Pesawat Lion Air Jatuh

Analisis Dugaan Pilot Senior Stephanus G.S hingga Vincent Aditya Terhadap Tragedi Lion Air JT-610

Penulis: Ignatia
Editor: Ani Susanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pilot Stephanus G.S dan Pilot Vincent Aditya

Simak analisis dua orang pilot, Vincent Raditya dan Stepahus G.S terhadap tragedi pesawat Lion Air JT 610, banyak hal-hal yang akhirnya terungkap.

TRIBUNJATIM.COM - Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang mengalami kecelakaan dan jatuh di perairan sekitar Tanjung Karawang pada Senin pagi (29/10/2018).

Pesawat itu berisi 189 orang termasuk penumpan dan kru pesawat.

Hingga berita ini diturunkan, Basarnas dibantu TNI dan Polri masih terus melakukan pencarian dan evakuasi korban.

Baru-baru ini pilot sekaligus vlogger Vincent Raditya mengunggah live YouTube yang ia pasang di kanal video YouTube-nya.

Conchita Caroline Beri Klarifikasi Soal Pengalamannya Naik Lion Air Penerbangan Denpasar - Jakarta

Tim Basarnas menyisir perairan di sekitar lokasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018). (KOMPAS.com/FARIDA FARHAN)

Vincent menayangkan siaran langsung di YouTube dengan judul "Tanggapan Mengenai Isu Penyebab Jatuhnya Lion Air JT610", Selasa (30/10/2018).

Dari beberapa vlog yang ia unggah di YouTube, diketahui bahwa Vincent merupakan pilot yang bekerja di bawah perusahaan Lion Air Group yang sama.

Dalam video tersebut, Vincent menyampaikan semua tanggapannya terkait tragedi pesawat Lion Air JT 610 yang dinyatakan jatuh pada Senin (29/10/2018) lalu.

Kecelakaan Lion Air JT610 Pengaruhi Mental Pemain, Arema FC Away ke Markas PSIS Semarang Naik Kereta

Pilot yang kerap mengunggah konten penerbangannya di dalam Vlog itu mengimbau kepada netizen pada khususnya.

Vincent berujar bahwa penyebab yang sesungguhnya mendasari insiden JT 610 itu memang tak bisa sembarangan diperkirakan.

Ada fakta-fakta hingga informasi lain yang harus lebih dalam digali.

Tragedi Lion Air JT-610 Membuat Rusdi Kirana Syok, Siap Disanksi hingga Beri Uang ke Keluarga Korban

Dan hal itu ia nilai hanya bisa dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidangnya, seperti KNKT atau jajarannya.

"Yang ingin saya sampaikan kepada rekan-rekan sekalian adalah, guys, plis, stop-lah memiliki opini sendiri berdasarkan data yang notabene-nya belum valid," ujar Vincent di awal video.

"Kalau begini kita jatuhnya jadi menuduh, 'Oh iya, ini pilotnya yang begini, kaptennya begini, FO-nya begini, engineer-nya begini, guys, saya beritahu kepada kalian, bahwa semua sudah ada yang ngatur guys," sambung Vincent.

Pesawat Lion Air Boeing 737MAX 8 (Humas Lion Air via WartaKota)

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tidak ada satupun orang di dunia ini yang tahu penyebabnya kecuali yang saat itu berada di dalam pesawat.

Vincent mengatakan bahwa sebenarnya semua yang terjadi dalam pesawat tentu tidak ada orang yang menginginkan musibah semacam ini.

Seorang pilot dinilai tak akan memiliki mental yang dibangun untuk mencelakai penumpang dan juga dirinya sendiri.

Sementara itu, isu permasalahan mesin yang ramai beredar di media sosial juga membuat Vincent sedikit geram.

Pencarian Lion Air JT 610 di Hari kedua, Temukan Kursi Penumpang hingga Tanda Pengenal

Ia mengaku kecewa melihat orang-orang yang mengatakan bahwa mengapa ada pilot yang mau saja mengendarai pesawat yang sebelumnya disebut rusak.

"Kalau kita bicara penyebabnya, sebenarnya penyebabnya bisa karena banyak hal, 'Oh iya ini kemarin pesawat rusak kok pilot masih mau aja ngendarain'" ujar Vincent seraya memperagakan omongan banyak orang.

Menanggapi hal itu, Vincent menceritakan pengalamannya terbang dengan pesawat yang juga rusak.

"Nah sedikit saya informasikan, waktu saya terbang automationnya rusak, autopilotnya mati, flight direction mati, saya nggak bisa apa-apa karena nggak bisa di-reset di udara, ternyata, begitu mendarat di darat, teknisi nge-reset, ya kayak komputer, dimatiin terus dinyalain lagi, dia normal lagi" jelas Vincent.

Tragedi Lion Air JT-610 Membuat Rusdi Kirana Syok, Siap Disanksi hingga Beri Uang ke Keluarga Korban

Ia menjelaskan bahwa reset yang dilakukan itu biasanya tak memakan waktu banyak oleh para teknisi.

Setelah itu, mereka akan melaporkan kepada pilot bahwa pesawat bisa digunakan terbang lagi.

