TRIBUNJATIM.COM - Baru-baru ini sebuah kabar duka dari seorang mahasiswi yang ada di Jerman.
Shinta Putri Dina Pertiwi, mahasiswi asal Malang, Indonesia ini meninggal dunia di Jerman.
Shinta terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Kedokteran di Jerman.
Kabarnya, Shinta meninggal di danau Trebgaster, Bavaria, pada Rabu (8/8/2018) lalu.
• 7 Fakta Baru Mahasiswi Malang yang Tewas di Jerman, Hasil Otopsi Bikin Keluarga Hanya Bisa Pasrah
Berikut ini adalah sejumlah cerita lainnya terkait meninggalnya Shinta yang berhasil dirangkum oleh TribunJatim.com.
1. Punya rencana menikah pada Desember
Cerita lain dari meninggalnya Shinta Putri Dina Pertiwi, mahasiswi asal Kota Malang yang tewas tenggelam di Danau Trebgaster, Bavaria, Jerman adalah rencana pernikahnnya yang akan dilaksanakan pada Desember tahun ini.
Ibunda Shinta, Umi Salamah (55), mengungkapkan putrinya itu akan menikah dengan pacaranya yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Desember nanti selesai dan rencana mau menikah. Dia sudah lima tahun belum pulang karena memang komitmennya tidak pulang sebelum selesai kuliah,” ungkap Umi Salamah, Selasa (14/8/2018).
Setelah melangsungkan pernikahan, Shinta akan kembali lagi ke Jerman bersama suaminya untuk menempuh pendidikan S3.
• Usai Libur Arema Bakal Lakukan Dua Kali Uji Coba
Namun rencana pernikahan itu dipastikan gagal karena takdir berkata lain.
Kini keluarga besarnya yang berada di Malang menunggu kepulangan jenazah Shinta dari Jerman.
Rencananya, jenazah Shinta akan tiba di Kota Malang pada Kamis atau Jumat.
Di hari yang sama, Plt Wali Kota Malang, Sutiaji mengunjugi rumah duka yang terletak di Bandulan, Gang 12 pada Selasa sore.
• Tak Cuma Persebaya, Supriadi Ternyata Juga Diminati 2 Klub Lainnya, Bhayangkara FC Termasuk
Sutiaji datang bersama sejumlah staf Pemkot Malang.
Dikatakan Sutiaji, awalnya Pemkot Malang bermaksud membantu kepulangan dari Jakarta menuju Kota Malang.
Namun, ternyata rencana itu tidak jadi karena keluarga sudah menyiapkan sendiri kendaraan yang mengantarkan jenazah dari Jakarta ke Kota Malang.
“Jadi sebetulnya kami ingin membantu, kami akan menjemput dari Jakarta, kita sewakan kendaraan.Maunya kami kirimkan ambulans, namun ternyata sudah dihandle oleh keluarga. Jadi kami ikut belasungkawa, karena secara tidak langsung Shinta sudah mengharumkan nama Indonesi,” ujar Sutiaji.
Sutiaji juga menyampaikan, atas nama warga Kota Malang, dan keluarga mohon maaf apabila ada kesalahan.
“Hari ini Kota Malang ikut belasungkawa karena ada putri terbaiknya meninggal. Harapannya bisa mengabid di Indonesia, tapi Allah punya cara lain untuk menyayangi Shinta,” imbuh Sutiaji.
• Nana Mirdad Kecewa Fotonya Dijadikan Iklan Obat Pelangsing, Caranya Mengkritik Malah Banjir Pujian
2. Minta penggalangan dana dihentikan
Umi Salamah, Ibu Shinta Putri Dina Pertiwi, meminta penggalangan dana untuk putrinya dihentikan.
Wanita berusia 54 tahun ini mengatakan tidak lagi menerima sumbangan dari masyarakat untuk biaya kepulangan jenazah Shinta dari Jerman.
