TRIBUNJATIM.COM - Tragedi G30S/PKI atau peristiwa malam kelam yang terjadi pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965, akan diperingati, tepatnya kurang dua hari lagi.
Peristiwa yang memilukan hati tersebut tidak bisa lepas dari sosok ketua umum PKI Dipa Nusantara Aidit, atau yang biasa disebut DN Aidit.
Melansir wikipedia, DN Aidit merupakan pria kelahiran Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, pada 30 Juni 1923.
DN Aidit merantau ke Jakarta dan meninggalkan tanah kelahirannya pada tahun 1940.
Ia sempat mendirikan perpustakaan Antara di daerah Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat.
Kemudian, Aidit mempelajari politik Marxis melalui Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda.
Berawal dari situ, Aidit mulai berkenalan dengan tokoh politik Indonesia seperti Adam Malik, Chaerul Saleh, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mohammad Yamin.
• Keluarga Cendana yang Dulu Konflik Sekarang Semakin Kompak, Berkat Prabowo Maju di Pilpres 2019
Pada tahun 1954, Aidit terpilih menjadi anggota Central Comitee (CC) PKI pada Kongres PKI.
Selanjutnya, Aidit terpilih juga menjadi Sekretaris Jenderal PKI.
Aidit sebagai pemimpin PKI membuat partai tersebut menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan China.
Di zaman itu juga, PKI mempunyai program untuk segala lapisan masyarakat seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Lekra.
Pada 30 September 1965 terjadi peristiwa penculikan dan pembunuhan yang dilakukan suatu kelompok militer pimpinan Let. Kol. Untung.
Dikenal sebagai Peristiwa G-30-S tersebut menuduh PKI di balik peristiwa tersebut dan Aidit sebagai dalangnya.
Akibatnya, Aidit diburu oleh tentara.
Tak hanya kehidupan Aidit yang berubah semenjak saat itu keluarganya juga menjadi sorotan masyarakat.