TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Agus Nur Cholis (55) terburu-buru berlari ke perahunya, saat melihat empat pemotor akan menyeberang Sungai Brantas.
Perahu penyeberangan milik Agus menghubungkan Desa Srikaton, Kecamatan Ngantru dan Desa Bulusari, Kecamatan Sumbergempol.
Sebentar kemudian empat motor itu sudah di atas dek, dan perahu mulai bergerak menyeberangi sungai.
"Tadi saya tinggal mancing sama cari rumput," ucap Agus mengawali pembicaraan, Rabu (9/1/2019).
• Pemberkasan CPNS Dimulai, Pemohon SKCK di Polres Tulungagung Membludak
Agus berkisah, penumpang perahu penyeberangannya sepi, sejak Jembatan Ngujang 2 mulai dioperasikan.
Jarak lokasi operasional perahunya dengan jembatan ini memang dekat, sekitar 150 meter.
Akibatnya pemotor yang biasa menggunakan jasa penyeberangan, pindah menggunakan jembatan ini.
"Kalau kondisi normal nonstop, tidak mungkin bisa ditinggal mancing atau cari rumput," ungkap Agus.
• Kasat Reskrim Polres Tulungagung Berganti, Kasus Pembunuhan Suami Istri di Campurdarat Jadi Atensi
Sebelum Jembatan Ngujang 2 beroperasi 1 Januari 2019 lalu, dari pagi hingga siang Agus melayani 30 hingga 40 penumpang.
Namun saat ditemui Rabu (9/1/2019) pukul 11.49 WIB, Agus mengaku baru dua kali menyeberangkan penumpang.
"Yang pertama hanya satu motor. Terus yang kedua ini, ada empat motor," sambungnya.
Dengan tarif Rp 2000 per motor, Agus hanya mengantongi uang Rp 10.000.
Padahal dalam kondisi normal, selepas siang minimal Agus bisa mengantongi Rp 100.000.
Menjelang berhenti operasi selepas magrib, Agus bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 300.000.
"Kemarin-kemarin pagi sampai sore hanya dapat Rp 25.000 sampai Rp 30.000 saja," keluh Agus.