"Saya sudah meminta untuk tidak ada lagi sumbangan," kata Umi saat ditemui di kediamannya di Sukun, Kota Malang, Selasa (14/8/2018).
Sebelumnya, terdapat penggalangan dana yang dilakukan melalui sebuah website.
Terakhir, biaya yang berhasil terkumpul sejumlah Rp 120 juta.
Dibanding biaya, dosen Universitas Brawijaya, Malang ini, mengaku membutuhkan doa dari masyarakat Indonesia.
"Sudah ada yang membantu untuk biaya. Saya butuh doanya. Semoga Shinta bisa terima amalannya," ucap Umi.
Seperti diketahui, Shinta Putri Dina Pertiwi merupakan warga asli Kota Malang yang ditemukan meninggal di Jerman, pada Kamis (9/8/2018) lalu.
Wanita yang berstatus sebagai mahasiswi di Universitas Bayreuth, Jerman ini ditemukan tidak bernyawa setelah menghilang di danau Trebgast.
Shinta meninggal usai tenggelam di Danau Trebgast pada Rabu (8/8/2018).
• Kemendagri Siapkan Banyuwangi jadi Tujuan Belajar Negara Asean
3. Puisi dari sang ibu
Meninggalnya Shinta Putri Dina Pertiwi telah meninggalkan luka mendalam bagi keluarganya.
Terlebih, Shinta meninggal di Jerman, yang jauh dari sanak keluarga.
Pihak keluarga pun mengaku tidak menemukan firasat tentang kepergian Shinta.
Hanya saja, saat kejadian tenggelamnya Shinta, Umi Salamah, Ibu Shinta, mengaku menemukan keanehan dari dirinya.
• Wakil Sekjen PBNU: Dalam Tradisi, Jabatan Rois Aam NU, KH Maruf Amin Berlaku Sampai Wafat
Wanita berusia 54 tahun ini mengatakan dirinya sangat gelisah dan merindukan sosok putri semata wayangnya.
"Kalau firasat tidak ada. Saya cuma gelisah. Saya kangen Shinta," ujar Umi, Selasa (14/8/2018).
Untuk mengurangi gelisahannya, Umi mengaku tergerak untuk menulis sebuah puisi.
Saat itu, Umi menuliskan puisi dengan judul Bidadari Kecil, yang ditujukan untuk Shinta.
• Desember 2018 Jembatan Brawijaya di Kota Kediri Harus Tuntas
Ia juga sempat mengunggah hasil karyanya di media sosial dengan tujuan agar Shinta mengerti jika dirinya rindu.
"Saya tulis puisi soal Bidadari Kecil. Berharap supaya ada respon dari Shinta bahwa saya kangen dia," ucap Umi.
Namun, bukannya kabar dari Shinta, Umi mendapat panggilan dari sebuah perkumpulan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman.
Saat itu, hati Umi merasa hancur usai mendapat kabar jika Shinta menghilang saat sedang berenang di danau Trebgast, Jerman.
"Hari kamis saya terima kabar itu. Saya kaget. Tidak bisa apa-apa," kata Umi.
• 5 Artis Ini Rela Tak Makan Nasi Demi Dapatkan Tubuh Ideal, Ada yang Sampai 20 Tahun!
4. Sang ibu menangis saat mengaji
Meninggalnya Shinta Putri Dina Pertiwi membawa kesedihan yang mendalam bagi keluarga besanya di Sukun, Kota, Malang, Jawa Timur.
Khususnya bagi sang Ibu, Umi Salamah, yang dikenal sangat dekat dengan Shinta semasa hidupnya.
Usai mendengar kabar kematian sang anak di Bavaria, Jerman, Umi mengaku berat menerima kenyataan putrinya telah tiada.
Namun, perlahan, Umi mengaku sudah menerima kenyataan jika anak perempuan satu-satunya di keluarganya meninggal dunia.
