"Suami saya sudah meninggal. Jadi sekarang saya yang bertanggung jawab. Ada dua anak saya sekolah di SD. Paling besar sudah lulus SD tapi tidak lanjut," ujarnya.
Kartini juga harus membayar air.
Per bulan, ia mengeluarkan Rp 50 ribu untuk membayar air, sementara listrik masih ditanggung oleh pemerintah.
• Tingkatkan Kemandirian UMKM, BTPN Kota Malang Gelar Acara Edukasi Literasi Keuangan
"Namun hanya sampai setahun saja dibantu. Tiga bulan lagi habis. Setelah itu saya bayar listrik sekitar Rp 100 ribu per bulan," jelasnya.
Sebetulnya Kartini juga membuat peyek.
Namun produksi peyek itu menurun.
Jika dulu setiap hari bisa terus memproduksi, kini hanya bisa dua sampai tiga hari saja memproduksi.
Keluhan senada juga diutarakan Ngatemi.
• Arema FC Vs Bali United, Bertandang ke Malang, Serdadu Tridatu Tak Diperkuat Stefano Lilipaly
• Bakal Debut dengan Menggelar Konser Showcase, IZ*ONE Umumkan Tanggal Perilisan Mini Album Pertama
Ia mengaku mengalami kesulitan perekonomian karena sepinya pengunjung.
"Ya sama seperti Bu Kartini. Sepi sekali. Jualan saya yang beli hanya tetangga," kata ibu penjual rujak itu.
Ngatemi berharap, pemerintah bisa mencarikan solusi sepinya pengunjung di Kampus Wisata Topeng.
Katanya, ia kini berusaha keras agar dapurnya tetap mengepul.
Ia juga tidak ingin terus-menerus berpangku tangan.
• Tiga Tahun Tak Selesai, Maria Desak Kejari Kota Malang Segera Selesaikan Kasus Aset Pemkot Malang
• Laga Persija Vs Persela Urung Digelar, Berikut Jadwal Pertandingan Pekan ke-26 Liga 1 2018
Namun dia memiliki kendala minimnya modal jika ingin buka usaha.
"Sekarang disuruh mandiri sendiri. Makan atau tidak makan, sekarang berusaha sendiri," ujarnya.
Pantauan Surya (TribunJatim.com Network) di lapangan, akses jalan menuju Kampung Wisata Topeng sudah sangat terjangkau, jalanan beraspal dan tidak seperti dahulu.
Di Kampung Wisata Topeng juga sudah tersedia wahana wisata seperto spot foto, flying fox hingga lahan gazebo.
Namun kondisi itu terlihat sepi pengunjung saat Surya ke lokasi. (Benni Indo)