan lingkaran sebagai tempat diletakkannya gabah,” terangnya.