"Nah, seringkali saya terbang, dengan keadaan pesawat yang, maaf, tadinya rusak nih, begitu mendarat di-reset, normal, saya kemudian terbang lagi, nggak papa, saya mendarat dengan selamat lagi, itu sudah biasa terjadi guys, sehari-hari terjadi kayak begitu" lanjutnya.

Vincent turut membahas tentang spekulasi publik soal penyebabnya yang belum bisa dipastikan secara resmi.

Pilot Vincent Raditya (YouTube/Vincent Raditya)

Ia mengatakan bahwa semua jawaban hanya bisa diketahui dari temuan blackbox, yang bisa menginterpretasikan kondisi saat kejadian berlangsung.

"Pada saat ini janganlah berspekulasi 'inilah penyebanya', 'begini yang seharusnya', ini akan menambah sakit hati yang luar biasa ke keluarga korban, segala sesuatu itu dapat terjadi di dalam kokpit pesawat itu, bukan ranah kamu, saya, atau siapa pun kecuali yang berkompeten dalam bidang tersebut yakni press dari perusahaan" ujar Vincent.

Simak video selengkapnya berikut ini:

Analisis Pilot Senior Stephanus G.S.

Narasumber lain yang juga berbicara terkait tragedi pesawat Lion Air JT 610 adalah pilot senior Stephanus G.S.

Dikutip dari Grid.ID (grup TribunJatim.com), pilot senior itu membeberkan dugaannya tentang penyebab pesawat Lion Air jatuh di perairan Karawang pada ILC edisi 30 Oktober 2018 malam, bersama dengan narasumber lain.

Stephanus awalnya menjelaskan perihal kecelakaan pesawat yang terjadi pada pagi hari.

5 Lokasi yang Dihindari Pilot Pesawat: Lewat Rusia Rawan Ditembak hingga Turbulensi Tinggi di Afrika

Stephanus menduga apakah kesadaran dan kewaspadaan kru pesawat berkurang karena mereka harus bangun pagi dan siap pada pukul 3 dini hari.

"Kalau kita flashback GA 210, 6.50 Pak. Pagi juga. Kasus yang di tengah-tengah sebelum ini, Air Asia, jam 5 pagi take off. Jadi ada apa ini? Yang pasti, kecelakaan terjadi di jam 06.00 pagi. Ini yang menyebabkan keprihatinan saya. Berarti ada missing link di sini," ujarnya.

"Kru bangun jam 3 pagi. Jadi kemungkinan, itu apakah situation awareness itu berkurang? Kalau berkurang mari kita sama-sama, kita perbaiki sistem itu. Minimum tidak terjadi kecelakaan di pagi hari," kata Stephanus.

Pilot Stephanus (Grid.ID)

Stephanus juga menduga adanya semacam error di pesawat tersebut.

"Kemungkinan besar ada semacam kayak error. Jadi penerbangan yang pagi hari itu menurut saya. Jadi awarenessnya daripada pilot itu mungkin jadi. Kalau dari Air Asia 'kan terbukti bahwa ada sesuatu yang miss (luput) jadi kita itu istilahnya kru koordinasi," kata Stephanus.

Penerbangan JT 610 itu memang dilakukan di pagi hari dimana para kru harus bangun sejak pukul 03.00 dini hari.

Co-Pilot Harvino Jadi Korban Lion Air JT-610, Desta Mahendra Berduka : Dia Teman Saya di SMA Dulu

Petugas saat mengumpulkan serpihan pesawat Lion Air JT 610 di Posko Gabungan kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (29/10/2018). Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta ke Panggal Pinang jatuh di kawasan perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat pada pagi hari ini. (Tribunnews/JEPRIMA)

Stephanus sempat mempertanyakan awareness atau tingkat kesadaran dan kewaspadaan pilot dan kru saat mereka terbang.

Sebelumnya, pesawat Lion Air dengan nomor JT-610 tujuan Pangkal Pinang itu dikabarkan hilang kontak pada Senin (29/10/2018) pagi.

Dikutip dari Kompas (grup TribunJatim.com), Lion Air JT-610 hilang kontak sekitar pukul 06.33 WIB usai lepas landas pada pukul 06.10 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang.

Tragedi Lion Air JT 610 Disorot oleh Media Asing, Bahas Catatan Kecelakaan hingga Keluarga Pilot

Sosok pilot pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh (kolase Facebook/BhavyeSuneja, Kompas TV)

Basarnas kemudian memastikan Lion Air JT-610 jatuh di daerah Karawang, Jawa Barat.

Pesawat tersebut membawa 189 penumpang dengan rincian 179 penumpang dewasa, 1 anak, 2 bayi, 2 pilot dan 5 kru.

Hingga kini, pencarian masih dilakukan di lokasi ditemukannya barang-barang penumpang dan potongan tubuh.

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kedua kanan), Kepala Basarnas Muhammad Syaugi (kanan), dan Panglima Komando Angkatan Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Lakamana Muda Yudo Margono (kedua kiri) meninjau puing pesawat Lion Air JT 61O dan barang yang ditemukan di posko Basarnas, Terminal JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (30/10/2018). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Berita Terkini