TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Paguyuban Angkutan Umum Kota (Angkot) memprotes keberadaan Bajai Angkutan Lingkungan (Angling), program dari Dinas Perhubungan Tuban yang telah beroperasi setelah diresmikan Bupati Fathul Huda, 27 Juli 2018.
Rencananya Kamis (9/8/2018) nanti, Paguyuban Angkot yang terdiri dari Lyn A,B dan C akan menggelar unjuk rasa besar-besaran atas keberadaan Bajai yang dikelola BUMD PT Ronggolawe Sukses Mandiri dan dinilai sangat merugikan sopir angkot tersebut.
Pasalnya, tidak berlakunya trayek bagi Bajai membuat para sopir angkot kesulitan untuk mencari penumpang.
Terlebih, ditambah adanya fasilitas SMS yang bisa membuat sopir bajai menjemput penumpang di manapun. Hal itu tentu membuat pendapatan sopir angkot berkurang drastis.
"Adanya sistem jemput oleh sopir Bajai ini membuat pendapatan angkot menurun drastis. Sekarang susah cari penumpang," tegas Sopir Angkot, Mohamad Askabul Khafi (39), saat mangkal di Pasar Baru Tuban, Selasa (7/8/2018).
• Angkutan Umum Bajai Batik Resmi Beroperasi di Tuban
Sopir asal Merak Urak itu menjelaskan, jika biasanya mampu mendapatkan hasil kotor Rp 200 ribu, dengan keberadaan Bajaj sekarang hanya mampu mendapat hasil separuhnya saja.
Bahkan, diakuinya setiap hari dia hanya mampu mendapat hasil kotor Rp 100 juta. Dengan rincian, Rp 70 ribu untuk beli bensin, sisanya Rp 30 ribu untuk dibawa pulang.
"Susah sekarang cari penumpang, ditambah adanya Bajaj yang sekali trip bisa muat tiga penumpang," terangnya.
Hal sama juga disampaikan sopir angkot lainnya, Mohamad Sabri (53). Warga Tuban kota itu menyatakan, keberadaan Bajaj itu sangat mengancam keberlangsungan angkutan kota.
• Disiplinkan Guru, Dinas Pendidikan Akan Terapkan Absensi Online
Sebab, kendaraan roda tiga asal India tersebut bisa beroperasi non trayek, yang juga melintasi jalur angkot.
"Dampaknya sudah terasa, sekarang cari penumpang susah," keluhnya.
Sementara itu, Direktur Operasional dan Keuangan PT Ronggolawe Sukses Mandiri, Amin Jaya menyatakan, adanya kendaraan Angling bajaj ini tentu diharapkan bisa sinergis dengan kendaraan lainnya.
Misal, angkot tidak bisa menjangkau tempat perumahan, gang sempit, atau bahkan tempat wisata. Bajaj bisa mengantarkan.
"Harapannya bisa sinergis, bahkan Bajaj bisa beroperasi hingga malam hari," ungkapnya.
• Mantan Bacabup Jember Dituntut 10 Tahun Penjara, Gara-gara Kepemilikan Narkoba
Disinggung soal non trayek bagi Bajai, Amin menjelaskan, terkait hal itu urusan atau kewenangannya dengan dinas perhubungan. Pihaknya hanya mengelola saja selaku operator.