Mengenang Pemberontakan Kapal Zeven Provincien, Bermula dari Protes Pemotongan Gaji

Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal Zeven Provincien

Menurut rencana pelayaran "pameran bendera" itu akan dilanjutkan ke Deli, Bengkalis, Sambu dan Priok untuk kembali ke pangkalannya pada tanggal 1 Maret.

Aksi protes

Sementara itu pemerintah pusat telah menentukan bahwa penurunan gaji itu tetap dijalankan, hanya saja empat persen, bukan tujuh persen. Para perwira yang sudah berdinas lebih dari sepuluh tahun tetap dikenakan lagi pertgurangan sebanyak tujuh persen.

Itu hanya berlaku untuk pegawai yang Belanda, belakangan diputuskan lagi bahwa yang inlander ditambah lagi pemotongan bukan empat persen, tetapi tujuh persen.

Suatu diskriminasi yang sangat menyolok, apa lagi jika diingat pegawai anak negeri rata-rata hanya digaji separuh dari rekannya yang "Eropa".

Pada tanggal 30 Januari terjadi pemogokan oleh bawahan bangsa Belanda, yang mengakibatkan puluhan orang ditahan. Tanggal 3 Februari disusul oleh rekan-rekan mereka yang pribumi, sehingga ratusan orang dimasukkan tahanan di Madura.

Berita-berita tentang diteruskannya penurunan gaji dan aksi-aksi di Surabaya serta penangkapan rekan-rekan mereka sampai juga ke anak buah kapal Zeven.

Mereka kecewa dan mendongkol sebab merasa dibohongi oleh atasan. Diam-diam terjadi kasak-kusuk untuk mengadakan aksi. Para pelopor aksi ialah Paradja seorang nasionalis yang sudah empat kali diperingatkan, tetapi seorang pelaut tangguh sehingga dia dipilih untuk pendidikan lanjutan untuk calon bintara dari dua belas orang calon.

Mereka terdiri atas Rumambi, seorang kopral telegrafis, Gosal, seorang kopral perawat, juru minyak Hendrik dan kelasi Kawilarang, ditambah beberapa orang lagi.

Mereka ini bertekad untuk mengambil alih kapal dengan cara mendadak, lalu berlayar ke Surabaya sebagai protes atas penurunan gaji dan menuntut pembebasan tawanan. Mereka memilih hari Sabtu, tanggal 4 Februari, karena mereka memperkirakan bahwa pada hari itu sebagian terbesar perwira dan bintara akan mendarat.

Juga ditentukan bahwa akan dilakukan kekerasan seminimal mungkin dan bahwa mereka segera akan menghentikan aksi setelah mencapai hasilnya.

Sebagian besar bawahan Belanda mengetahui rencana itu, tetapi mereka tidak mengambil suatu tindakan atau melapor kepada atasan, bahkan banyak di antaranya yang aktif mendukung aksi itu.

Pesta dansa

Sementara di kapal api pemberontakan membara, komandan kapal dan perwira-perwiranya melakukan kunjungan resmi kepada Gubernur dan Panglima Tentara di Aceh, para perwira mengadakan pesta dansa dengan para rekan mereka dari KNIL (angkatan darat).

Gubernur Aceh mengadakan resepsi antara pukul sebelas sampai satu di Oleh-leh.

Halaman
123

Berita Terkini