• 23 Ton Sumbangan Warga eks Karesidenan Madiun Diangkut Hercules dari Lanud Iswahjudi
"Awalnya berat. Tapi sekarang saya mulai ikhlas. Saya percaya, semuanya dari Allah dan akan kembali lagi pada Allah," ucap Umi, Selasa (14/8/2018).
Jika mengingat kematian sang putri, wanita berusia 54 tahun ini mengaku tidak henti-hentinya menangis.
Hingga dirinya merasa tidak ada lagi air mata yang bisa ia keluarkan saat mengetahui Shinta meninggal di negara lain.
"Saya mengaji, sampai menangis sendiri. Saya sudah kehabisan air mata. Saya takut, anak saya di sana sendirian, kedinginan," kata Umi.
• Hanya Penuhi 40 Persen Kebutuhan Air Minum di Sidoarjo, Begini Kata Anggota Komisi V DPR RI
Dosen Universitas Brawijaya, Malang, ini berharap Shinta meninggal dalam keadaan yang tenang.
Umi percaya jika putrinya meninggal secara syahid dan sedang dalam keadaan berjihad.
"Di sana Shinta sedang menempuh pendidikan. Saya anggap itu sebagai kematian yang khusnul khotimah. Karena hanya itu yang menghibur saya," tambahnya.
• Peringati Hari Pramuka, Siswa dan Bupati Sidoarjo Ramai-ramai Lepas Burung di Alun-alun
5. Tak punya riwayat penyakit
Umi Salamah, Ibu Shinta Putri Dina Pertiwi, menegaskan jika putrinya tidak memiliki riwayat sakit.
Termasuk permalasahan jantung yang diduga kuat menjadi penyebab meninggalnya Shinta saat berenang di danau Trebgast pada Kamis (9/8/2018).
"Shinta tidak punya sakit apapun. Tidak punya keluhan penyakit jantung," kata Umi, Selasa (14/8/2018).
Menurut Umi, anak perempuan satu-satunya dalam keluarganya tersebut hanya mengeluhkan sakit ringan.
• Liga 1 Libur, Pemain Persebaya Dapat Jatah Libur Seminggu
Seperti pilek, batuk, atau gangguan penyakit kulit akibat jerawat, yang semuanya dalam tanggungan asuransi di Jerman.
"Itu pun kalau mengeluh sakit sudah ditanggung asuransi," ucap Umi.
Saat berenang, Umi membenarkan jika putrinya kerap menggunakan pakaian renang muslim.
Meski ketat, pakaian khusus renang muslim dirancang menutupi kulit bagian tangan, tubuh, hingga kaki, serta penutup kepala.
• Usai Libur Arema Bakal Lakukan Dua Kali Uji Coba
"Pakaian renangnya beli di Indonesia," sambungnya.
Sebelumnya, dilansir dari Neue Presse Coburg, seorang dokter rumah sakit gawat darurat Stadtsteinach, Matthias Olszewski, menduga jika Shinta terkena serangan jantung.
Saat itu, daerah Bavaria sedang dalam cuaca panas hingga menyebabkan suhu dalam air danau menjadi tinggi.
"Panas yang hebat adalah masalah umum pada gangguan sirkulasi," kata dokter Matthias Olszewski.
Disebutkan, dalam keadaan panas, tubuh terus mengkompensasi panas sehingga dibutuhkan cairan yang cukup.
Dokter Matthias Olszewski juga menduga pakaian renang yang digunakan Shinta semakin memperburuk kondisinya di dalam air.
• Ibu Supriadi Sebut Dua Tim yang Incar Putranya Selain Persebaya, di Antaranya Klub asal Kalimantan
Menurut dokter Matthias Olszewski, penggunaan pakaian yang besar dan tertutup dalam kondisi cuaca yang panas, dapat memperburuk suhu tubuh.
"Dalam hal ini, itu juga dapat menyebabkan kelemahan sirkulasi hingga kehilangan kesadaran," ucap dia.